Key :
(H/l) / (Hair length) = Panjang rambut.
(H/c) / (Hair colour) = Warna rambut.
(Y/n) / (Your Name) = Nama kamu;)
(L/n) / (Last Name) = Nama belakang.
(E/c) / (Eyes colour) = Warna mata.Mungkin segini aja dulu. Nanti kalau ada yang kurang, kasih tau aja. Insyaallah Harumi tambahin.
Enjoy!!
.
.
.***
(Y/n) POV
Sinar Mentari menghujani bumi. Langit cerah dengan warna biru muda sebagai kanvas. Gumpalan kapas tipis tergantung; turut mempercantik tampilan diatas sana. Semilir angin menyapa lembut. Burung berkicau ramah menyambut dunia. Aku tersenyum lebar. Semburat merah menghias kedua pipi. Aku mengangkat tinggi ponselku sembari memekik girang.
"Akhirnya diadaptasi menjadi anime," bisikku pelan. Aku sungguh tidak menyangka. Komik yang sedari dulu kubaca kini telah berevolusi menjadi animasi sesungguhnya. Sekali lagi, aku memekik senang. Senyum lebar tak kunjung luntur dari kedua kurva. Aku tidak sabar menunggu ketika anime ini tamat. Meski diriku sudah membaca komiknya, itu tidaklah cukup. Diriku termasuk orang yang tidak akan pernah puas jika tidak dilakukan.
Suara kereta api terdengar. Gesekan antara besi berat itu membuat atensiku teralihkan. Sekolah tempat diriku belajar memang berhadapan langsung dengan rel kereta api. Aku sedikit melirik jam pada layar ponsel. Bergumam pelan memahami sesuatu. Aku baru tahu jika kereta api tersebut akan melintas ketika masih pagi seperti ini. Maksudku, Mentari saja baru memperlihatkan sinarnya. Menggantikan langit kelam dengan cahaya terang. Bahkan murid disekolahku belum banyak yang datang.
Yah, terkecuali untuk orang dewasa yang gila kerja. Mereka akan datang sebelum waktunya tiba. Aku sedikit meringis. Apa bedanya aku dengan mereka? Bahkan diriku sendiri datang lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Konyol sekali. Atap sekolah merupakan tempat terbaik untuk menikmati kedamaian. Semilir angin berhembus. Menggelitik lembut dengan jahil menerbangkan sejumlah surai (h/c) milikku.
"Pemandangan dari sini begitu indah," gumamku pelan. Aku memegang pagar kawat pembatas. menggenggam nya erat sehingga buku-buku jemari memutih. Senyum lebar terlukis dikedua kurva. Sejumlah ide terlintas dibenak. Mungkin aku bisa menggunakan pemandangan dari atas sini untuk melukis. Manik (e/c) ku teralihkan ketika menangkap sesuatu yang menarik.
Taman bunga Mawar.
Aku baru tahu sekolah ini membuat taman Mawar. Yah, tentu saja sih. Aku sendiri juga masih baru disini. Tahun ajaran baru belum lama ini dibuka. Aku disini sebagai siswi baru tahun pertama. Belum berkesempatan juga untuk berkeliling sekolah ini. Well, aku hanyalah gadis biasa dengan kegemaran berbeda dari gadis pada umumnya. Jika para gadis biasanya menyukai sesuatu berbau kosmetik atau sering membicarakan tentang laki-laki, maka aku lebih suka menghabiskan waktu dengan menonton anime, membaca, melukis serta lainnya.
Aku sedikit tidak mengerti ketika teman sekelasku membicarakan tentang kencan dengan kekasih mereka. Mengeluh atau memamerkan kelebihan pasangan masing-masing. Sejenak aku berpikir, gunanya apa?
Aku menggeleng pelan. Dunia mereka dengan duniaku jauh berbeda. Ini patut digaris bawahi. Aku mendengus. Terkadang aku berharap lukisan yang kulukis menjadi nyata. Tidak, kurasa akan lebih bagus jika aku masuk kedalam lukisannya. Itu pasti menyenangkan. Berada dalam dunia yang selama ini kuimpikan. Jauh dari mereka yang berbeda pendapat denganku. Aku muak mendengar keluhan mereka. Maksudku, mereka selalu membuat masalah kecil dilebih-lebihkan.
Sekali lagi, aku menghela nafas. Tidak ada gunanya aku memikirkan hal itu, sekarang biarkan aku menikmati kedamaian ini. "Nene Yashiro, huh? Beruntung sekali ya. Hanako-kun menyukainya, begitu pula sebaliknya." aku tertawa kecil. Aku kerap merasa iri dengan gadis daikon itu. Bisa bersama dengan seseorang yang dipercayainya dan diselamatkan berkali-kali oleh orang yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Higanbana | Jibaku Shounen Hanako-kun | Hanako-kun X Reader |
Fanfiction[UNDER HEAVY EDITING] Dikala itu, semuanya terlihat baik-baik saja dan tidak ada yang aneh sama sekali. Tetapi, suatu saat, (y/n) mendengar suara bidak catur yang digerakkan... Tak! Tak!! Tak!! Suara tersebut seperti mengundang untuk ditemukan. Ke...