Selesai jam kuliah, Faraz berniat mencari saudara kembarnya yang sudah dia tunggu beberapa menit lamanya. Biasanya kembarannya itu langsung menemuinya ke kelas begitu selesai. Namun sekarang tidak.
Di tengah perjalanan, Faraz teringat dengan laporan praktikumnya yang tertinggal.
"Ya ampun laporan praktikum gue?" Faraz menepuk jidat "Ck kenapa pake ketinggalan segala coba?"
Dengan berat hati Faraz kembali melangkahkan kaki menuju kelasnya.
□□□□
"Astaga kenapa laporan praktikum gue jadi begini?"
Faraz terkejut ketika melihat laporan prakrikumnya. Dia ingat betul, bahwa proposalnya sudah selesai dan tertata rapi. Tapi kenapa proposal yang dia pegang sekarang berantakan? halaman proposal tidak tertata rapi, kata-katanya pun berantakan . Tidak hanya begitu bagian-bagian penting dari proposal sebagian hilang entah kemana.
Ini memang salahnya, kenapa dia harus lupa tidak membawa pulang proposalnya? Namun jika sudah begini, harus bagaimana?
"Aduh gimana ini? Kok bisa sih? Mana besok harus sudah selesai lagi. Mana mungkin gue bikin ulang? Flashdisknya pake keformat lagi. Alaaah"
Faraz yakin proposalnya pasti hilang diambil orang. Dia sangat frustasi saat ini. Jika saja sang dosen bisa diberi kedipan mata yang akan membuatnya luluh, pasti dia tidak akan frustasi. Tapi sayang, sampai kutub utara melelehpun dosen killer itu tak akan leleh dengan sejuta gombalan siapa pun.
Beberapa kali Faraz membalik-balikan halaman proposal dengan frustasi.
"Eh tunggu tunggu"
Sepertinya setelah berpuluh-puluh menit dia membolak-balikan halaman akhirnya dia mendapat petunjuk.
Disatu halaman, terdapat beberapa huruf yang dicetak tebal. Dan setelah digabungkan ternyata membentuk satu kaliamat.Sebuah gubuk yang memang selalu terhiasi oleh jendela dunia.
Ku harap seekor kancil akan berkunjung saat cahaya datang di sepertiga lingkaran.
Keberuntungan akan hilang jika kelalaian melanda." Ck apa lagi maksudnya? ". Faraz berusaha mencerna kalimat tadi.
"Sebuah gubuk? Apa itu berarti bangunan?" "Lalu jika jendela dunia adalah buku. Apakah tempat yang dimaksud adalah perpustakaan?"
Dia kembali berfikir untuk bisa memecahkan kalimat selanjutnya.
"Apa dia nyuruh gue buat datang ke perpustakaan? Dan gue harus datang kesana tepat saat jam menunjukan pukul 15:00?"
"Gila sekarang udah jam 14:57. Okke gue harus kesana sekarang"Dengan langkah seribu Faraz berusaha sampai ke perpustakaan dalam waktu 3 menit. Jika saja fakultasnya dengan perpustakaan hanya berjarak 1 cm, hal itu tidak akan membuatnya pusing. Namun jarak fakultas kimia dengan perpustakaan berjarak +/- 30 meter. Dan ini harus Faraz tempuh dengan waktu 3 menit.
Dengan nafas yang tersenggal-senggal Faraz berhasil sampai ke perpustakaan. Dengan rasa capek yang masih menempel, Faraz membuka pintu perpustakaan.
"Huft.. tapi dimana gue bisa menemuin proposal gue?". Faraz kembali berfikir. Dirinya memutarkan badannya, mencari proposal miliknya. Atau barangkali saja si pelaku kembali memberikan petunjuk kepadanya.
Tatapannya terhenti pada sebuah kertas HVS yang tertempel disalah satu rak. Faraz mendekat dan mengambil HVS tersebut.4613 98 3719 131 14
39 29 477 682 47 1 539 71 54Lagi-lagi sang pelaku memberinya teka-teki. Kenapa tidak pesan singkat langsung saja? Entahlah mungkin dia ingin bermain-main dengan Faraz
"Apa lagi?"
Kepala Faraz semakin pusing, dia terdiam sambil terus menatap tulisan tadi."Sepertinya angka ini membentuk kalimat lagi?"
"Genap, genap, ganjil, ganjil" Faraz membaca tumpukan angka pertama.
"Ganjil, genap...." dia kembali membaca jenis angka di tumpukan kedua.
"Oooh" "mungkin ini sebuah kalimat yang dirangkai dengan sandi morse yang disusun dengan angka ganjil dan genap?"
"Oke gue akan coba"Hanya 3 menit, Faraz bisa menemukan kalimat yang muncul dari teka-teki tadi.
"Bahasa Indonesia?"
Faraz terdiam sejenak, kemudian dia berjalan menuju rak bahasa Indonesia yang berada di ujung perpustakaan.
Dengan teliti Faraz menilik-nilik setiap buku yang terjejer dengan rapi, barangkali saja pelaku menyelipkan laporannya diantara buku-buku itu.
Setelah bebera detik Faraz menjelajahi jejeran buku bahasa Indonesia, tampak sebuah buku yang persis dengan laporan praktikumnya. Dia mendekat, namun hasilnya mengecewakan. Buku itu bukanlah miliknya melainkan laporan kegiatan yang disusun oleh kakak kelasnya beberapa tahun lalu, yang memang memiliki warna jilid yang sama.
"Ck ini bukan punya gue" Faraz menggerutu kesal. Namun lagi-lagi dia mendapat sebuah tulisan yang ditulis oleh pelaku, mungkin.
Logo pada cover laporan itu dilingkari oleh lingkaran yang dibuat oleh pelaku dan tertulis angka 180° di sana.
Sejenak dia berfikir, lalu dia membalikan badannya.
Faraz terkejut, ternyata ada seseorang dibelakangnya."Fryza?". Perempuan yang disebut Fryza itu tersenyum miring, sambil menyodorkan sesuatu yang dia cari sejak tadi.
"Ya ampun lo nemuin laporan praktikum gue dimana? Makasih banget ya Za?". Seseorang didepannya mendengus sinis."Gue gak tau, sebenarnya lo ini terlalu baik atau terlalu polos?".... "ternyata lo memang calon peneliti yang tekun dan teliti dengan tingkat kecerdasan yang luar biasa". Fryza tertawa jahat
"Maksud kamu apa?""Gue cuma pengen lihat seseorang yang selalu mengambil semua keinginan gue merasakan sedikit saja penderitaan"
Fryza memanglah makhluk yang selalu bersama dengan Faraz sejak berada didalam kandungan . Namun siapa sangka, Fryza memendam kebencian kepada Faraz, yang baru dia ketahui sekarang.
"Za, kita ini saudara sejak kita masih berada dalam kandungan. Gue rasa kita baik-baik aja"
"Baik-baik aja lo bilang? Jelas-jelas lo udah rebut semua keinginan gue Faraz" "dulu lo ambil seseorang yang gue cintai, lo mendapatkan semua perhatian kedua orang tua gue yang seharusnya gue dapatkan juga, dan sekarang? Untuk kedua kalinya Lo ambil seseorang yang sangat gue cintai. Dan itu semua, lo bilang baik-baik aja? Hah?". Jelas Fryza dengan penuh penegasan. Lalu Fryza pun pergi meninggalkan Faraz dengan isak tangisnya.
"Fryza" Fryza memperdulikan panggilan Faraz.
Faraz terduduk disalah satu bangku perpustakaan dengan tangisannya.
Jangan lupa votes and comentnya gays
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Short StoryMungkin kalian fikir, punya saudara kembar itu enak. Apa-apa bareng, dan kalo punya masalahpun bisa saling curhat dan saling memotivasi. Tapi, jika kita dibandingkan dengan saudara kembar kita yang lebih hebat? Apakah itu menyenangkan? Tentu saja ti...