twenty eight☕ ㅡdilamar

1K 77 42
                                    

Refa masih menatap pemandangan di depannya dengan dahi mengernyit. Ia mengeratkan genggaman tangannya pada adiknya. Ayahnya mungkin belum menyadari bahwa ia ada di sana.

"Bapak nang ndi? (Bapak di mana?)" tanya Dimas kepada ibunya.

"Tadi masih di mobil, katanya nyusul," jawab Alma, ibunya Dimas.

Dimas mengangguk, ia kemudian bertemu pandang dengan Ayahnya Refa. Dimas tersenyum canggung sembari menganggukkan kepalanya.

"Apa kabar, Dimas?" sapa ayahnya Refa.

"Baik, Om," balas Dimas, ia salim kepada ayahnya Refa, "Om kok ke sini juga?"

"Anak Om wisuda juga hari ini," balas Fariz.

"Kamu enggak tahu kalau anaknya Om Fariz itu satu fakultas sama kamu?" tanya Alma.

Dimas membulatkan matanya terkejut, "Siapa?"

Fariz menoleh ke kanan, kemudian tersenyum saat menemukan Refa. Ia menunjuk cowok itu, "Yang itu."

Dimas kembali membulatkan matanya, ia ikut menatap Refa. Refa di sana juga sama bingungnya dengan Dimas.

Fariz melangkahkan kakinya menuju Refa, "Maaf ya, tadi macet banget."

Refa masih terpaku di sana, pegangan tangan Rico sudah lepas dari genggamannya. Anak kecil itu mengambil tangan Fariz, dan kemudian salim.

"Mamamu sama Talitha mana?"

Rico menunjuk Talitha yang berdiri di samping Reva, "Kak Talitha di sana, mama lagi ke toilet."

Fariz mengangguk, kemudian kembali menatap Refa, "Selamat ya, Nak. Putra pertama Ayah sekarang udah lulus."

Refa menyambut pelukan Fariz, walaupun hatinya masih bingung.

"Kamu ternyata kenal sama Dimas, ya?" tanya Fariz, "Dia itu anak temennya Ayah. Tante Alma itu yang ngurusin cabang bisnis Ayah di Surabaya. Dari kemarin memang Ayah ada di Surabaya untuk ngurusin itu, makanya sekarang bareng ke sini."

Refa menggigit bibirnya, menghela napas lega. Sungguh, skenario yang sedaritadi tertulis di kepalanya membuat dirinya deg-degan setengah mati. Ia sempat mengira bahwa Fariz itu ternyata selama ini menikah dengan Almaㅡ ibunya Dimas, yang artinya....ah, sudahlah.

Refa menatap muka Rizki dan Chandra yang kini juga sedang menghela napas lega. Rizki bahkan sampai terduduk lagi setelah tadi sempat berdiri.

"Bangsat...." bisik Rizki.

"Lo tau gak tadi gue kiㅡ"

Rizki menutup mulut Chandra dengan tangan kanannya, "Diem dulu. Nanti aja ceritanya."

Refa berbalik, melihat Reva yang sama leganya seperti dirinya, bahkan Meita juga.

"Makasih udah dateng, Yah," ujar Refa, kemudian salim kepada Fariz.

"Ayah enggak jadi pulang malam ini. Ternyata rapatnya bisa ditunda, Ayah pulang besok," ujad Fariz.

Refa perlahan tersenyum senang, "Oh, ya? Jadinya Ayah bisa mampir ke kafe aku?"

"Iya. Habis pulang dari wisuda ini, ya?"

Refa mengangguk.

Rizki dan Chandra bangkit dari duduknya, kemudian ikut menyapa Fariz. Sementara itu, Dimas menghampiri Refa.

"Ref," panggilnya, "Kenapa enggak bilang kalau ayah kamu itu bosnya ibuku?"

"Mana aku tahu?" Refa menaikkan kedua bahunya, "Aku aja enggak tahu kalau ayah punya cabang di Surabaya."

Reva & Refa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang