Hari itu aku merasa semua baik-baik saja. Hari minggu yang kuhabiskan untuk sekedar menonton tv dan memakan cemilan. Dan aku tertidur hingga larut malam. Kemarin handphone ku rusak, dan terpaksa aku harus meminjam milik ayah untuk menghubungi temanku untuk menanyakan tugas.
Aku ingat sekali waktu itu pukul 10 malam. Ayahku sudah tertidur. Biasanya ayah akan mengomel karena aku selalu begadang.
"Mera tidur gausah begadang. Ngabisin kuota internet ayah terus kamu!" seperti itulah kira-kira omelan Ayah.
Hingga akhirnya sampai jam 11 malam aku sama sekali belum mengantuk. Aku masih asik chatting dengan teman-temanku. Lalu ada satu pesan chat masuk yang membuatku kaget.
Gerry
Maaf ya, mungkin aku sama kamu temenan aja.Sungguh, malam itu rasanya aku sakit hati. Hanya dalam satu kalimat itu dapat merusak suasana mood ku dalam satu minggu penuh. Tidak-tidak, aku masih tetap makan dengan teratur, tidak melukai tanganku sendiri menggunakan pisau, atau melakukan hal aneh lainnya yang mengancam nyawaku. Aku masih dapat berpikir jernih.
Hanya saja, ada rasa sakit yang tak bisa ku ungkapkan. Tak ada luka fisik apapun namun sungguh menusuk relung hati. Hari-hari itu aku merasa marah, kecewa, dan sakit.
Dua bulan berlalu, aku bertemu dengan seseorang. Seseorang yang benar-benar bisa membuatku sedikit lupa dengan masalaluku. Namanya Fajri.
"Kita jalan-jalan yok besok ke Semarang!" ajak Fajri dengan antusias.
"Eh serius ke Semarang? Jauh banget loh 2 jam perjalanan," ucapku kaget. Siapa yang tidak kaget coba? Mengajakku keluar saja belum pernah, ini langsung ke Semarang.
"Iya, ayoklah Mera. Aku pengen banget kesana tau. Dari dulu belom kesampean." pinta Fajri.
Akhirnya aku menuruti kemauannya. Sebenarnya aku senang-senang saja diajak jalan. Toh aku jarang diajak jalan-jalan, hehe. Tapi ya biasalah, pura-pura menolak aja dulu.
Dalam perjalanan sungguh aku kagum padanya. Dia benar-benar tidak melewatkan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu sholat. Aku malu padanya. Aku yang perempuan kalah dengan Fajri. Ibadahku masih sering bolong dan tidak tepat waktu.
Hampir 3 jam lamanya kita dijalan. Kita sempat makan juga di lesehan pinggir jalan. Dan akhirnya kami sampai juga.
Lelah juga penat terbayarkan dengan pemandangan indah disana. Sungguh indah, namun entah mengapa aku merasa biasa saja. Tidak tertarik sama sekali untuk sekedar berfofo. Sedari sampai disana, aku hanya menjadi fotografer dadakan Fajri.
"Mer potoin aku dong!"
"Mer potoin aku didalem balon udara!"
"Mer gaya aku gimana nih?"Huft, aku lelah dan duduk dibawah payung besar karena tiba-tiba gerimis mulai membasahiku. Lalu Fajri pun ikut duduk disampingku. Kami mengobrol, bercanda dan tertawa. Rasanya hanya ada kita berdua disana. Namun entahlah, aku merasa seperti ada hal yang kurang saja.
Karena hari mulai sore, kamipun memutuskan untuk pulang. Saat kami berjalan pulang, entah darimana datangnya ada penjual es krim.
Aku yang memang suka sekali es krim langsung meminta padanya untuk membeli es krim. Harusnya jika dilihat dari umurku, aku tidak pantas membelinya. Karena disampingku semuanya hanya ada anak kecil. Tapi aku cuek saja, toh ini untuk semua orang dan aku juga membayar sama dengan mereka.
Kami pulang hingga pukul 8 malam. Namun lagi-lagi aku merasa perjalanan ini sama sekali tidak berkesan untukku.
Lalu akhirnya aku dan Fajri kembali LDR alias Hubungan Jarak Jauh. Ya, karena Fajri harus bekerja di Bekasi.
