7. Semakin menjauh...✓

576 36 0
                                    

Kamu lebih perhatian sama dia dari pada aku yah!”

Shella berjalan menyusuri koridor kelas, ia berbincang-bincang dengan Tommy temannya itu.


“Gimana Tom, Apa yang meski gue lakuin?” Tanya Shella sudah sekian kalinya, Tommy berdecak ia sudah sedari tadi berpikir bagaimana caranya agar Sahabatnya itu dekat lagi dengan Reyhan.

“Gimana gue mau mikir kalau Lo terus aja ngerocos.” Shella menyengrit lalu diam sembari menunggu ide Tommy.

“Kasih dia sesuatu yang spesial Shell!” Seru Tommy, Shella melirik tak kalah antusiasnya.

“Misalnya?” Tommy berdecak, Shella lebih berpengalaman dari padanya.

“Gue sering ngasih Karin bunga, Dia senang, Cokelat dia juga suka, Hmmm tapi Reyhan beda. Dia kan cowok.” Shella merosot menyadari jika Karin dan Reyhan berbeda.

“Terus gue harus apa, Tom kasih tahu gue. Lo tahukan kalau gue nyesel.” Tommy mengangguk saja, Shella yang selama ini selalu tersenyum ketika mendekati Reyhan nyatanya banding terbalik dengan kenyataan. Shella selalu mengeluh padannya, dengan respect  Tommy memberikan saran untuk mengajak pria itu nonton atau jalan. Tapi selalu saja Shella merasa gagal, ia gagal mengajak Pria itu nonton ataupun jalan jalan.

“Hmm, Lo pulang sama siapa?” Tanya Tommy, Shella menggeleng. Siapa yang mengantarnya pulang jika bukan naik angkutan umum atau kendaraan online.

“gue gak nawarin soalnya, tapi ini kesempatan Lo buat narik perhatian Reyhan biar dia bisa pulang bareng lo.” Shella menoleh tepat pada arah Padang Tommy, Reyhan berdiri mengamati hujan yang masih deras itu.

“Sukses Shell, gue harus cepat-cepat keburu Karin ngambek.” Tommy berjalan pergi, meninggalkan dirinya yang masih berdiam diri mengamati satu titik itu. Reyhan yang sedang berdiri mengamati hujan.

Ia melangkah perlahan ke arah pria itu, namun ia segera berhenti ketika sepasang kaki jenjang yang mendekat ke arah Reyhan. Siapa lagi kalau bukan Geisha. Ia meremas seragamnya di depan dada, berusaha menahan sesak yang ia rasakan.

“Hay kak Shella!” Menyadari sebuah panggilan, Shella mendongak menatap Geisha yang sedang tersenyum manis. Ia mengaku, Geisha memang manis dan cantik. Pas sekali dengan Reyhan.

Shella berbalik, ia berjalan menjauh. Buat apa dia harus menghampiri keduanya. Mereka akan membuatnya sangat terpuruk.

“Kak, Kak Ella.” Entah panggilan itu membuat jantungnya berdetak, panggilan Reyhan untuknya.

Gue panggil Ella boleh, Nama itu cantik buat lo.”

Shella berusaha menepis semua itu, ia melanjutkan jalannya tanpa menoleh sedikit pun.

Shella duduk di beranda sekolah mengamati beberapa temannya yang sedang berlarian karena ada jemputan, Shella juga melihat Reyhan dan Geisha yang berlari... Lagi lagi dengan jaket yang melindungi kepala mereka.

Reyhan tidak pernah bersikap seperti itu, Reyhan selalu cuek akan kehadirannya. Menolak semua ajakannya alasannya, “Gue belajar,

“Kamu lebih perhatian sama dia dari pada aku yah.” Shella tak sadar jika kini air matanya lolos dari pipinya, Ia tidak bisa memaksakan hatinya menahan sesak. Rasanya ia susah bernafas.

“Masih aja,” suara itu, Stif datang lagi. Kenapa pria itu suka bikin gaduh pada dirinya sih.

Shella beranjak, ia menoleh dengan tatapan tajam lalu melanjutkan jalannya menghindari pria itu, Stif.

***

Shella tiba dengan basah kuyup, ia terpaksa menerobos hujan akibat jengkel dengan Stif yang selalu mengikutinya, apa sih mau pria itu.

Shella duduk di depan teras rumahnya, Ia membuka sepatunya yang sudah basah beserta tasnya yang juga ikut basah.

"Ella, kamu gak apa apa yah?" Ibunya dari dalam melihat kepulangan putrinya yang sedang basa kuyup.

"Mama ambilkan handuk dulu." Perempuan itu masuk kedalam mengambil handuk kering untuk di berikannya pada Shella.

"Nih, pake cepat." Ibu Shella menyerahkan handuk itu. Shella memakainya.

"Masuk dulu, disini dingin."

Shella mengikuti ibunya sembari menenteng tas dan sepatunya masuk kedalam, setelah menyimpan tas dan sepatunya di tempat cucian Shella mengganti bajunya dengan piyama unicorn.

"Ella makan dulu." Teriak ibunya dari bawah, Shella bergegas turun ke bawah.

Melihat ibunya sudah menyajikan makanan di meja makan, ia segera menghampirinya.

"Ella, mama mau nanya?" Shella yang hendak mengambil piring urung dan menatap ibunya. " Tanya apa?"

"Kamu sama Reyhan baik-baik?" Shella terdiam, tidak ada baik-baik di antaranya.

"Kemarin mama lihat Reyhan di depan gerbang, lihat ngasi makanan buat kang Dudung di pos depan." Shella terdiam, apa benar Reyhan kemarin datang.

"Reyhan pasti sakit hati banget sama Ella, Ella udah jahatin dia ma, Ella nyesel. Dan Reyhan tidak akan memaafkan semua kesalahan Ella." Suasana meja makan mendadak sendu, Shella menangis, menangisi kebodohannya.

"Gak mungkin dia langsung benci kamu, coba aja minta maaf, Mama yakin. Reyhan masih cinta dan sayang sama kamu." Shella mengangguk, hanya saja tidak ada keberanian dalam dirinya meminta lebih dari pria itu. Pria yang sudah ia sakiti.

"Ma, Shella boleh minta sesuatu, kalau misal Reyhan gak mau balikan sama Shella?" Ibunya mengangguk, apapun untuk anak satu-satunya.

***

Shella duduk di kursi belajarnya, merenungkan lagi tentang pembicaraannya dengan mamanya tadi. Itu adalah keputusannya untuk melupakan Reyhan nantinya.

Ia merai selembar kertas bindar lalu menulis sesuatu, sebuah rangkaian kata yang ia tulis hanya untuk meraih kembali hatinya.

Reyhan adalah pria yang setia, tidak posesif dan tidak romantis. Kadang Shella kesal ketika pria itu mencampakkannya. Ia hanya butuh di perhatikan sebagai seorang kekasih, tidak salah dari harapannya.

"Kamu itu bintang, meski kecil tapi tetap bersinar." Shella tersenyum, Reyhan pria yang gila belajar hanya untuk menggapai mimpinya itu. Terkadang dari sifatnya itu yang membuat Shella tak suka, mendadak ia merasa terabaikan.

Reyhan bukan pria yang suka cari ribut ataukah pertengahan pria itu benar-benar tidak ada konflik hidup. Shella berjalan menuju salah satu lemari, dimana ia masih menyimpan kalung pemberian pria itu. Hanya barang itu yang ia miliki, semua barang-barang yang pernah Reyhan kasih telah ia pulangkan.

"Kata kamu, kalung ini hanya untuk perempuan yang kamu cintai, sekarang siapa yang kamu cintai. Geisha apa aku?" Jujur saja, ia cemburu melihat Reyhan lebih perhatian dengan Geisha dari pada dirinya.

Ia bimbang, ia bingung mengartikan semua perlakuan Reyhan padanya dan Geisha. Mereka di perlakukan sangat berbeda.

Shella adalah pacarnya, itu dulu. Jarang mendapat perlakuan romantis. Ia menyukai Reyhan sejak pertama kali melihat pria itu yang sangat ramah bahkan tidak kaku seperti Reyhan sekarang.

"Rey, aku rindu sama kamu." Lirihnya, ia rindu dimana ia selalu bersama Reyhan meski hanya sebagai pajangan saja menurutnya.

Ia hanya butuh di anggap, dan Reyhan sama sekali tidak menganggapnya. Bertahan sakit melepas juga sakit, Shella benar-benar pusing memikirkan hal itu, perasaannya saja masih terombang-ambing.

***

Dear Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang