My Sunshine

Issue pt.2

Seolah tak menghiraukan ucapan Haechan, Mark justru kian mengikis jarak diantara mereka berdua. Sontak para siswa yang mengerumuni mereka semakin berteriak riuh.

Well, kapan lagi mendapat tontonan gratis seperti ini? Apalagi kapten basket sekolah mereka itu terkenal tak mau menerima ajakan kencan dari siapapun.

Then who is this red haired guy that could captivated Marks attention?

Sadar kalau jaraknya dan Mark hanya selebar telapak tangan, Haechan buru-buru mundur. Celakanya, kaki pemuda itu menyandung batu yang—God knows why!—mendadak berada disana hingga tubuhnya terhuyung ke belakang.

Matanya sontak membelalak.

Bukan akibat tubuhnya menabrak aspal keras, tapi karena kehadiran lengan yang menahan pinggangnya. And you know exactly whose arm it is.

"Kau tak apa?" tanya Mark tepat di sisi telinga Haechan.

Menyadari posisi mereka yang—well, terlalu intim bagi dua orang yang hanya sebatas tahu, Haechan segera menggamit lengan Mark agar terlepas dari pinggangnya. "Lepas!"

Mark mundur ke belakang. Kedua tangan terangkat ke atas, pertanda tak akan menyentuh pemuda itu tanpa ijinnya. Bola basketnya entah menggelinding kemana, dan Mark tetap menjadi Mark. He doesn't care.

"Aku serius dengan ucapanku tadi."

Haechan, masih dengan seluruh kebingungannya dengan terbata berucap, "I –I think, you've got the wrong person."

Mark mendengus geli. Bagaimana bisa dia jatuh pada bocah selugu ini?

"You're Lee Haechan, from class X-11." Pandangan Mark beralih ke pemuda yang berada di belakang Haechan. "And he's Na Jaemin, your bestfriend. Am I right?"

Jaemin yang sedari tadi menarik tangannya—mengajaknya untuk segera pergi dari sini, sepertinya mulai merasa tak nyaman dengan perhatian dari murid-murid lain. Tapi Haechan mengabaikannya.

Ditatapnya wajah tampan Mark yang kini balik memandangnya. Entah apa yang ada di pikiran pemuda penggila basket itu.

"Well?" Mark bertanya dengan sebelah alis terangkat, seolah menuntut jawaban.

Haechan sendiri tak pernah berada pada situasi seperti ini. Jadi yang sanggup dilakukannya adalah berteriak setengah frustasi, "I don't even know you!"