Hampir 1 bulan aku tidak bertemu dengan Fajri. Dan hubungan kita masih seperti biasa-biasa saja. Aku dan Fajri kembali memberi kabar lewat chat. Oh iya FYI, aku sudah membeli handphone sejak awal Oktober lalu.
Dan setelah lamanya aku tidak bertemu dengan Fajri. Akhirnya dia datang juga. Memberiku kejutan pada hari ulang tahunku. Sungguh aku terkejut dia rela datang hanya untuk memberi kejutan untukku.
Hari itu aku merasa senang. Teman dekatku pun datang untuk merayakan pesta kecil-kecilan ulang tahunku. Kita mengobrol tentang masa smp lalu bercerita tentang teman kita alias ghibah.
Hingga sore tiba, semua temanku pamit untuk pulang. Aku pun mengantar temanku pulang kerumahnya.
Namun setelahnya, hari-hariku dengan dia semakin ada jarak. Jarang telefon dan jarang memberi kabar. Entah aku sendiri pun merasa egois tidak ingin memberi kabar padanya. Hingga akhirnya hubunganku dengan Fajri putus.
Aku tidak tau kenapa aku merasa biasa saja. Padahal jika diingat-ingat, aku sedikit gila saat putus dengan Gerry.
Dan sejak itu pula Gerry hadir lagi dalam hidupku. Aku merasa senang. Hanya dalam sejenak aku dapat melupakan Fajri. Entahlah apa yang aku pikirkan, aku terlalu senang Gerry kembali.
Gerry mengajakku pergi bersama teman-temannya. Ia menjemputku kerumah. Padahal itu adalah hal yang malas dia lakukan. Karena rumahku dengannya jaraknya cukup jauh.
Kita lalu pergi bersama-sama ke forest kopi. Karena teman-teman Gerry mayoritas anak band, kami kesana pun membawa gitar.
Kedatangan kami disana benar-benar mengundang perhatian. Semua mata tertuju pada kami. Entahlah mungkin karena tas gitar yang terlihat mencolok.
Kami bernyanyi tanpa peduli dengan orang disekitar yang memandang kami dengan tatapan aneh.
"Haha kita diliatin tuh!" ucap Gerry sambil menunjuk gerombolan laki-laki didepan kita dengan dagu.
"Udahlah biarin, yang penting enjoy," kata Adit lalu melanjutkan bernyanyi.
Dan satu yang membuatku luluh, ketika Gerry menyanyikan lagu berjudul April kesukaanku. Apalagi bernyanyi dengan menghayati isi lagunya.
Gerry menyanyi dan menatapku tanpa henti. Aku sok jaim dengan memasang muka biasa saja. Padahal aku sungguh malu dan ingin rasanya menampol mukanya, haha.
Entahlah tidak bisa aku ungkapkan lagi. Rasanya sungguh bahagia. Walau kami tidak berdua, aku merasa sangat senang. Entah kenapa aku sangat bahagia dapat kembali dengan Gerry.
Hingga akhirnya malam tahun baru aku menemani Gerry dan team bandnya untuk mengisi acara di grand opening Food and Gallery.
Aku benar-benar merasa diriku yang dulu kembali lagi. Aku merasa diriku yang sekarang lebih merasa bahagia.
Setiap pertemuanku dengan Gerry memang tidaklah romantis. Namun ada saja hal yang dapat diingat dan berkesan dalam setiap pertemuan itu.
Hanya dengan melihatnya memetik gitar dan bernyanyi menatapku, aku merasa bahagia. Seolah lagu itu tertuju hanya untukku.
Mungkin memang benar, aku adalah satu dari sejuta orang yang gagal move on. Namun harus kuakui, cinta tidak bisa dipaksakan.
Sekeras apapun aku mencoba untuk melupakan Gerry, sekeras itu pula dirinya mencoba masuk kembali dalam ingatanku.
Semua harus mengalir pada arusnya. Tidak peduli seberapa sering kami bertengkar, namun jika memang saling suka, satu hal kecil pun dapat menyatukan kami kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Hati
Teen FictionIni hanyalah sebuah tugas cerpen Ujian Praktek Bahasa Indonesia🤗