07. Namanya?

94 36 11
                                    

Sebelum baca alangkah baiknya klik bintang :)))

Happy reading❤❤
^
^
^
^
^
^
^

Mereka menghabiskan mie ayam yang ada di meja dengan lahap. Kini mata mereka tertuju pada Ivy and the geng yang baru saja masuk ke dalam kantin dengan senyum penuh arti mereka. Ivy yang berjalan paling depan melenggang bak artis famous yang baru turun dari mobil dan berjalan di atas karpet merah yang terbentang, disambut meriah oleh banyak orang. Banyak pasang mata yang melihat kedatangan mereka di kantin.

"Ratu cabe dateng tuh" tunjuk Maurel dengan mulutnya dan beralih menatap sirup lecinya yang tinggal sepertiga.

"Wah..wah... dia mau nyamperin tuh cowok" Nishwa menatap lekat kakak kelas mereka yang mereka juluki
"Ratu Cabe".

Dhisty hanya diam nelihat kedatangan Ivy, Adel, dan Rafni yang selalu tebar pesona di hadapan cowok cowok.
Ia memandang mereka sinis.

"Kegatelannya kambuh"

Ya, Ivy dkk adalah siswi kelas 12 yang merupakan senior mereka. Ivy juga anak dari Bu Anggi, Wakil Kepala Sekolah di SMA Mentari. Ivy selalu menganggap Dhisty, Maurel, dan Nishwa itu musuh. Ia tidak suka jika ada siswi di SMA Mentari yang lebih cantik dari dirinya.

"Hai, lo anak baru ya? Nama lo siapa?" tanya Ivy yang langsung duduk di sebelah cowok itu.

Cowok itu heran dengan cewek yang disebelahnya ini. Ia menatap Gilang, Rifath, dan Bagas seolah-olah bertanya pada mereka apa yang harus ia lakukan. Gilang yang mengerti tatapan teman barunya itu berbisik padanya, "jawab aja."

"Arvan" jawab cowok itu dingin.

Seisi kantin menjadi hening. Siswa siswi yang lain sibuk melihat ke arah Ivy dan cowok itu, termasuk Dhisty dkk.

"Kenalin gue Ivy dan ini temen temen gue, Adel dan Rafni." kata Ivy memperkenalkan diri. Ia mengulurkan tangannya pada cowok di sebelahnya. Cowok itu tidak membalas uluran tangan Ivy.
"Anjir nih cowok,malu maluin gue" batin Ivy.

"Ooh..," balas cowok itu singkat.

"Ok gue keluar dulu, kapan kapan kita ketemu lagi." Ivy melambaikan tangannya dan segera beranjak dari sana yang diikuti oleh Adel dan Rafni di belakangnya.

Arvan menghela napas berat. Ia merasa kekurangan oksigen saat Ivy duduk di sebelahnya tadi.

"Siapa sih tuh cewek?"
tanya Arvan pada ketiga cowok yang berada di hadapannya.
"Main langsung duduk di sebelah gue aja, nggak tau malu. Gue nggak suka cewek yang begituan." sambungnya dengan nada tidak suka.

Gilang dan lainnya terkekeh mendengar ocehan Arvan barusan.

"Ivy itu anaknya Bu Anggi, Wakepsek di SMA ini. Dia itu senior kita dan juga primadona di SMA Mentari " Gilang menjelaskan.

"Mereka itu termasuk dalam kategori siswi-siswi cantik, apa lagi kak Ivy itu body nya Wuiihh..,,klepek klepek gue liatnya" tambah Rifath yang diangguki oleh Bagas.

Arvan dan Gilang bergidik ngeri mendengar penuturan Rifath.
Rifath beralih menunjuk ke arah Dhisty, Maurel, dan Nishwa yang hendak beranjak dari meja. Arvan memperhatikan arah tunjuk Rifath.

"Mereka bertiga itu juga termasuk Van. Udah cantik, pinter lagi. Komplit deh pokoknya" puji Rifath yang senyum senyum sendiri ke arah mereka bertiga.

                      ~🌻~

Bel pulang sekolah berbunyi. Tidak seperti biasanya, Dhisty harus menunggu Maurel dan Nishwa selesai piket. Mereka lebih memilih piket setelah pulang sekolah dari pada besok pagi.

Sembari menunggu, Dhisty memainkan ponselnya di kursi panjang depan kelas. Dari kejauhan ia melihat empat orang cowok yang berjalan tengah mendrible bola basket di sepanjang koridor.

Brukk

Sebuah bola basket terpantul ke arah dinding hampir mengenai dirinya, beruntung ia dapat mengelak dengan cepat.
Cowok cowok tadi yang tak lain adalah Gilang, Rifath, Bagas, dan juga Arvan berlari menghampiri Dhisty.

Dhisty mengambil bola tadi dan berkacak pinggang.
"Kalo nggak bisa nggak usah main basket. Hampir aja ni bola mendarat di muka gue" ketusnya.

Lantas ia lempar bola itu ke arah empat cowok tadi yang tak jauh di depannya. Dan bola mendarat mulus di tangan Arvan.

"Sorry ya Dhis kita nggak sengaja, beneran deh" ucap Gilang meminta maaf. Rifath dan bagas juga mengatakan hal yang sama, kecuali Arvan. Cowok itu masih menatap Dhisty datar.

Maurel dan Nishwa sudah selesai, mereka keluar kelas dan mendapati pemandangan aneh.

"Kalian ngapain di sini" tanya Maurel heran.

"Ini, bola basket nya ganjen banget deketin Dhisty" celetuk Rifath sedangkan Dhisty bergidik geli.

"Pulang bareng gue?" tanya Gilang pada Nishwa dengan senyum yang terpancar di wajahnya.

"Ogah,,pulang aja sendiri sono" tolak Nishwa mentah-mentah.

Rifath dan Bagas tertawa keras melihat nasib sahabat mereka itu. Sementara Arvan,cowok itu hanya tersenyum tipis.

"Yuk pulang" Nishwa menarik lengan Dhisty dan Maurel, berlalu meninggalkan Gilang yang masih berdiri di tempat.

"Kapan lagi coba di antar pulang sama cowok ganteng kek gue" ucap Gilang setengah berteriak.

"Najis" balas Nishwa jutek yang sudah jauh dari hadapannya.

Cowok itu mendengus. Arvan menepuk pundak Gilang pelan,
"Yang sabar Lang" ucap cowok itu dengan senyum tipisnya. Ia kemudian berjalan lebih dulu ke lapangan basket meninggalkan Gilang, Rifath, dan Bagas yang masih stay di tempat.



                       ~🌻~






Jangan lupa vote & komen nya teman teman😊😊

Klik bintang di bawah
👇👇

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang