Chapter 3: Sampah Masyarakat

16 4 0
                                    

Chapter 3




Sampah Masyarakat




Sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi, pertarungan dua melawan dua tak bisa terhindarkan, Meli melakukan semua tindakan pencurian dan pembunuhan tidak didasari atas keinginannya sendiri namun karena mendapat perintah dari majikannya yang bernama Zaka. Dilihat dari senjata tidak biasa yang dipakai oleh dua orang tersebut sepertinya pertarungan ini akan cukup sulit untuk dimenangkan.



"Aku siap melawan orang-orang itu," ucap Meli.


"Sepertinya aku berubah pikiran, kau cukup diam di tempat dan aku yang akan melawan sampah-sampah itu," perintah Zaka.


"Ehh....kau yakin, mereka berdua dan kau ingin melawannya sendirian?" tanya Meli.


"Anggap saja ini hukuman untukmu, aku bebas tugaskan kau untuk saat ini," urai Zaka.


"Tapi...." ucap Meli.


"Kau bilang akan menerima hukuman apa pun yang kuberikan, jadi inilah hukuman untukmu," ungkap Zaka.


"Baiklah, kalau kau memang seperti itu," ujar Meli.



Orang bernama Zaka itu berniat melawan kami sendirian padahal dia bisa saja bekerja sama dengan Meli untuk melawan kami, dia terlihat meremehkan kami karena keputusannya tersebut. Lia marah karena merasa direndahkan dan diremehkan dan aku tak tahu apa yang dipikirkan oleh orang ini, apakah dia memang sangat optimis dan percaya bahwa dia bisa mengalahkan kami sendirian.



"Hei hei.... sepertinya kau meremehkan kami ya?" geram Lia.


"Apa kau tahu sikap terlalu optimis bisa membunuhmu," ujarku.


"Kalau hanya melawan sampah seperti kalian Meli tak perlu sampai turun tangan, jika kalian ingin membunuh bawahanku maka langkahi dulu mayatku!" ucap Zaka.


"Zaka kau ...." Ujar Meli.


"Aku sendirian saja cukup untuk menghadapi kalian," seru Zaka.


"Wah wah padahal kau sendiri adalah sampah masyarakat tapi kau berani menyebut kami sampah?" ejekku.


"Kau akan mati karena berani menantang kami bertarung sendirian," ucap Lia.


"Heh kita lihat saja nanti," balas Zaka.



Entah niat Zaka menghadapi kami sendirian itu untuk meremehkan kami, membanggakan diri, atau untuk melindungi Meli yang merupakan bawahannya tetap saja orang ini perlu diwaspadai, dan bentuk pedangnya yang tidak biasa juga membuatku cukup merasa khawatir, dia mulai mengambil posisi meletakkan kaki kiri di depan dan sedikit membungkukkan badannya, tangan kanannya memegang pedang yang ia letakkan di pundaknya.


Terdapat dua pelatuk di pedang tersebut dan jari tengah Zaka terus menekan pelatuk kedua sedangkan jari telunjuknya terus menekan-nekan pelatuk pertama, yang membuatku heran adalah ketika jari telunjuknya menekan-nekan pelatuk pertama terdengar seperti suara mesin motor yang sedang ditarik pedal gasnya, senjata tersebut seperti sebuah pedang mekanik yang memiliki mesin di dalamnya.



"Jeamiy pedang orang itu sangat aneh," ucap Lia.


"Aku tahu, tetaplah waspada dia sudah mengambil posisi siap menyerang," jawabku.


"Akan aku tunjukkan alasan kenapa Meli tak perlu sampai mengotori tangannya dengan darah kalian ...." ujar Zaka.



Zaka terus menekan-nekan pelatuk pertama dengan telunjuknya berulang kali hingga suara mesin motor tersebut terdengar cukup keras, berapa saat kemudian dia menahan pelatuk pertama selama beberapa menit dan ketika dia melepaskan pelatuk pertama tiba-tiba dia menghilang dan muncul secara mendadak tepat ditengah-tengah antara aku dan Lia, aku benar-benar terkejut dengan kemampuan orang ini karena seolah-olah bisa melakukan teleportasi.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang