Prolog

134 9 1
                                    

Classic Cafè,

Disini, dimana semua kenangan itu terbuat dan tersimpan. Perempuan itu meringis, menghembuskan nafas nya pelan.

Tidak semua masa lalu terbuat untuk dilupakan, ada kalanya masa lalu itu dijadikan kenangan.

“Bunda, bunda!”

Perempuan— Diva, itu menoleh ke belakang nya, dimana sang malaikat kecil itu berdiri.

“Iya sayang?”

“Liat itu, dia nangis. cengeng banget!” anak kecil itu menunjuk ke arah salah satu meja.

“Pasti gara gara kamu ya?” Tanya Diva lembut.

“Gak tau, aku cuma bilang. Jangan ambil bunda aku terus, karena bunda itu bunda aku. Terus dia bilang kalo bunda itu bunda dia juga, jadi aku kesel terus bilang kalau dia itu gak punya bunda. Terus aku bilang, yang namanya bunda itu yang ngelahirin kita waktu bayi. terus aku juga bilang kalo bunda itu cuma ngelahirin aku, udah gitu aja dia nangis” jelas anak berkuncir dua itu.

“yaudah bunda kesana dulu,”

Disana terlihat seorang anak kecil tengah berlungkup di meja. Bahu anak itu bergetar, dengan suara isakan kecil.

Diva pun langsung menghampiri nya, “Hey? ada apa sayang?” ucap Diva sambil mengangkat bahu anak itu.

“Bunda itu bukan bunda aku ya?, jadi aku gak punya bunda dong ... ” ucap anak itu lirih.

“Siapa bilang? Aya punya bunda kok,” kata Diva mencoba memberi semangat.

“Tapi bunda bukan bunda yang ngelahirin Aya kan?” Tanya Aya membuat Diva memutar kembali kenangan itu.

gue udah yakin, suatu saat anak lo bakal nanyain hal ini ke orang orang, dan sekarang waktu nya. batin Diva.

“Bunda memang bukan orang yang ngelahirin Aya, tapi foto yang sering Aya peluk itu yang ngalahirin Aya. dan itu adalah bunda Aya yang sebenernya,” jawab Diva mencoba sekuat mungkin.

“Aya gak pernah liat bunda nya Aya, cuma liat di foto itu aja. emang bunda nya Aya kemana?”

lagi-lagi hati Diva dibuat mencelos akibat pertanyaan gadis lugu ini.

“Aya mau ketemu bunda nya Aya nggak?” tanya Diva,

Tidak menyangka, tanggapan anak ini benar benar antusias.

“Tapi sebelum nya Alin minta maaf dulu sama Aya,”

Gadis kecil yang sedari tadi diam itu pun mendekat, mengulurkan tangan nya ke depan Aya.

“Alin minta maaf ya,” ucap nya dengan wajah masih kesal.

Gadis kecil di depan nya itu mengangguk lalu menerima uluran tangan Alin.

☆☆

“Assalamu'alaikum , Dhilla.” gumam Diva, setelah sampai didepan gundukan tanah yang telah ditumbuhi rumput kecil itu.

Tidak peduli lagi, ia membawa Aya kesini tanpa sepengetahuan Ayah nya. Diva yakin, anak ini akan mengerti dengan sendiri nya nanti.

“Hallo Bunda! bunda ada di dalam ya?” ucap gadis kecil itu.

“Bunda itu bunda yang ngelahirin Aya ya? kenapa bunda ada di dalam? Aya boleh masuk gak?” ucap anak itu polos.

“Enggak boleh. Bunda Aya bahagia sama tuhan di sana, tapi dia liat Aya kok disini,” jawab Diva.

“Oh ya? hebat dong bunda bisa liat Aya, padahal dia gak disini!” ucap Aya dengan mata berbinar.

Diva membalasnya dengan senyuman. Tak kuat lagi harus berkata apa.

“Terus ini bunga nya buat apa?” tanya Aya.

“Aya taburin di atas situ, biar bunda Aya harum.”

Anak itu dengan senang hati menaburkan bunga bunga harum itu diatas gundukan tanah tempat peristirahatan terakhir bunda nya.

☆☆

Setelah mengantar Aya pulang kerumah nya, Diva dan Alin juga langsung pulang kerumah mereka.

Jalanan sore macet, biasa nya disaat seperti ini Alin akan banyak berbicara, bercerita, atau bertanya pada nya. Namun kali ini gadis kecil itu duduk diam di kursi nya.

Sebenarnya, Alin sudah mulai diam sejak mereka ke pemakaman Dhilla. Sahabat nya. Diva pun tak ambil pusing, mungkin anak nya itu hanya sedang malas berbicara.

“Bunda, kasian ya Aya gak bisa ketemu bunda nya kayak Alin.” Ucap Anak itu

Diva tersenyum, “Makanya, Alin harus bersyukur karena bisa ketemu dan liat bunda setiap hari.”

Anak itu mengangguk.

“Jangan kayak tadi lagi ya,” Ucap Diva mengusap surai anak nya.

“Iya bun,”

Gue cuma bisa jadi bunda buat dia semampu gue, Dhill. Selebih nya itu gak akan gantiin posisi lo sebagai orang yang udah ngelahirin dia. Lo yang tenang disana, gue yakin pelan pelan anak lo bakal ngerti seiring berjalannya waktu.
Diva,

WLHFS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang