Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga Terima kasih :)
🎀🎀🎀
Mahera membalikkan muka saat dirinya tanpa sengaja bertemu dengan Dearni. Sebisa mungkin Dearni mengontrol segala bentuk afeksi kemarahan yang berkecamuk di dalam dirinya, ia hanya bisa terdiam. Dengan napas naik turun.Sudah hampir seminggu sejak kejadian di mana Mahera berbuat seenaknya pada Dearni. Memutuskan secara sepihak dan mempunyai kekasih baru tanpa rasa bersalah sedikit pun. Dan sejak saat itu juga Mahera menjadi sosok yang tidak pernah mengenal Dearni.
Entah terbuat dari apa hati Mahera, mengapa bisa sekejam itu. Bahkan ketika cowok itu bersilang dengan Dearni. Mahera tidak sedikit pun menoleh pada Dearni dan cenderung membuang wajah jika bertemu.
Mata Dearni masih menatap punggung Mahera yang kian menjauh. Batin Dearni semakin hari semakin terasa sesak. Bel masuk sekolah telah berbunyi tiga kali.
'Lo kuat, De.' Dearni tersenyum sambil mengepal 'kan kedua tangan. Kemudian, ia berjalan menuju kelasnya.
Diam-diam Davindra yang melihat kejadian tersebut tidak terima. Ada rasa perasaan sedih sekaligus perasaan bersalah yang bergerumul di dalam hatinya. Karena hal itu, Davindra bertekad membuat perhitungan pada Mahera.
Sebelum itu, Davindra memilih untuk menghampiri Dearni. Dengan langkah seribu, Davindra berlari menghampiri Dearni. Ketika Dearni hampir masuk ke dalam kelas. Buru-buru Davindra menghadang Dearni. Membuat cewek berambut sebahu itu terkejut.
"Hai, Cantik!"
Dearni langsung menghentikan langkah, matanya membelalak ketika tiba-tiba saja Davindra berdiri dihadapanya.
"Nama saya bukan Cantik."
Mendengar ucapan Dearni, Davindra tertawa. Sedangkan Dearni menaik 'kan sebelah alis, bingung.
"Kenapa lo, Kak? Udah ga waras?"
Ucapan tersebut sukses membuat Davindra berhenti tertawa. Dan cowok itu berdiri tegap sambil menyugar rambut.
"Nanti pulang bareng gua, ya?"
Dearni tampak terdiam sejenak. Kemudian, ia membuka suara. "Engga, makasih kak. Saya pulang naik angkutan umum aja."
"Naik angkot? Memangnya ga panas? Ga takut nunggu lama? Mending sama babang batman aja, yuk?"
"Engga. Makasih, Kak," ucap Dearni. Ia pun melangkah kan kaki masuk ke dalam kelas. Dan duduk di atas bangkunya.
Davindra tidak pantang menyerah. Cowok itu pun mengikuti Dearni. Ia duduk tepat di depan Dearni, dengan kedua tangan menopang dagu. Keningnya mengernyit dengan mata menyipit.
"Pulang bareng gua, ya ... Ya ...?"
Bukan jawaban iya dari Dearni yang Davindra terima, tetapi jawaban tidak dari gelengan kepala Dearni. Davindra menarik napas. Ia tidak kehabisan cara untuk mengajak Dearni pulang bersamanya.
"Ayo dong ... Sekali deh, ya?" ungkap Davindra dengan nada layaknya anak kecil. Membuat teman sekelas Dearni sontak melirik ke arah mereka berdua.
Dearni meneguk air liurnya. Memasang wajah tidak enak. Ia pun perlahan memejamkan kedua mata dan tak lama kembali membuka matanya.
"Gimana?" tanya Davindra tepat di depan wajah Dearni. Yang otomatis ketika Dearni membuka mata, wajah Davindra lah yang menjadi pemandangan pertama.
Dearni yang risih dengan kelakuan Davindra refleks mendorong tubuh Davindra. Membuat tubuh Davindra terdorong ke belakang dan cowok itu hampir terjatuh dari tempat ia duduk. Beruntungnya ia bisa menyeimbang kan tubuh, sehingga tidak terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka
Novela JuvenilFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...