Asal Kau Bahagia

551 53 3
                                    

Song: Asal Kau Bahagia (Armada)

Cast:
-Taehyung BTS as Alvino Nata Saputra
-Nayeon Twice as Kanaya Larasati

-Joshua Seventeen as Joshua Giovanni

POV: Orang Pertama (Alvino)

***

Kemarin sore, saat pulang dari les aku tak sengaja melihat Kanaya-kekasihku-sedang duduk berdua dengan seorang pria di salah bangku taman yang selalu aku lalui setiap pulang dari les ataupun dari sekolah. Kalau tidak salah ingat, dia yang bersama Naya adalah Joshua, mantannya sebelum kami menjalin kasih.

Setahuku, dulu mereka berpacaran sejak duduk di bangku putih biru dan harus putus saat Joshua pindah sekolah mengikuti ayahnya yang dimutasi ke luar kota. Aku yang telah mengagumi Naya sejak pertemuan kami yang pertama, menggunakan kesempatan itu untuk mendekatinya. Hingga sebulan yang lalu akhirnya Naya menerima pernyataan cintaku yang ketujuh kalinya.

"Kenapa kamu kembali?" bisikku pada angin saat melihat mereka tertawa bersama. Entahlah, saat melihat itu aku dapat merasakan buncahan perasaan Naya yang selama ini mungkin terpendam. Rasa sesak tiba-tiba mencakup di dadaku.

Alvino Nata Saputra: Nay, lagi di mana?

Sebaris pesan kukirimkan padanya. Dari tempatku berdiri, aku dapat melihat Naya mengambil ponsel dari tas ransel berwarna krim yang Naya letakkan di pangkuannya.

Kanaya Larasati: Lagi di rumah
Kanaya Larasati: Km dimana? Udah pulang?

Bukan lagi sesak, kini hatiku terasa remuk membaca balasan dari Nayeon. Dia berbohong, padahal dengan jelas aku bisa melihat dia sedang duduk berdua, bercanda tawa dengan mantannya.

Alvino Nata Saputra: Oh.
Alvino Nata Saputra: aku lagi otw balik dari les

Im Nayeon: Sip. Take care ya
Im Nayeon: Lop u.

Bukannya bahagia membaca sebaris ucapan cinta dari Naya. Aku malah makin merasa sakit, karena aku tahu semua itu bohong.

Rasanya inginku menghampiri mereka, lalu membawa Naya pergi dari sisi Joshua. Tapi kutak bisa. Karena aku terlalu mencintai gadis bergigi kelinci itu. Aku pun memilih bertahan dan menatap keduanya dari kejauhan. Asalkan dia bahagia, aku rela menahan kesakitan ini.

***

Keesokan harinya, sepulang sekolah seperti biasanya aku dan Naya akan pulang bersama. Saat melalui taman kemarin, aku membelokkan motorku masuk ke dalam taman. Berhenti tepat di bangku yang kemarin diduduki oleh mereka-Naya dan Joshua.

"Kita duduk-duduk sebentar, ya," ucapku sambil melepaskan helm yang kugunakan. Nayeon cuma mengangguk sebagai jawaban dan ikut melepas helmnya.

Kami pun duduk di bangku itu. Suasananya, terasa berbeda dengan yang kusaksikan kemarin. Kami hanya berdiam diri. Aku menengadahkan wajahku ke arah langit yang terlihat cerah, tak seperti suasana hatiku yang bagai didera badai.

"Nay, gimana kalau kita putus aja?" Tanpa dapat kukendalikan, mulutku mengucapkan kata yang sampai mati pun sebenarnya tak ingin aku keluarkan.

Dapat kurasakan Naya mengubah posisi duduknya, mungkin menghadapku. "Kenapa?"

"Aku tahu kamu gak bahagia sama aku," ucapku dengan tetap menatap langit. Aku enggan menatap Naya, karena jika aku melihatnya, aku tak akan pernah mampu melepasnya.

"Aku bahagia kok. Aku sayang sama kamu, Vin."

Aku tersenyum miris mendengar kalimat Naya. Andai saja aku tidak melihat kejadian kemarin, pasti aku akan merasa sangat bahagia mendengar ucapan cinta Naya tadi.

"Kamu sayang sama aku, tapi cintanya buat Joshua, 'kan?" tanyaku telak. Kali ini aku memilih untuk menatap kedua netranya yang juga sedang menatapku. Aku menyelam pada mata kelamnya, mencari adakah aku di sana.

"G-gak kok, aku sayangnya sama kamu, Vin." Sayangnya dia mengucapkan itu saat aku masih menatap matanya. Aku dapat melihat kilatan ragu pada kedua netra Naya. Saat itu pun aku tahu, jika dia berbohong.

Lagi, aku tersenyum miris. "Gak usah bohong. Aku gapapa kok. Aku senang kalau kamu senang. Dan aku gak mau ngikat kamu dalam suatu hubungan, kalau hati kamu masih milik orang lain."

"T-tapi."

"Gak ada tapi-tapian. Yuk, balik." Enggan merasakan sakit yang lebih dalam. Aku pun mengajak Naya pulang, sambil mengenggam tangannya. Naya juga tidak menolak dan mengikutiku menuju motor.

Sepanjang perjalanan pulang, Naya terus memelukku. Bersamaan dengan sautan yang dikeluarkan oleh kendaraan lain, aku dapat mendengar suara tangis Naya keluarkan.

"Vino, kamu sungguh brengsek. Bukannya bikin Naya senang, malah bikin dia nangis," makiku dalam hati.

Tak lama aku menghentikan motorku di depan sebuah rumah yang lumayan besar dan bercat putih milik keluarga Naya. Dengan perlahan gadis itu turun dari jok motor dan menyerahkan kepadaku helm yang dia gunakan.

Dengan senyum yang dipaksakan aku menerima helm bergambar kelinci, karakter animasi yang menurutku sangat mirip dengan Naya. Aku sengaja membeli helm ini, sebulan yang lalu untuk Naya gunakan jika keluar bersamaku.

"Janji, kamu harus bahagia," ucapku sambil merapikan rambutnya, yang agak berantakan gara-gara menggunakan helm.

Tanpa menunggu janji yang keluar dari mulut Naya, aku menjauhkan tanganku dan segera memutar gas pada motorku dan melaju meninggalkannya.

"Maafkan aku Nay, kulakukan ini agar kau bisa bahagia, bersamanya."

End.

Ini cerita lama sih, aku edit-edit doang wkwk. Semoga suka😃
Aku edit lagi pake nama lokal wkwk.

22 November 2017

Spotify (Song Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang