Dua hari berlalu semenjak kejadian malam itu. Bi Ipah menjadi semakin gelisah dan sedih. Pasalnya Bi Ipah tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Kedua orang tua nona mudanya terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing hingga dia sendiri tak bisa menghubungi mereka.
"Non, makan dulu ya." pintanya pada Adara yang hanya duduk mematung di atas ranjang. Sedangkan seluruh penjuru kamarnya sudah tak berbentuk lagi.
"Hik... non, kalau boleh tahu siapa yang ngelakuin ini non?" tanya Bi Ipah sedih. Dirinya tak tahan melihat keadaan Adara yang semakin memprihatinkan.
Namun Adara sendiri masih membisu dan tak merespon pertanyaan Bi Ipah. Pikiranya saat ini seperti benang kusut yang tak bisa diuraikan. Sedangkan jiwanya benar-benar terguncang.
"Ting...Tong..." Tiba-tiba suara bel pintu terdengar. Bi Ipah hanya bisa memandang sedih dan keluar meninggalkannya sendiri.
"Maaf kalian siapa?" tanya Bi Ipah saat melihat sosok tiga anak laki-laki berdiri di depan pintu rumah.
ketiganya hanya tersenyum dan berjalan melewatinya. Bi Ipah terheran melihat kelakukan tiga pemuda itu. Apalagi ketika dia melihat bahwa salah satunya bergegas masuk menuju kamar nona mudanya.
"Maaf kalian siapa? dan anda tak boleh masuk sembarang seperti ini." pinta Bi Ipah sopan. "Sebaiknya anda keluar sekarang sebelum saya panggilkan penjaga rumah."
"Saya Andre." ucapnya singkat sambil membuka pintu kamar Adara dan kembali menutupnya.
"Klek..."
Bi Ipah kian panik saat mendengar suara pintu kamar nonanya di kunci.
Sedangkan di atas ranjang, gadis yang memakai kaos pendek dan celana pendek itu terbelalak melihat ketika melihat dirinya. Tubuh Adara sendiri semakin bergetar tatkala Andre berjalan mendekat.
"Arrrrgggghhh.... PEEERRRGIII... PERGIIII..." teriak Adara yang terdengar hingga di luar kamar.
"Non, ada apa non. Buka pintunya non." panggil Bi Ipah panik.
Sedangkan Adara sendiri dengan brutal melempar segala macam benda di sekitarnya. " PEEERRRGIIII..." Adara histeris.
Sekelebat kejadian naas itu Kembali membayanginya.
Andre tersenyum kembali. Sebagian dirinya belum puas melihat kehancuran gadis itu. Pasalnya dirinya tidak akan pernah melepaskan orang yang sudah mengganggu hidupnya. Gadis bernama Adara ini harus menerima akibatnya.
"Persiapkan diri lo, kita pergi pagi ini."
"GAK... GAK MAU!!! Gue maunya lo pergi. Pergi lo... Hikk.. Hik... PERGI."
Andre geram mendengar teriakan Adara. Dirinya kemudian berjalan mendekat ke arah gadis itu, manarik dan menindih tubuh liatnya di atas tempat tidur.
"Ini terakhir kalinya lo bikin gue marah. Lo sekarang punya dua pilihan. Mandi, ganti baju lalu ikut gue. Atau gue yang ngelakuin itu semua ke lo." Ancam Andre. "Tapi gue bisa jamin, kalau itu gak sesederhana yang bakal lo bayangin."
Seperti tersambar petir, Adara menegang seketika. Adara takut iblis ini akan melakukan hal itu padanya. Dirinya hanya mengangguk kaku, tak bisa menolak dan tak bisa mengelak.
Ketika Andre melepaskan dirinya, Adara langsung beringsut mundur. Menjauh sejauh mungkin dari sosok mengerikan di hadapannya, meski tak bisa lebih jauh dari luas sudut kamarnya.
"Gue kasih waktu 15 menit" Ucap Andre.
Mendengar ucapan itu Adara langsung bergegas menuju kamar mandinya.
Sedangkan di luar kamar, Bi Ipah semakin khawatir ketika melihat salah satu tamu yang tak diundangnya duduk di ruang tamu. Pasalnya dia tahu saat ini keselamatan nonanya tengah di pertaruhkan. Tanpa pikir panjang Bi Ipah langsung bergegas menuju telefon rumah mencoba menghubungi tuannya sebisa mungkin.
Namun beberapa kali dirinya mencoba hal itu tetap tidak berhasil.
"Sebaiknya bibi tidak perlu menelefon tuan Baskara. Saat ini beliau sedang mengurus bisnis di Itali. Sedangkan istrinya saat ini
berada di Singapur." Ucap cowok yang tadi duduk di ruang tamu dan membuat Bi Ipah kaget."Namun jika bibi masih bersikeras, saya tidak bisa menjamin keselamatan bibi dan keluarga." Ucapan itu seketika membuat Bi Ipah bungkam.
"Ta..tapi.."
"Ini bukan ancaman, tapi peringatan. Karena Andre bisa saja melakukan hal yang lebih mengerikan dari pada apa yang saya ucapkan." lanjutnya.
"Saya tidak tahu masalah apa yang di miliki Andre dan Adara. Tapi saya yakin ini bukan salah satu hal yang bisa bibi ikut campur di dalamnya."
Bi Ipah langsung takut ketika mendengar ucapan cowok itu. Dia hanya seorang pembantu di rumah ini yang bahkan kehadirannya tidak dianggap penting oleh orang-orang seperti majikannya.
"Hiiikkk... Hiiikkk... tolong... tolong anda semua pergi. Tolong jangan ganggu nona saya." Pinta Bi Ipah pilu.
Alhasil dirinya hanya bisa berdoa dan memohon keselamatan untuk nona mudanya. Bobot ucapan cowok itu bahkan bisa menghilangkan seluruh kehidupan keluarganya.
Bi Ipah hanya rakyat biasa yang tanpa daya jika harus berhadapan dengan orang-orang yang berkuasa.
Di dalam kamar hanya butuh waktu kurang lebih 5 menit bagi Adara untuk keluar dari kamar mandi. Adara takut dengan dengan ucapan Andre. Bahkan dirinya saat ini belum sempat membilas seluruh tubuhnya. Alhasil bajunya melekat dan menempel ketubuhnya karena air.
Adara semakin beringsut ketika melihat matanya Andre yang memperhatikanya. Cowok itu tengah berdiri dan memandang seluruh tubuhnya.
"Heh... cepet juga lo mandinya. Kesini sekarang!" pertintah Andre yang seakan telah menjadi vonis mati bagi Adara.
Adara yang mendengar itu berjalan pelan mendekat karena tak ingin membangunkan iblis di hadapannya. Namun ketika melihat handuk dan baju ganti di atas tempat tidurnya Adara kembali gelisah. Gadis itu takut jika Andre memaksanya berganti baju di hadapannya.
Sejak awal Andre tahh jika adara tidak membawa baju ganti maupun handuk. Jadi dirinya menyiapkan baju dan handuk untuk Adara.
Namun ketika Andre melihat kegelisahan gadis itu, dia hanya tersenyum penuh arti. Setelah itu dia mengambil handuk disebelahnya dan membasuh rambut Adara dan seluruh tubuh gadis itu yang basah.
Tanpa Adara sadari, bibir Andre tiba-tiba sudah menempel di bibirnya. Adara mencoba melepas ciuman mereka. Namun tangan Andre yang menahan tengkuknya telah mematakan perlawanannya.
Adara kembali merasa takut ketika tubuhnya tiba-tiba sudah ditindih. Bahkan air matanya ikut keluar yang menandakan dia tak bisa menyembunyikam ketakutannya.
Apalagi ketika cowok itu mulai menyusuri ceruk lehernya. Tangan Andre-pun tak tinggal diam dengan ikut serta menikmati gundukan yang menonjol milik Adara. Ditengah isakannya, Adara sempat mengerang ketika tangan Andre meremas sedikit kencang untuk mengakhiri ciumannya.
"Hah ternyata gue memang gak tahan tiap kali liat tubuh lo." Ucap Andre penuh seringai.
"Bodoh kalau gue ngelewatin ini semua." lanjutnya yang membuat Adara tak bisa menghentikan tangisnya.
Pagi itu semua terulang kembali. Namun bedanya kali ini ada tiga sosok yang menjadi saksi semua kejadian itu. Mendengar desahan disela-sela tangis yang memilukan.
23/1/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Girl
Romantizm⚠️+21⚠️ Cerita mengandung konten dewasa yang eksplisit. Harap bijak dalam membaca. . . . Adara Hilma Agnia, seorang gadis yang menjadi objek fantasi anak cowok dan mampu menumbuhkan perasaan iri dengki dari anak- anak cewek. Kehidupan gadis itu mer...