Laura dan Regan terjebak dalam kemacetan, Laura sudah gusar sendiri. Pasalnya ini sudah jam 9 malam.
Pulang kerumah ia pasti akan diceramahi habis habisan oleh Rey, karena Laura belum pulang kerumah ataupun mengabari Rey, handphonenya mati. Sial!
Laura menatap sekitarnya, lampu berkelap-kelip di berbagai toko, dan juga banyak kendaraan yg terjebak macet bersamanya. Tidak lupa suara klakson kendaraan yg memenuhi Indra pendengaran Laura, hal itu membuat Laura jengkel.
Kryukkkkkkkkk
Laura terdiam ia merasa mendengar sesuatu, tetapi suara itu kembali menghilang. Laura terus menajamkan indera pendengarannya.
Percayalah itu adalah suara perut Regan, jujur saja Regan dari pagi belum memasukkan nasi sesuapun.
"Gan Lo denger suara ngga? Suara yg aneh gitu?" Tanya Laura was was. Regan pura pura tidak mendengar pertanyaan Laura.
Kryukkkkkkkkk
Dan suara itu kembali terdengar, lantas Laura tertawa terbahak-bahak. "Ternyata itu suara perut Lo? " Laura masih tertawa.
"BERISIK!" Kesal Regan, bukan apa apa ia sangat malu." Emang Lo ngga laper gitu? Ini udah masuk jam makan malam?" Regan mengalihkan pembicaraannya.
"Ngga gue ngga laper!" Bohong, Laura sedari tadi bahkan saat pulang sekolah ia sangat lapar.
Kryukkkkkkkkk
Dan suara itu kembali terdengar, tetapi itu bukan suara perut Regan tetapi itu perut Laura.
Laura menyumpah pada dirinya sendiri, ia memukul mukul perutnya.Regan memperhatikan wajah Laura dari kaca spionnya, Regan tertawa dibalik helmnya. Tidak dengan Laura yg masih merutuki kebodohannya.
"Kita impas" ucap Regan. " Hei kita tidak impas! Perutmu berbunyi dua kali aku cuman satu kali" potong Laura tak terima.
"Ya ya ya, terserah" balas Regan.
Dan akhirnya kemacetan berkurang, Regan melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Regan memarkirkan motornya di depan rumah makan sederhana tetapi dikunjungi oleh orang orang.
Lalu keduanya menuruni motor. "Kenapa kesini, gue minta di anterin pulang, Lo tau ini udah malem gue pulang bisa habis sama Rey" dumel Laura.
"Gue laper dan juga Lo laper, mendingan kita makan gue ngga mau mati dalam kelaparan" Regan melangkahkan kakinya meninggalkan Laura.
Laura berdecak kesal, mau tidak mau ia mengikuti Regan. Tetapi ada bagusnya ia memang sangat lapar, ia ingin mengganjal perutnya.
***
Laura menikmati makanannya dengan lahap, melihat hal itu Regan sedikit tersenyum sambil memperhatikan Laura. " Hei apa yg kau lihat?" Laura merasa terganggu dengan tatapan Regan.
"Hah?" Tanya Regan dengan tidak berdosa. " Tatap makanan mu, jangan menatap ku seperti aku. Dan habiskan makanan mu. Aku ingin segera pulang" lalu keduanya menyambung memakan makanan mereka.
Makanan diatas meja sudah mereka habiskan, Regan sedang meminum minumannya, sedangkan Laura sibuk mencoba menyalakan handphoneku, tetapi hasilnya nihil.
"Gan anterin gue pulang, udah malem" pinta Laura yg diangguki oleh Regan.
Lalu Laura mengeluarkan uang yg ada di sakunya lalu memberikan uang itu pada Regan.Regan mengernyitkan keningnya. "Apa?" Tanyanya polos. " Ya gue bayar lah" jelas Laura. "Denger ya, gue yg ngajak Lo makan, dan gue yg harus bayar". "Oh ok kalau begitu, makasih" dengan cepat Laura memasukan uangnya kedalam sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Kesedihan (Completed)
Teenfikce#Budayakan vote sebelum membaca cerita ini. Bagaimana kalau es bertemu es, apakah akan mencair atau malah semakin membeku???? Ini cerita Laura yg mempunyai sifat dingin dan misterius. Bertemu dengan Regan yg sifatnya tidak jauh berbeda dengan Laura...