Debaran yang kurasakan ini bernama apa? Cinta? Takut? Gugup? Atau apa?
RaqilaSM, 28 Februari 2020
Setelah kejadian kemarin Saga belum bisa memaafkan dirinya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa dia kecewa dengan sikap Lala.
"Gue yakin, ada alasan dibalik sikapnya." Ujar Fahri yang duduk di sampingnya mencoba menyakinkan Saga agar memberi kesempatan pada Lala.
"Mau pesan apa Mas?" Tanya seorang pelayan sembari memberikan daftar menu. Pelayan ini menganggu. Pikir Fahri.
"Jus manggo aja dua!" Ujarnya tanpa melihat daftar menu itu.
Ia sengaja memesan dua karena saat itu Saga sedang tidak mood diajak bicara hal lain. "Yakinkan dia, ubah dia, luluhkan dia." Entah maksudnya apa yang pasti, ia bicara tiba-tiba.
Tapi dengan IQ yang lumayan, Saga paham maksudnya.
"Kenapa dia bisa suka sama gue!""Perempuan itu beda Ga. Mereka lebih mengedepankan perasaannya, mungkin lo pernah buat mereka merasa dikasih harapan dengan kata-kata lo." Fahri sudah seperti pakarnya perasaan perempuan padahal sama-sama jomblo.
Saga teringat dengan perkataannya waktu di perpustakaan, tentang jawaban rindu itu. Ia merasa menyesal tidak memikirkan ucapannya dahulu. Ia sangka Lala bukanlah tipe perempuan yang mengedepankan perasaan, tapi salah. "Yah gue salah dan gue sangat jahat. Bicara di depan dia tentang orang yang gue suka, meminta pendapat dia. Kenapa tidak ada tanda dia suka sama gue?"
"Lala yang dulu adalah Lala yang lebih mengedepankan kebahagian orang lain ketimbang dirinya sendiri. Dari situ lo bisa membuat dia berubah."
Ada dorongan semangat dari keduanya, dulu merekalah yang mendorong Lala untuk berubah dan sekarang, mereka juga yang harus menarik Lala dari tepi jurang yang bernama amarah itu.
Senyum kepastian menghinggapi keduanya. Sampai pelayan membawakan nampan yang diatasnya ada dua gelas jus manggo.
"Nih coba baca buku ini!" Fahri menyodorkan buku yang ia bawa.
"Cara merayu wanita." Saga membaca judul buku itu. "Pake belajar, tanpa baca gue juga bisa." Tiba-tiba suasana hatinya membaik.
"Mbak mau tanya!" Ujarnya pada pelayan yang hendak pergi alhasil ia berhenti dan berbalik.
"Nanya apa, Mas?"
"Mbak bisa masak?"
Pelayan itu menggangguk. Pertanyaan tak penting itu harus dihadapi pelayan.
"Bisa berberes dapur?"
Sekali lagi pelayan itu mengangguk. "Bisa Mas, emangnya kenapa?"
"Kalau mengurus rumah tangga dan calon anak kita, bisa?" Pelayan itu tersenyum manis menanggapi ucapan Saga yang aneh itu.
"Mas-nya bisa aja." Ujarnya dengan sedikit warna merah merona di pipinya.
"Terbukti dong."
Fahri menggeleng-geleng dengan tingkah temannya itu. "Nah ini nih yang bikin Lala berharap."
"Eh, emang Mas-nya mau nikah sama janda beranak dua ini." Ujar pelayan itu kembali.
Saga menyunggingkan senyumnya. Janda? Kok kayak gadis. Batin Saga dan Fahri yang sama.
"Mbak ada pengunjung minta pesanan tuh!" Ucap Saga menunjuk pada pengunjung lain padahal itu hanya kibulan agar pelayan itu pergi.
"Mamam tuh janda kembang beranak dua." Fahri tertawa sendiri mendengar dan melihat kejadian barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evolusi Waktu (Complete)
NouvellesKehidupan seorang Raqila bagaikan teka-teki yang sulit ditebak dan selalu berjalan bagaikan waktu. Kepercayaan, rasa empati semuanya dirampas dengan berjalannya waktu. Dari waktu ia sadar, arti kehidupan dan sahabat yang sebenarnya, dari waktu ia pa...