Bismillahirahmanirohim...
Berang-berang sukanya dihukum.
Temen-temen assalamualaikum!Yeee🎉 Lia come back dengan part baru di cerita Rindu, Bergema Di Pesantren!
Hmmm. Cek ke aktifan kalian kuy dengan comen next diakhir part ini! Oke! Dan jangan lupa vote!
Selamat membaca! 📖👓
~R~I~N~D~U~
Pagi ini di sekolah aku tak bersemangat. Bangun pagi saja antara hidup dan mati, nyawaku seperti melayang-layang entah kemana. Untung saja Ayah sama Bunda maksa aku buat berangkat dan diantar. Jika tidak, mungkin sekarang aku masih di kamar bermalas-malasan. Buat apa berangkat ke sekolah, jika dua hari lagi aku harus pindah? Iyakan?
Ya dua hari lagi aku akan pindah ke sebuah pesantren diluar Jakarta. Mungkin aku juga harus pamit dengan dunia youtube-ku, tapi ini berat. Dan juga berarti aku harus meninggalkan teman-temanku di sekolah ini. Alan yang terkadang kelewat menyebalkan tapi bisa menjadi sosok kakak laki-laki yang peduli. Ranti yang terkadang kelewatan pendiam namun bisa begitu cerewet jika aku membuat salah. Dan Bu Nani yang selalu lembut pada murid-muridnya jika menasihati. Apa aku akan sanggup meninggalkan mereka? Apa aku akan mempunyai teman seperti mereka lagi? Jika tidak, gimana dengan aku nanti di sana?
Kini aku tak kuasa menahan air mataku, aku terisak di bawah pohon mangga belakang kelasku. Mengingat kenangan bersama mereka membuatku semakin bersedih dan aku sudah tak peduli dengan orang yang melihatku menangis di sini. Aku juga manusia, aku butuh ditenangkan bukan hanya menenangkan.
"Kalau mau nangis, nangis aja sampe lo puas." Aku mendengar suara Alan. Bukan suara iba atau semacamnya, tapi suara geram atau marah karena aku menangis. Inilah sisi lain Alan yang membuat kita tetap berteman walau sering bertengkar.
Aku mendongakkan kepalaku dan mencoba melihat seseorang yang berdiri di depanku. Setelah mengusap mataku beberapa kali akhirnya aku bisa melihat dengan jelas. Ya, dia benar-benar Alan. "Kalau udah puas lo boleh cerita sama kita. Tapi, itu kalau lo mau berbagi masalah sama kita," tambahnya saat aku hanya menatapnya dalam diam dengan mata yang sembab.
Aku tetap diam, namun air mataku tak bisa diajak kompromi. Ia tetap keluar tanpa kusuruh, membasahi wajahku yang memang sudah basah oleh air mataku tadi. Lalu Alan duduk dengan sendirinya di sampingku. Kurasakan tangan kanannya mengusap bahuku lembut. Dia sedang berusaha menenangkan diriku.
Bukannya tenang aku malahan makin sedih. Kutaruh wajahku diatas lutut dan air mata itu mengalir lagi. Air mata takut untuk meninggalkan dan ditinggalkan.
"Gue cari ternyata lo pada ada di sini." Sepertinya itu suara Ranti. Langsung saja aku berdiri dan menerjang Ranti dengan sebuah pelukanan. Kupeluk Ranti begitu erat dengan air mata yang tak sederas tadi. Sepertinya sikapku membuat Ranti dan Alan bingung. Maafkan aku, aku butuh ketenangan dulu. Saat aku merasa tenang akan kuceritakan semuanya.
"Lo apain, Rindu, hah?" tanya Ranti pada Alan tanpa melepaskan pelukanku. Tuhkan Ranti juga ikutan bingung.
"Lah. Kagak gue apa-apain. Gue aja nemu dia nangis di bawah pohon mangga udah kayak kunti aja tuh anak," jawabnya dengan maksud membela diri namun jatuhnya menghinaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu, Bergema Di Pesantren
Roman pour Adolescents#118 in pesantren dari 1,42rb (23 Maret 2019) #347 in rindu dari 17,5rb (11 Mei 2019) ~~~~ Rindu tercipta karena ada kenangan yang kita lalui dimasa lampau. Rindu tercipta karena ada hal menyenangkan diantara kita. Rindu tercipta karena ada kamu ya...