Nyaman

213 30 2
                                    

KARAN POV.

BabyMoon, akhirnya aku bertemu denganmu. Memang sebelumnya kakekmu menghubungiku untuk kembali dulu sebelum menyelesaikan kuliahku yang terakhir, aku mengambil cuti setahun untukmu, karena kondisi kakekmu yang tidak memungkinkan. Dan memang benar kata kakekmu, dia meninggalkanmu untuk selama-lamanya.

Mia, rasanya aku kembali kepada harta yang mungkin ku kira tidak akan kembali lagi, harta yang sangat ku cintai. Aku janji akan menjagamu sampai akhir hayatku.

Normal POV

"Bangun-bangun Mia, dasar gadis nakal." Teriak karan membangunkanku.

"Hey ini kan hari minggu, males banget bangun pagi." Jawabku ketus, sambil menarik selimut untuk menutupi badanku.

"Oke, silahkan saja tidur lagi, jatah makanmu akan ku habiskan." Sahutnya dari luar kamarku.

"Aaaaaa.. jangan, aku bangun kok." Sahutku sambil melonjak dari tempat tidur.

"Akhirnya kau bangun juga?" Ucapnya sambil tersenyum kepadaku. Ah kenapa aku seperti disengat ribuan volt listrik karena melihat senyumannya.

"Ya, kau masak apa pagi ini?" Menengok-nengok kedalam isi mangkok yang sudah tertata rapih di atas meja makan.

"Aku memasak omlet, dan sup jagung."

"Eh yang boleh masak sup jagung kan cuma aku." Ucapku kesal.

"Sudah cepat makan."

Entah kenapa aku nyaman tinggal bersama karan, aku tidak merasa kesepian lagi karena kehadirannya, tapi tetap saja dia membuatku kesal.

Makan pagi hari ini, tidak seperti makan pagi hari-hari kemarin, semuanya terasa hangat. Aku seperti mempunyai seorang keluarga lagi.

Sebelum aku selesai makan, Karan sudah pergi tanpa berucap satu kata pun, dia berjalan menuju ruang musik di dalam rumahku ini. Entah dia mau apa, mungkin aku tidak perlu memikirkannya.

Aku beranjak dari tempat duduk ku, berjalan menuju kamar mandi yang tak jauh dari dapur. Memang rumahku besar, tapi tidak ada kamar mandi dalam setiap kamar. Hanya ada dua kamar mandi di dalam rumahku ini. Aku bergegas mandi dan berganti pakaian.

Dari kejauhan terdengar keriuhan, dan keriuhan itu terpusat di ruang musik.

"Aaaaaa, kenapa ada anak-anak disini karan?"

"Eh iya, aku membuka les biola disini, boleh ya? Ini juga untuk membantu biaya hidup kita"

Kata-katanya itu membuatku tercengang. Sejak kapan ada kata kita, tapi entah kenapa aku merasa senang.

"Tapi karan..."

"Tidak apa, hanya pukul 8 sampek 10 pagi saja, itupun hari minggu."

"Baiklah, tidak lebih."

"Siap.!! Sekarang kau duduk di samping sana. Liat aku dan murid-muridku saja ya?"

Senyumnya itu benar-benar mengagumkan. Tanpa ku sadari dia mirip sekali dengan pria jelek masa kecilku, dia sama usilnya dengan karan. Pintar sekali dia memainkan biola, tidak salah dia pernah tenar dimasa kejayaannya dulu.

"Miaa, sadar.. jangan terpanah dengan senyum dan keahliannya memainkan biola. Cukup, dia manusia asing yang mencoba masuk dalam kehidupanmu secara memaksa." Ucap pikiranku.

Tapi hatiku menolaknya, aku ingin membuka hati dan menerimanya menjadi temanku, bukannya hanya menganggapnya sebagai orang asing. Aku yakin dia memang orang baik, pasti ayah dan kakekku tidak salah pilih orang untuk menjagaku. Yang pasti aku sekarang benar-benar NYAMAN  dengannya.

#Next chapter ya. :) vote+komennya ditunggu. :)

Seberapa besar kebahagiaan itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang