05. Hoodie Hitam

2.9K 409 17
                                    

Pak Daniar menatapku dalam diam, aku yang ditatap seperti itu hanya menunjukkan cengiran khasku lalu memakan makanan yang tadi ia pesan melalui di gofood.

"Lain kali kalau minum itu duduk. Sudah tau mereka berdua itu anak anjing yang nakal."

Aku hanya menggedikkan bahu acuh, "Aku harus berterima kasih dengan mereka. Karena gara-gara itu aku dapat hoodie ini gratis."

"Memangnya siapa yang bilang kalau hoodie itu kuberikan untukmu?" Dengus Pak Daniar.

"Karena hoodie ini bagus dan sekarang aku pakai, jadi ini sekarang menjadi hak milikku."

"Kau ini hobi merampok orang atau bagaimana?"

Aku hanya diam mengacuhkannya dan memilih untuk menghabiskan makananku. Tadi setelah Pak Daniar selesai mandi, dia langsung mendapatiku yang tengah mengomeli kedua anak anjingnya di ruang tengah. Jangan khawatir, Pak Daniar termasuk pria yang baik.

Begitu tahu bajuku basah, ia langsung menyuruhku untuk ke kamarnya dan mengganti bajuku dengan miliknya di dalam lemari. Dan pilihanku jatuh pada hoodie hitam kebesaran yang ada di lemari pakaiannya itu. Wah, aku baru tahu kalau seleranya sebagus ini.

"Kalau sudah habis masa pertukaran mahasiswa, apa kamu langsung pulang ke China?"

Mendengar pertanyaan random dari pria disampingku ini membuat aku memandangnya bingung. "Jelas saja aku pulang ke sana, aku kan kuliah di sana."

Pak Daniar mengusap tekuknya, "Ah... Begitu ya."

Alisku mengkerut bingung. "Kenapa Pak?"

Dia hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, hanya penasaran saja."

Aneh sekali. Tapi, wajar sih kalau dia bertanya ke mahasiswinya.

Usai menghabiskan makananku, aku pun langsung memulai untuk mengerjakan tugasku yang tadi aku bawa sebelum ke sini. Beruntung sekali Lulu dan Coco tertidur disebelah Pak Daniar yang asik menonton siaran berita di televisi.

Beberapa hal mengganggu pikiranku kala mengerjakan tugas. Aku pun mengalihkan pandanganku dari notebook ke Pak Daniar yang serius menonton disebelahku. Aku merasa dia itu seperti memiliki dua sisi yang berbeda. Apa perasaanku saja? Dia ketika bersama mahasiswinya yang lain dan ketika dia ada bersama denganku, dia berbeda. 

Iya, harus aku akui... Jujur aku merasa kalau makin bertambahnya hari, Pak Daniar semakin membuatku merasa berbeda ketika ia bersamaku. 

Agaknya aku merasa spesial ketika berdua bersamanya.

Aku tidak bohong, dia selalu saja melemparkan perhatian-perhatian kecil padaku walau kadang terlihat sangat menyebalkan.

Hey, jangan salahkan aku kalau aku tersanjung dengan itu. Salahkan dia yang selalu saja bersikap manis dan menyebalkan, membuat kepikiran saja.

"Tugasmu tidak akan selesai kalau hanya dipelototin seperti itu."

Aku menatap malas ke arah Pak Daniar, padahal aku baru saja memikirkannya tapi ia membuatku kesal lagi.

"Apa?" Dia menatapku dengan tatapan tak bersalahnya, yang kubalas dengan gelengan kepala.

Prinsipku, jangan memberitahunya kalau aku sedang memikirkannya. Ingat dia sangat besar kepala dan menyebalkan. 

"Tugasmu masih banyak?"

"Sedikit lagi selesai."

"Mau menemaniku ke gramedia tidak? Ada novel yang ingin aku beli."

RENJANA | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang