30. Hysteria

430 47 3
                                    

Selamat malam...selamat membaca....

Plan pulang kerumah saat Gun menghubunginnya ini sudah sebulan sejak kelulusan waktu yang cukup untuk beristrahat. Paman dan Gun harus pergi ke universitas. Plan tidak harus menahannya kembali, walaupun sudah memiliki pendapatan. Plan sadar itu adalah mimpi Gun yang tidak boleh ia ikut campur untuk kesenangan adikknya.

"P sudah tidak tahu jalan pulang?"

Plan tersenyum. Adiknya ini. Plan menyeringai kecil dan duduk disofa

"kau sudah bersiap?" Plan melihat kebelakang tubuh Gun ada beberapa barang yang sudah dikemas rapi kemudian menatap Gun yang mengangguk

Plan berdiri mengusap rambut Gun "P berganti sebentar" setelah mengatakan itu Plan pergi kekamar. Menutup pintu dan menjatuhkan diri disana. Membenamkan wajahnya diantara kaki dengan tangan yanga terkepal dan mulut yang tertutup rapat. Kesedihan yang tidak akan pergi jauh darinya. Pergi berganti baju.

Apa sebenarnya kepergian? Orang yang meninggalkan atau kita yang merasa tidak dipentingkan. Plan melambai tangannya terus sampai paman dan Gun tidak terlihat. Hari yang tidak seharusnya Plan bersedih mengirim orang dengan senyuman. Plan terduduk nyatanya Plan tidak benar-benar sanggup ditinggal pergi.

"kau menangis lagi?"

Plan terdiam menatap kedepan, meniti siapa orang tersebut dari sepatu yang menghilap aroma parfum yang kuat dan itu adalah bosnya. Mean. Melihat Mean entah kenapa membuat Plan iba hati seperti anak kecil Plan tidak berhenti menangis seperti menemukan tempat untuk mengadu.

Lengannya ditarik oleh orang itu Plan menurut pandangan mereka bertemu, mata tajam yang membuat nyalinya Plan menciut namun tidak disangka orang itu menariknya lebih dekat membuat Plan menabrak dada orang itu lalu merasakan usapan ditengkuknya

"jangan menangis" ucap Mean

Plan terdiam otaknya belum berfungsi untuk memberi sinyal tentang keadaan apa ini sebenarnya tapi yang jelas Plan mengangguk lalu orang itu membawanya pergi.

Mean membawa Plan ketaman hiburan karena yang Mean tahu Plan sedang bersedih jadi Mean ingin menghiburnya jika perempuan Mean pasti akan membawa belanja tapi Plan tidak terlihat menyukai dunia itu. Mereka masih dimobil Plan melihat-lihat keluar apa yang akan mereka lakukan sedangkan Mean berfikir penuh keraguan

"apa yang kita lakukan disini? Aku kehausan" ucap Plan setelah beberapa lama mereka tinggal

Mean mengangguk dan keluar dari mobil.

"apa yang dia fikirkan?" Plan menggeleng saat Mean melanggeng pergi meninggalkannya seorang diri tapi Plan tidak ingin berfikir banyak mengambil tempat duduk kosong disana. Ada banyak baiknya Plan ketempat ini Plan tidak merasakan kesedihan melihat orang yang bersenang-senang ditaman.

Plan terkejut merasakan benda dingin menyentuh pipinya itu adalah perbuatan Mean yang tanpa merasa bersalah Plan hampir meledak tapi terdiam saat Mean mengulurkan benda tersebut padanya tanpa berkata apa-apa. Mean membuka penutupnya dan kembali mengulurkannya pada Plan yang mengangguk.

Entah ide dari mana Mean mendorong Plan untuk naik wahana hysteria tentu saja Plan menolak dengan keras tapi siapa yang akan kalah bertarung dengan Mean. Plan tidak bodoh wahana itu lebih berbahaya dari wahana kora-kora yang pernah ia coba bersama Gun dulu.

"jangan mendorongku!" Plan berteriak pada Mean yang keras kepala

"kau harus mencobanya"

"aku tahu apa yang harus aku coba" Plan cemberut tapi kalah dengan Mean saat petugas menyuruhnya bersiap

Plan turun dengan wajah pucat memegang perutnya yang bergejolak pergi kesamping untuk memuntahkan isinya situasi yang sangat dibenci Plan sekarang kepalanya pusing tidak benar-benar melihat dengan baik tapi itu lebih baik saat seseorang membantunya menepuk punggungnya

"kau baik"

Tahu siapa orang itu Plan menepis kasar dan pergi entah kemana yang jelas menghindari orang tersebut

"aku bertanya padamu!"

"aku tidak baik, kepalaku pusing. Kau puas. Menjauhlah dariku?!" jawab Plan kesal tentu saja moodnya sesaat berubah mual juga rasa pusing belum sepenuhnya hilang

"kau membutuhkan sesuatu"

"aku butuh kau pergi" ucap Plan begitu saja tapi bukannya pergi Mean menarik Plan kemobil dan pergi dari taman hiburan

Plan membuka matanya bau rumah sakit terasa lebih baik. Plan mencoba untuk bangkit meski kepalanya masih pusing

"kau bangun?"

Melihat orang itu Plan bungkam ingat apa yang telah ia alami

"aku bertanya padamu"

"kapan kau tidak bertanya padaku?"

"seharusnya kau lebih kuat"

"kau sekarang mengatakan aku lemah, begitu?"

"kau terlalu sensitive"

"aku tidak sensitive tapi kau mengatakannya dengan jelas. Aku seperti ini karena kau jadi menjauhlah dariku!" Plan berang Mean terlalu menganggap semuanya mudah untuk dilakukan. Mendorong seseorang untuk melakukan hal ekstrim tanpa mau tahu apa resikonya. Kapan sikap itu akan berubah darinya.

Plan berhenti diluar tidak melihat Mean akan mengikutinya. Pria yang payah fikir Plan tapi setelah diingat Plan juga terlalu menekan Mean hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh bawahan pada atasan. Mean sudah cukup sibuk untuk menemaninya hari ini sampai menunggunya dirumah sakit padahal bisa saja laki-laki itu meninggalkannya. Mau tidak mau Plan kembali.

"kau tidak ingin memberi tumpangan padaku?"

"tentu saja. Ayo" seperti anak kecil Mean terlihat bersemangat

Sesampainya dirumah Mean ikut turun

"apa?"

"aku akan menemanimu. Kau seorang dirikan?"

"kau meremehkanku lagi?" Plan bertanya kesal Mean dengan cepat mengangkat tangan dan pergi kemobilnya untuk pulang

Plan tersenyum kecil terkadang sikap Mean tidak mudah untuk ditebak.

Bersambung...

Mingkem sendiri yak? Wkwkwk

Jangan lupa follow yang belum follow+vote+komen yayayaw...

Follow my instagram : @busamvunng_id

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang