Awan kelabu menghiasi langit malam, menutupi cahaya sang dewi malam, begitu gelap. Suara petir saling bersahut-sahutan. Angin berembus dengan kencangnya. Air hujan terus turun dengan derasnya. Hujan lebat.
Aku duduk di atas sebuah bangku taman. Kupeluk diriku erat, mencoba melindungi diri dari hawa dingin yang menusuk, walau kutahu itu sia-sia. Air mataku kembali jatuh, menyatu dengan air hujan yang dingin.
Aku mengangis dalam diam, menumpahkan seluruh sesak dalam dada. Hati ini kembali patah, untuk kesekian kalinya. Mengapa setiap hati ini menaruh harapan ia selalu mendapat kekecewaan? Rasanya begitu menyakitkan. Aku tak tahan lagi.
Hujan masih turun dengan derasnya, membuat diriku semakin basah kuyup. Kupeluk diriku kian erat. Hawa dingin masih menusuk. Entah mengapa, hati yang selalu dikecewakan ini masih berharap, bahwa dia masih memiliki setitik harapan.
☹☹☹
Kriing...
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Waktunya pulang. Kang Hyu Ra membereskan barang-barangnya lalu memasukkannya ke dalam tas. Tiba-tiba ia merasakan tepukan di bahunya. Ia menoleh dan mendapati wajah temannya, Park Yo Reum, yang sudah menggendong tas ranselnya.
"Kajja!"
Hyu Ra mengangguk. Ia menutup resleting tasnya dan segera menggendongnya lalu berjalan menyusul Yo Reum yang sudah melangkah lebih dulu. Saat keduanya hampir mencapai pintu, langkah mereka terhenti kala melihat kerumunan di depan kelas. Mereka berpandangan. "Ada apa?"
Yo Reum mengedikkan bahu. "Entahlah..."
Mereka menatap heran kerumunan-yang didominasi oleh murid perempuan-. Hyu Ra mendesah pelan. "Sudahlah! Ayo-"
"Hyu Ra-ya!"
Sontak keduanya menoleh ke sumber suara. Kedua mata Hyu Ra melebar. "Daniel-oppa?"
Orang yang dipanggil Daniel tersenyum lalu berjalan mendekati Hyu Ra. Sekaran Hyu Ra dan Yo Reum tahu apa yang menyebabkan terciptanya kerumunan di depan kelas mereka. Lihatlah! Saat Daniel masuk ke dalam kelas, kerumunan itu langsung merapat ke depan pintu.
Yo Reum menyenggol lengan Hyu Ra lalu berbisik, "Kakakmu populer, ya?"
Hyu Ra hanya mengangkat bahu, tanda ia juga baru tahu tentang hal itu. Ia menatap kakaknya heran. "Tumben oppa ke sini." Ia melirik kerumunan di depan pintu. " Kau membuat keributan, tahu!"
"Biarkan saja mereka! Memangnya salah jika aku menjemputmu?" Daniel merengut.
"Ya,ya..." Hyu Ra memutar bola mata lalu beralih menatap Yo Reum. "Aku duluan, ya? Tidak apa, kan?"
Yo Reum mengangguk sambal tersenyum. "Tentu, saja!"
"Kalau begitu, kami pergi dulu!" Danel tersenyum pada Yo Reum lalu segera menggenggam pergelangan tangan Hyu Ra dan menuntunnya keluar, melewati kerumunan.
Setelah mereka cukup jauh dari kerumunan, Hyu Ra menarik tangannya. "Tumben oppa menjemputku di kelas. Ada apa?"
"Katanya kau ingin membeli-"
"Ah! Aku ingat!" Hyu Ra menoleh pada kakaknya dengan tatapan heran. "Tapi kenapa sekarang?"
"Kau mau menunggu yang sekarang habis terlebih dahulu?" Daniel
"Ah.."
Hyu Ra mengangguk, mengerti. Daniel melirik adiknya lalu tanpa aba-aba langsung menggenggam jemari adiknya. Hyu Ra tersentak. Ia langsung menatap Daniel, kesal. "Ya! Apa maksudmu?"
YOU ARE READING
Always (FF)
FanfictionAntara teman atau cinta. Antara disakiti atau menyakiti. Antara berkorban atau mengorbankan. Antara melepaskan atau mempertahankan. Jika kamu berada dalam posisi seperti itu, apa yang akan kamu pilih? Selamat membaca!! My 1st uploaded FF. Don't forg...