Dua Puluh Empat

248 46 9
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga Terima kasih :)

💭💭💭

Keyva menarik tangan Dearni yang saat itu sedang asik manyantap bekal makan siang di dalam kelas. Sambil berusaha menelan makanan yang sudah terlanjur ia masuk 'kan ke dalam mulut.

"Aduh, lepasin! Apaan sih!" protes Dearni yang berusaha melepaskan tangannya.

Keyva tidak memedulikan perkataan Dearni. Yang jelas ia ingin cewek itu melihat sesuatu yang sedang terjadi di dalam kelas 12 IPS 4.

"Diam ikut gua!"

Keyva masih terus menarik Dearni, menuju lantai tiga. Tempat di mana anak kelas dua belas berada. Gianita dan Wilza tidak tinggal diam, mereka mengikuti Dearni dengan langkah terburu-buru.

Dilihatnya Mahera yang telah memegang kedua tangan Fanessia. Wajah Mahera saat itu terlihat serius dan tegas. Binar mata hitamnya menatap intens mata Fanessia.

"Gua sayang sama lo. Gua mau lo jadi pacar gua."

Seketika Dearni yang sudah berada di ambang pintu kelas Mahera memberhentikan langkah. Debar dijantung terasa berhenti. Semua siswa yang ada di sana terkekeh dan saling berbisik.

'Eh, gak salah itu?'

'Benaran Mahera itu?'

Dalam benak Dearni pertanyaan sama seperti itu juga terlintas. Dearni masih bergeming dengan Keyva yang berdiri di sampingnya. Tidak ada respon, Dearni ingin mendengar semua jawaban dari cewek yang baru saja ditembak oleh Mahera.

"Fan, gimana?"

Fanessia tampak bingung kala itu. Ia melepas genggaman tangan Mahera.

"Tapi, lo udah punya pacar." Mahera tersenyum simpul.

"Gua udah gak ada rasa dan gak pernah ada rasa sama dia. Kalau lo terima gua. Gua bakal putusin cewek itu."

Fanessia sudah melihat Dearni, namun tidak dengan Mahera. Karena, posisi Mahera membelakangi Dearni. Fanessia menyeringai senang. Ini kesempatan yang tidak ingin ia sia-siakan. Bagaimana pun perasaan yang ada di dalam hati Fanessia sudah mengakar terlalu lama.

Kini, Fanessia sudah kehilangan hati nurani. Dengan bersemangat Fanessia menganggukkan kepala. Yang artinya ia menerima pernyataan cinta dari Mahera. Akhirnya Mahera memeluk tubuh Fanessia.

Sesak. Perasaan Dearni saat itu. Rasanya ingin pingsan. Namun, ia harus kuat. Dearni menarik napas, untuk memberanikan diri melangkah menghampiri Mahera.

"Kak Mahera.." tegur Dearni dengan nada bergetar. Terlihat sekali Dearni berusaha menahan air mata yang akan jatuh di pipi.

Seruan Dearni membuat Mahera terkejut. Ia berusaha setenang mungkin. Mahera menatap Dearni yang berada dihadapanya.

"Lho, lo kok bisa di sini?"

Dearni menatap tajam Mahera. Deru napas memburu. Tangan Dearni langsung menampar wajah Mahera. Sekali tamparan namun, terlihat sangat kencang dan sakit. Terlihat dari pipi Mahera yang sudah memerah.

Beberapa siswa yang menyaksikan saling menatap tidak percaya dan terkejut. Afat dan Davindra yang baru saja datang menatap tidak percaya. Terlebih dengan Afat, perasaan bersalah meradang dihati Afat. Ia tidak tahu harus mengatakan dan menjelaskan apa jika ditanya dengan Disnika.

Davindra memutuskan untuk mengejar Dearni. Sedang 'kan Afat mematung masih dengan ketidak percayaan yang baru saja ia lihat. Mungkin, nanti ia akan meminta penjelasan pada Mahera yang sejelas-jelasnya.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang