Semakin lama, Mina menyadari apa yang salah dari ini semua. Ia semakin jarang bertemu Jeongyeon dan juga berkomunikasi.
Ia mulai berpikir bahwa Jeongyeon memang patah hati karenanya. Sikapnya sama seperti Nayeon ketika mulai mencampakkannya.
Ia begitu berusaha untuk bertemu Jeongyeon, tapi mereka kini bagaikan magnet dengan kutub yang sama, sulit disatukan hanya untuk sekedar bertemu.
Hingga akhirnya ia mencoba berbicara pada soojung, berharap bisa mendapatkan bantuan dari wanita bijak itu.
"Maaf baru memberitahumu, dia memang mencintaimu. Kau memberinya harapan melalui surat yang ia temukan 1 tahun yang lalu," ucap soojung.
"Surat?"
"Hmm, Surat darimu untuk kelulusan Jeongyeon."
"Tapi itu sudah begitu lama."
"Aku tahu, tapi ia berani mengungkapkan karena hal itu."
"Tapi dia begitu terlambat, aku..."
"Kau tak bisa terus menunggunya, ini bukan seluruhnya salahmu."
Setelah sesi curhat, soojung pun menyetujui untuk mempermudah Mina meminta maaf pada Jeongyeon.
~apartemen soojung~
To : soojung noona
Aku sudah di depan pintu
Tak lama sebuah pintu pun terbuka, menampakkan 2 orang wanita dewasa disana.
"Kajja, kita harus segera pergi."
Jeongyeon hanya mematung, melihat siapa yang ada dihadapannya.
"Berangkatlah bersama Mina, mobil Amber hanya bisa untuk 2 orang."
"Ha? Tapi..." belum selesai membantah, soojung telah melenggang pergi.
"Kajja," ucap Mina lirih.
Di sepanjang perjalanan pun Mina dan Jeongyeon tenggelam dalam kesunyian. Tak ada yang ingin membuka suara. Mina terlalu takut dan Jeongyeon tak memiliki sesuatu untuk dibahas.
Kesunyian diantara mereka berdua berlangsung hingga pesta berlangsung. Sebuah pesta peresmian jabatan yang diterima amber atau dapat dikatakan sukuran.
Tak ada satupun selain amber dan soojung yang mereka berdua kenal disana. Tapi, soojung maupun amber seakan mencoba menjauh dari ke 2 manusia dengan konflik pribadinya itu.
"Maaf," ucap Mina berdiri sambil memegang segelas wine di tangannya.
"Hmm?"
"Aku tidak bermaksud, kau..."
"Apa?"
"Tentang pernyataanmu di kafe waktu itu."
"Kafe?" Mina hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Aku bahkan tak tahu apa yang kau bicarakan Mina, jangan membahas sesuatu yang bahkan tak ku ingat," sambungnya.
"Baiklah, maaf," hanya 2 patah kata yang dapat terucap, tapi sesuatu sedang terluka disana.
"Bagaimana dengan Chaeyoung?"
"Baik."
"Kalian jadian tapi tidak memberikanku pajak, aish sebenarnya aku ini siapa kalian?"
"Maaf, bagaimana jika besok?"
"Besok? Aku tidak bisa."
"Lusa?"
"Sama."
"Lalu kapan?"
"Aku juga tidak tahu, jadwalku padat."
"Apa kau menjauhiku?"
"Mwo?"
"Kau menghindar jika ku ajak bertemu."
"Ani, kau selalu mengajakku saat aku sedang sibuk."
"Baiklah tuan sok sibuk, terserah kau."
Mina melenggang pergi secepat mungkin, meninggalkan efek kibasan pada bagian bawah dress putihnya itu.
"Kau bahkan masih cantik ketika kesal."
Dua jam berlalu, pesta akhirnya benar-benar selesai. Soojung mendatangi Jeongyeon yang kini tengah duduk seorang diri menikmati sisa wine di gelasnya.
"Dimana Mina? Apa kalian baikan?"
"Dia bahkan pergi entah kemana sendirian."
"Apa kau gila? Ini sudah pukul 1 malam. Bagaimana mungkin dia pulang sendiri?"
"Dia pulang 2 jam yang lalu Noona."
"Bodoh, cari dia. Aku tak memaafkanmu jika sesuatu terjadi pada Mina."
"Aish, ne."
Dengan berat hati ia bergegas memasuki mobilnya, mengitari Seoul untuk menemukan Mina, atau mungkin sekedar melihatnya saja.
Singkat cerita setelah benar-benar mengelilingi separuh Seoul sambil menelepon Mina, akhirnya ia mendapatkannya. Sebuah panggilan yang diterima oleh seorang lelaki yang ia begitu kenal.
"Maaf tapi ini sudah malam, kau bisa menghubungi lagi ketika pagi sudah tiba," suara sengau yang dirasa milik Chaeyoung terdengar dari gawai Jeongyeon.
Dan tepat disaat itu pula Jeongyeon tengah menghentikan mobilnya tepat di depan lobi apartemen Mina.
"Bahkan aku menyia-nyiakan waktu tidurku hanya untuk mencarimu yang sudah tidur nyenyak di dekapan pria lain."
~~~
Menjauh mungkin pilihan yang buruk. Namun, menyibukkan diri dengan segala rutinitas menjadi pilihannya untuk meluapkan kekesalan yang selama ini ia pendam dan mungkin tak disadari.
Beberapa tahun berlalu dan kesibukan itu tentu tak akan berhenti. Kelulusan yang terlambat telah dijemputnya dan kini ia siap melangkah ke dunia yang sebenarnya. Dimana tak ada siapapun yang bisa menghentikan apa yang ia inginkan.
Beberapa hubungannya pun terputus begitu saja. Kesibukan yang semakin menggila tak mengijinkan Jeongyeon untuk sekedar bertukar kabar.
"Kau tak ingin datang?"
"Ada janji yang harus kudatangi."
"Baiklah, aku pulang dulu."
Dahyun keluar dari tempat tinggal Jeongyeon. Dan masuk menuju mobil yang dimana sudah ada Soojung, Chaeyeon, Tzuyu dan Daniel disana.
"Bagaimana?" mulai Daniel setelah Dahyun masuk.
"Dia menghindarinya."
"Aigo bagaimana bisa oppa sesuram itu," pasrah Chaeyeon.
Dihari yang sudah ditentukan, mereka berangkat tanpa adanya Jeongyeon. Ke sebuah pesta pertunangan antara Chaeyeong dan Mina.
Dihari yang sama itu pula. Hanya kesunyian yang ada di apartemen Jeongyeon. Gorden yang masih tertutup rapat, lampu tidur yang juga masih menyala di siang hari. Sepertinya ia tak memiiliki harapan hidup hari itu. Hanya berada di tempat tidur merebahkan diri dengan pikiran menerawang jauh, dan tak beranjak atau mungkin takkan pernah.
~bersambung~
Aduh maaf menghilang cukup lama
Udah lama, pendek lagi. Maaf ya😭
Jujur mulai kehilangan feel cerita, jadi maaf TT
Tapi saya berusaha menamatkan :)
Makasih yang nungguin, membaca, voting, komen, serta memberi semangat
Segenap cinta dari Twice, beberapa tokoh dan Myu :3
Bye bye 👋😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of My Life
Fanfictionbercerita tentang kisah hidup jeongyeon yang lebih banyak ke kisah percintaanya dengan gadis" yang pernah menjadi penyemangat hidupnya Perhatian!!! Cerita ini berunsur ~Gender Bender ~kadar halu yang tidak stabil