“Carilah seseorang yang sempurna karenamu, dan menjadikanmu sempurna.” – HEE Couple
~0000~
Kim Hee Chul mengambil pie keringnya yang ketiga. Dia kelaparan, itu jelas. Sepulangnya dari jogging, Hee Chul hanya diberikan kesempatan menikmati roti bakar dan secangkir kopi sampai akhirnya dia terjebak bersama tetek-bengek persiapan pesta sampai jam tujuh malam. Dan pesta seperti ini jelas bukan acara makan malam, yang artinya… Hee Chul kelaparan.
Pie ketiganya habis dalam hitungan detik. Dan ketika dia ingin mengambil scone, Hee Chul mendengar tawa Han Geng.
“Lucu, bukan? Bagaimana seorang Presiden Direktur melahap hidangan pestanya sendiri dengan begitu semangat?”
Hee Chul berbalik dan menggigit besar-besar sconenya sambil mengangkat bahu. “Perutku minta asupan. Kau tidak tahu betapa menderitanya aku seharian ini. Tidak ada yang memedulikan kesejahteraan perutku.” Hee Chul mengangkat sisa scone ditangannya, menawarkan pada gadis yang berada dalam gandengan Han Geng. “Apa kau sudah mencobanya, Ran Rin-ssi? Kupikir ini hidangan terlezat diantara hidangan yang ada.”
Shin Ran Rin mengenyit. “Ku pikir tidak. Aku memang berniat untuk mencobanya tadi. Tapi, kupikir kau lebih membutuhkannya.”
Hee Chul tertawa, lalu langsung memasukan sisa roti krim ala Skotlandia itu ke dalam mulut. Dengan cepat, mulutnya kosong lagi.
“Err, sepertinya aku akan mencoba satu. Sebelum kau menghabiskan semuanya, Oppa.” Lalu Ran Rin mengambil scone dengan krim strawberry dan mulai menggigitnya.
Han Geng tertawa lagi saat melihat mata Hee Chul sedang berburu lagi di atas meja.
“Kau akan menyesal kalau tidak memakannya, Han Geng-ah. Itu lezat, bukankah begitu?” Setelah mencomot muffin, dia menanyakan pendapat makanan itu pada Ran Rin yang mengangguk.
“Aku jadi tahu, mengapa sejak awal Hee Chul oppa terus berada di dekat meja,” kata Ran Rin pada Han Geng setelah menyuapi suaminya tersebut dengan sisa scone ditangannya.
“Karena dia lapar?” jawab Han Geng yang membuat Ran Rin tertawa. Sementara Hee Chul masih asyik menikmati makanannya.
Sampai Ahn Ji Hae menampar lengannya.
“Aduh, Eomma,” lenguh Hee Chul saat melihat ibunya melotot. “Kau merusak kenikmatanku.”
“Apa-apaan kau?” desis ibunya sambil melihat muffin di tangan Hee Chul.
Melihat itu, Hee Chul tersenyum jail. “Sini, biarkan aku menyuapi Eomma.”
Ahn Ji Hae menolak dengan mulut yang terpaut.
“Ayolah, Eomma. Ini suapan keberuntungan, kau tahu? Lagipula, ini enak,” bujuk Hee Chul dengan senyuman dan mata yang berbinar layaknya anak kecil. Itu membuat Ji Hae luluh dan menerima suapan kue dari putra kesayangannya.
“Lezat bukan?” Hee Chul lalu menghabiskan muffinnya begitu saja.
“Kau terlihat seperti orang kelaparan, tahu!” seru ibunya sambil merengut. Tapi Hee Chul tahu kalau Ji Hae sudah tidak sekesal tadi.
“Well, mengingat tidak ada yang memberiku makan seharian ini,” jawab Hee Chul dengan kedua tangan disilangkan di depan dada.
“Kalau begitu, kami permisi dulu.”
“Oh, maaf aku tidak melihatmu, Han Geng-ah. Mencari anak ini menyita seluruh fokusku.” Ji Hae maju untuk menerima pelukan singkat dari Han Geng. “Apa kabarmu, Sayang? Kau terlihat semakin cantik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDDING
RomantizmIni tentang harapan yang mungkin masih tersisa. Pertemuan antara dua orang asing yang saling membutuhkan demi memenuhi kepentingan masing-masing. Yang satu untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, dan yang satu lagi untuk menyelematkan ibunya.