Jiang cheng menatap wanita paruh baya yang tengah memarahi seorang pria paruh baya dengan pandangan kosong, demi tuhan apa yang sebenar nya terjadi disini, ia berjalan dan duduk di sebuah kursi dengan kaku.
Wanita paruh baya itu berhenti memarahi si pria paruh baya dan menatap Jiang cheng dengan ganas.
"Kau anak nakal, lihat ini sudah jam berapa, kau mau telat dan membuat ayah dana ibu di panggil kesekolah lagi hah?!" marah nya pada Jiang cheng yang masih menampilkan wajah bodoh nya.
Melihat raut wajah Jiang cheng wanita paruh baya itu memukul kepala nya dengan centong sayur membuat Jiang cheng mengaduh sakit dan mengelus puncak kepala nya yang dipukul.
"Sudah cepat sarapan, dan kau Fengmian, kau selalu saja lembek pada wanyin, seharus nya kau kapok dengan apa yang terjadi pada yanli, karna kelembekan mu itu, astaga kepala ku seakan ingin meledak" cerocos nya sementara pria yang bernama Fengmian atau lengkap nya Jiang Fengmian itu hanya menenangkan sang istri.
"Tenangkan diri mu sayang"
"Bagaimana aku bisa tenang yanli adalah putri keluarga Jiang bagaimana mungkin dia kabur dengan bocah jin itu"
Jiang cheng tidak perduli dia dengan santai memakan sarapan nya dan kembali memikirkan mimpi nya yang begitu terasa nyata.
'Lan haoxiao'
.
.
Jiang cheng memasuki kelas dengan lesu, ia duduk di tempat nya dengan diam bahkan teman sekelas nya pun heran remaja yang biasa nya selalu berisik itu sangat diam, salah seorang remaja yang duduk di belakan nya bertanya.
"Wanyin kau sakit?"
Jiang cheng menoleh dan menemukan seorang pria cantik yang menatap nya khawatir.
"Meng yao"
Meng yao berjalan mendekati Jiang cheng dan menyentuh dahi nya.
"Dahi mu tidak panas"
"Aku tidak sakit" kata Jiang cheng sambil menyingkirkan tangan meng yao yang ada di dahi nya.
"mhh baiklah, oh apa kau sudah dengar gosip baru?" tanya meng yao sambil duduk di samping kursi Jiang cheng.
Sementara Jiang cheng hanya menggeleng kan kepala nya pertanda tidak tahu.
"Ckck tumben sekali wanyin biasa nya kau dan wei Ying selalu terdepan jika masalah gosip, baiklah dengarkan ini, hari ini putra tertua keluarga lan akan mengajar disini, oh astaga jangan lupakan aktor tampan nie mingjue, ku dengar dia juga akan menjadi guru seni di sini kyaa aku tidak sabar" meng yao terus menyerocos namun Jiang cheng hanya menanggapi nya dengan malas, ia menatap sekeliling mencari seseorang.
"Hey apa xue yang tak masuk hari ini?" tanya Jiang cheng yang di tanggapi anggukan oleh meng yao, ia langsung menghela nafas, jujur ia masih belum melupakan mimpi tadi malam sungguh itu terlalu nyata untuk sebuah mimpi, ia menatap tangan kanan nya yang terdapat sebuah cincin berwarna ungu di jari nya, ia yakin ia tidak memakai cincin sebelum nya.
Jiang cheng mengelus cincin itu dan membatin.
'Itu bukan hanya sekedar mimpi'
.
.
"Wanyin!!!!"
Jiang cheng menoleh dan menemukan sahabatnya wei Ying yang tengah berlari kearah nya dengan roti daging ditanya nya.
"Wanyin aku dengar dari meng yao kau terus saja melamun di dalam kelas, apa kau sakit, ini makanlah" kata wei Ying sambil menyerahkan roti daging ke tangan Jiang cheng yang menerima nya.
"Aku tidak sakit, emm terima kasih"
"Eh btw tadi aku tidak sengaja mendengar kalau putra tertua keluarga lan dan aktor nie mingjue akan menjadi guru di sini, aku heran bagaimana orang besar seperti mereka mau jadi guru" monolog wei Ying, itu juga yang Jiang cheng pikirkan.
Ia menatap sang sahabat dengan intens membuat wei Ying langsung salah tingkah.
"Ada apa?"
"Apa kau pernah bermimpi aneh misal nya seperti kultivator"
"Tidak memang nya kenapa?"
"Tidak papa"
"Ah tidak sudah ayo sebentar lagi masuk, hah aku malas jika masuk kelas sejarah guru lan itu, dia menyebalkan" kata wei ying, mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas, dan jangan lupakan Jiang cheng yang masih mengunyah roti daging nya.
TBC
Kalian nyadar gak sih kalo cerita ini nambah pendek?🤣🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
未来 Wèilái (xicheng)-END
Historical FictionBook ke 1 bagi jiang cheng yang menyaksikan seluruh sekte serta kedua orang tua nya hancur karna pembantaian sekte wen. merengkuh sang kakak yang merenggang nyawa. dan menghunuskan pedang ke arah jantung sahabat yang sudah ia anggap saudara. membuat...