[10] Langit dan Bumi

3.6K 529 29
                                    

Kamu adalah langitAku adalah bumiKita terpisahkan oleh jarak yang luasSulit tanganku menggapai keberadaanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu adalah langit
Aku adalah bumi
Kita terpisahkan oleh jarak yang luas
Sulit tanganku menggapai keberadaanmu.

***

PAPAH, Mamah? Kenapa datang ke kantor?” Nadia kaget ketika mendapatkan kunjungan mendadak dari Achmad dan Maimunah.

Achmad langsung duduk di sofa ruang tamu HNR Advertising. Hanya mengenakan kaos oblong, sarung serta sandal jepit, Achmad terlihat seperti pengemis meskipun dia sudah menyandang titel Haji sebanyak dua kali. Tampilan Maimunah juga tidak jauh berbeda—hanya mengenakan daster rumahan, hijab hitam panjang dan membawa rantang makanan—dia duduk di samping Achmad.

“Kenapa? Memangnya Papah nggak boleh datang ke kantor kamu? Boleh dong, kan Papah ikut berinvestasi di perusahaan ini.” Achmad menyilangkan kaki.

Husein keluar dari ruangan ketika melihat Achmad. “MasyaAllah, Babeh! Tumben banget kesini. Ada angin apa neh?” Menyapa lalu menyalami tangan Achmad.

“Hei Onta! Kenapa lo nggak cerita sama Babeh ha? Babeh sampai tau dari bini lo.” Achmad membalas salam Husein dengan menghajarnya dengan kopiah haji.

“Lah Beh! Kenapa Husien dipukul. Kan sakit.” Husein merengek dan menjauh dari Achmad yang terus memukulnya. “Salah Husein apa lagi nih?”

Maimunah mendengkus. “Tentu aja salah! Kalau kami nggak nelpon Rahma dan dia nggak keceplosan. Kami nggak tau kalau Nadia sekarang sudah punya calon suami.”

“Mana orangnya! Papah pengin ketemu,” desak Achamd langsung ke Nadia. “Ayo cepat, panggilin calon suami kamu.” Dia menambahkan karena Nadia terlihat bingung.

Husein merengek. Wajahnya pucat pasi. Dia memberikan lirikan kode pada Nadia karena Dodit datang membawa nampan, hendak menyajikan kopi serta kue untuk Achmad dan Maimunah. Ketidaksengajaan yang luarbiasa, Nadia ingin sekali melihat reaksi kedua orangtuanya ketika mengetahui office boy yang sekarang berlutut di lantai, di hadapan mereka adalah calon suaminya! Ralat, calon suami pura-pura Nadia.

Suara langkah berlari terdengar dan Rahma datang dengan napas cepat. Dia menyambar tangan Nadia.

“Nad! Gimana neh, gue keceplosan ngomong sama orangtua lo kalau lo udah punya calon suami!” Rahma sama sekali tidak sadar bahwa Achmad dan Maimunah sudah ada di depannya.

“Gimana dong! Mereka sebentar lagi ke sini. Kita harus bilang apa? Gimana kalau mereka tahu kalau office boy di kantor kita, Dodit Dirgantara adalah calon suami lo!” sambung Rahma. Benaran, Nadia ingin sekali mengambil lakban dan menutup mulut Rahma. Dia membocorkan semuanya tepat di depan Achmad dan Maimunah

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang