35

1.3K 121 37
                                    

Dua puluh menit Boby menatap dirinya dalam pantulan cermin, menyisir rambut coklat yang sedikit gondrong dan merapikan kemeja putih lengkap dengan blazer hitam senada dengan celana yang ia gunakan. Ia sibuk bermonolog seolah kaca di depannya adalah Shani dan orang tuanya. Mata hazelnya semakin bersinar kala tersorot lampu kamar. Berkali-kali membuang napas berkali-kali pula Boby mengulang ucapan yang sama. Ia sibuk merangkai kata jika kedua orang tua Shani menanyakan hal-hal seputar pertunangannya.

Reyhan sudah tiga kali melirik jam di lengan kirinya, kamar anaknya masih tertutup rapat. Sebenarnya apa yang sedang anaknya lakukan. Bosan menunggu, Reyhan memutuskan untuk kembali mengetuk pintu kamar bercat putih itu.

"Boby kamu gak berubah pikiran kan? Papa nungguin kamu dari tadi. Sepuluh menit lagi acaranya di mulai."

"Iya pah, bentar lagi." Teriak Boby tanpa membuka pintu, Reyhan kembali duduk dengan sabar.

Setelah siap dengan semuanya, Boby keluar kamar dengan jantung yang terus berdegup kencang.

"Pah, Boby udah siap." Pak Reyhan yang sudah menunggu hampir setengah jam akhirnya beranjak dari duduknya. Matanya menelisik dari ujung ke ujung.

"Loh, kamu anak siapa?" Tanya Reyhan dingin.

Boby kaget dengan ucapan serta tatapan yang menelanjangi mentalnya.

"Pah..."

"Papa bercanda Boby, jangan terlalu tegang. Papa cuma gak nyangka anak papa sekeren ini." Pak Reyhan tertawa kecil sambil menepuk kedua pundak anaknya.

"Papah ini, udah tau Boby lagi gugup malah di gituin. Ayo ah Boby udah siap nih."

"Buru-buru banget, orang tetanggaan doang." Kekeh Reyhan yang hendak menyusul anaknya.

Boby mengabaikan papanya yang sejak tadi menggodanya, masih terasa canggung buat Boby membalas candaan sang papa. Ia hanya bisa tersenyum sambil melenggangkan kakinya menuju pintu.

Tanpa memberi tahu siapapun bahkan orang terdekat sekalipun, malam ini Boby bersama ayahnya mengunjungi rumah kekasihnya. Janjinya untuk menikahi Shani akan segera ia tepati, ia tak ingin terus menata hati yang terlanjur hancur. Yang sudah biarlah berlalu, masa depannya juga berhak indah. Satu langkah lebih jauh telah Boby tentukan dengan siapa ia akan berbagi kasih, menjalani hari-hari panjang yang pasti akan di isi dengan banyak cerita. Meski usia Boby masih sangat muda ia berani mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya yaitu merencanakan masa depannya dengan Shani sebagai wanita pilihannya.

Sekitar pukul 19:30 Boby dan juga ayahnya tiba di kediaman Shani. Hanya keluarga inti yang hadir untuk membicarakan itikad baik putra-putrinya tersebut.

Suasana hangat sangat terasa, kedua keluarga saling menyapa di selingi canda yang membuat ketegangan sedikit mencair.

Keluarga Shani maupun Boby sudah saling mengenal satu sama lain. Selain tetangga, ayah Shani dan juga ayah Boby berteman baik. Bahkan orang tua mereka tak menyangka jika pada akhirnya akan menjadi besan. Kedua orang tua Shani memeluk Boby sebagai tanda jika keluarga Shani sangat bahagia apabila Boby bisa menjadi bagian dari keluarga besarnya, begitupun sebaliknya pak Reyhan sangat setuju jika Shani yang ia kenal menjadi menantunya. Selain cantik, Shani juga baik dan pintar, Reyhan menyukai itu.

Dengan menggunakan dress sederhana, Shani terlihat anggun malam ini. Senyum indahnya terpatri sempurna. Wajah sumringah serta suasana bahagia tercipta ketika orang tua Shani menerima niat baik kekasihnya. Tanggal pertunangan sudah ditentukan, kedua keluarga setuju jika anak-anaknya fokus dengan pendidikannya terlebih dahulu.

Tak ada yang membahagiakan selain restu dari keluarga, Boby dan Shani saling melempar senyum, keduanya sama-sama lega acaranya berjalan dengan baik sesuai yang di harapkan. Mengingat keduanya masih sangat muda, emosinya kadang naik turun, dan pikirannya mudah terbawa arus. Kedua orang tua mereka tak segan-segan untuk mengingatkan jika statusnya sebentar lagi akan berubah menjadi bertunangan alias sudah di khitbah tapi bukan berati mereka bisa melakukan hal diluar batas wajar hubungan yang semestinya. Andai saja orang tuanya tau jika mereka pernah melakukan itu secara tidak sengaja, mungkin mereka akan di nikahkan sekarang juga. Menikah adalah hal yang sakral, menikah adalah perkara keberanian. Bagi Boby, Shani adalah sosok yang tepat, mampu membawanya melangkah ke depan tanpa keraguan tanpa rasa takut akan kegagalan.

Paralyzed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang