30 || Jadi Orang Baik Ternyata Susah

247 51 1
                                    

Dewa terbangun di pagi harinya dan tak menyangka jika ternyata Jasmine juga ikut tertidur pulas di sampingnya, Dewa ingat jika semalam dirinya ketiduran disini. Semua buku pelajaran yang semalam ia pelajari dengan Jasmine saja masih berserakan di meja.

Wajah teduh Jasmine membuat Dewa enggan beranjak dari posisinya yang terus menatap wajah cantik istrinya itu.

"Tidur aja cantik," gumam Dewa tersenyum.

Dewa mengelus lembut rambut Jasmine, Dewa semakin tak sabar untuk cepat-cepat lulus sekolah. Hayalannya ketika nanti adalah mempunyai banyak anak bersama Jasmine dan menjadi keluarga yang bahagia.

"Udah pagi ya, kok kamu gak bangunin aku sih?" tanya Jasmine yang terbangun dan langsung membuyarkan lamunan Dewa.

"Gapapa, lagi pengen mandangin wajah kamu aja kalo lagi tidur," jawab Dewa gombal.

"Aku serius tau, ini kan udah pagi kita harus berangkat ke sekolah," ucap Jasmine.

"Yaudah kalo gitu biar lebih cepet berangkatnya kita___'' ucap Dewa dengan wajah jahilnya.

"Kita apa?" tanya Jasmine yang tak mengerti maksud perkataan Dewa.

Jasmine terkejud ketika Dewa langsung menggendongnya.

"Kita mandi bareng," ucap Dewa menggendong Jasmine ke atas kamarnya.

"Ihhh, Dewa!! " teriak Jasmine sambil memukul dada Dewa agar menurunkannya namun Dewa malah tertawa karena pukulan Jasmine sama sekali tak terasa dan malah mirip seperti pukulan anak kecil yang sedang merajuk.

⚘⚘⚘

Di kelas, Dewa seperti sudah menjadi anak pintar saja. Dewa mampu menyelesaikan soal-soal di papan tulis bahkan menjawab pertanyaan yang sulit sekalipun. Dewa sendiri juga tidak mengerti kenapa ia bisa menjadi sepintar ini, pasti ini karena Jasmine yang mengajarinya semalam, kalau begini terus bisa-bisa ia jadi rangking 1.

"Bagus Dewa, sekarang kamu ada kemajuan, pasti orang tua kamu mendidik kamu dengan benar," ucap Pak Beni tersenyum.

Aneh rasanya ketika ia bisa seperti karena Jasmine tapi orang lain malah memuji kedua orang tuanya yang sama sekali tidak membantu apa-apa dalam perubahannya.

"Terima kasih pak." Walaupun tak terima, Dewa tetap menyampaikan rasa terima kasihnya pada Pak Beni.

Sorak-sorak tepuk tangan terdengar ketika Dewa dipuji tapi hanya ada satu orang yang tak suka dengan prestasinya siapa lagi jika bukan Bimo, musuh yang dulunya adalah sahabat karibnya.
.
.
.

Saat jam istirahat, Dewa yang lagi asik memakan permen gagangnya bersama Caka juga Adit tiba-tiba saja dihampiri oleh Bimo yang datang dengan raut wajah emosinya.

"Ngapain dia kesini?" tanya Caka yang Dewa jawab dengan mengidikan bahunya.

"Gua mau ngomong sama lu," ucap Bimo menatap Dewa.

"Sama gua?" tanya Dewa menunjuk dirinya sendiri.

"Iyalah sama siapa lagi."

"Yaudah ngomong aja," jawab Dewa dengan wajah tengenya.

"Gua mau ngomongnya berdua sama lu."

"Oke, Cak, Dit. Mendingan lu berdua duluan ke kelas, kunyuk satu ini mau ngomong sama gua," ucap Dewa yang dituruti oleh keduanya.

Setelah Caka dan Adit pergi, Dewa langsung menanyakan ada urusan apa Bimo tiba-tiba mau ngomong hal serius seperti ini padanya.

"Gua langsung to the point aja, apa maksud lu bersikap berubah kea gini? Belum puas lu dipuji sebagai kapten basket yang hebat terus sekarang lu juga mau jadi anak kesayangan guru? Apa lu cuma mau buat sensasi aja biar lu dipandang baik sama semua orang, gitu? Kalo niat lu cuma itu, tetep aja gak bakal bisa ngubah imege anak berandalan dan biang rusuh dari diri lu," ucap Bimo menunjuk wajah Dewa.

Sadewa Biantara ( SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang