The expression of the night is so beautiful
Gelap terang warna biru bercampur dengan sebercak kuning, tetesan putih tersebar acak menjadi gemerlap bintang pada langit malam; membentuk sebuah konstelasi di langit utara. Siluet pohon tampak mengelilingi api unggun di tengah, menjadi pusat suasana penuh kehangatan. Palet tari warna pelangi dijauhkan, presensi seorang pria rupawan menggerakkan tungkai tuk mundur satu langkah. Atensi penuh tertuju pada kanvas hasil kegiatan lukisnya, pandangan meniti detail tiap jengkal warna yang ditorehkan oleh kuas tebal. Selang dua menit sebelum bibir Jeon Jungkook membentuk kurva ke bawah, senyuman tulus kentara siratkan rasa puas akan hasil karyanya.
Ruangan persegi tempatnya berdiri itu tidak dijamah oleh sang mentari, bahkan tidak jelas pukul berapa sekarang, siang atau malam, pagi atau senja. Dalam ruangan itu hanya ada satu pencahayaan dari lampung gantung tepat di atas kepala pemilik ruangan. Sunyi, senyap, kedua esensi yang saling terikat bernyanyi gembira, dinikmati secara khidmat oleh Jungkook sebagai bentuk pemulihan diri. Jangan lupakan melukis sebagai hobi, membuat jiwa lega sebab diisi energi positif. Sampai ketika pintu terbuka, tunjukkan insan jelita berkulit putih langsat dengan kedua tungkai jenjang melangkah masuk ke dalam. Satu tangan pegangi optik tercanggih, dapat dilihat dari seberapa panjang lensa terpasang. Jangan lupakan senyuman cerah terukir indah pada bibirnya, tercetak jelas di kala jemari itu menyalakan saklar lampu utama—
"Aku berani bertaruh jika kau seperti sepanjang tahun, aku akan merayakan tahun baru bersama seorang vampire." —direspon erangan tersirat kesal dari Jungkook manakala sang wanita mulai menarik semua tirai hitam yang rupanya menutupi semua jendela di dalam ruangan guna mencegah cahaya melakukan kudeta terhadap kegelapan ruangan khusus dalam apartemen itu, enggan mencegah, opsi mendaratkan bokong pada kursi bundar berbahan kayu mahoni menjadi keputusan.
"Yeah, bertaruhlah untuk sepuluh ribu won agar itu terjadi, Eunha."
Jung Eunha—identitas sang wanita—berdiri tepat di samping jendela, berkacak pinggang tanpa menurunkan kamera di salah satu tangan. Netra hazel memandang lurus pemilik ruangan disertai sudut bibir menekan ke dalam, mutlak tunjukkan pendapat yang bertolak belakang, undangan khusus agar perdebatan segera datang. Namun selang beberapa waktu sebelum helaan napas diulas dalam timing bersamaan, kedua insan tak memilih jalan pertikaian sebagai krisis dalam lembaran cerita, terlebih lagi umur keduanya yang sudah dewasa membuat kepala tetap dalam suhu dingin agar 'dewasa' tidak lagi menjadi stereotip semata.
We’re shining, in each of our rooms, in each of our planets
Presensi sang wanita mulai berjalan mendekat seolah tak terjadi apapun sebelumnya, berdiri tepat di samping Jungkook memandang ke arah kanvas yang sama. Sensasi menantang dihantarkan ke seluruh tubuh setelah melihat lukisan, impuls yang bergerak cepat mengirim sinyal menuju otak. Eunha, sebagai seorang fotografer, tentu tidak mungkin menolak sebuah tantangan secara tidak langsung ini. Hitung-hitung portofolio di galeri mereka bertambah, dan lagi mereka mempunyai jadwal di akhir musim semi, rencana yang sudah tersusun dengan amat baik oleh kedua pihak. Senyuman mematri indah pada bibir sang wanita, iris hitam berbinar kagum kentara terlihat.
Lantas satu tangan pun bergerak naik, menekuk pada bahu Jungkook sebagai penopang, berdengus singkat sembari menatap sang adam. "Aku tidak tahu bahwa kau amat senang menantangku."
"Kautahu," sang adam merespon, mengalihkan pandangan dari kanvas menuju lawan bicara dengan senyuman jenaka. "Aku tidak ingat sekalipun pernah menantangmu, bukankah kau yang selalu menarik kesimpulan sendiri, Eunha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] mikrokosmos // eunkook
Fanfiction© solstice-lyn, 2020 •/ jeon jungkook x jung eunbi *** Konstelasi itu akan menjadi adiktif terencana pada tiap langkah yang dibuatnya, tujuh titik dari langit utara dapat menarik garis lurus membentuk pola unik hasil pemikiran imajinatif. Lantas amb...