Dua Puluh Enam

1.7K 84 15
                                    

Gusna's POV

Kau memelukku seperti Bandung, tempat dimana aku dilahirkan. Terdengar berlebihan, namun mengertilah orang yang tengah diliputi jatuh cinta segala hal menjadi hiperbola.

Setiap hari aku merasa bebas, dengan terus menerus jatuh cinta bekali-kali. Entah sudah berapa kali aku menegaskannya, aku jatuh cinta padanya begitu dalam, sampai seringkali aku merasa debaran dalam rongga dadaku membuat lemas.

Siang menuju sore, Aku dan Kantia sedang terduduk manis sibuk dengan kegiatan  masing-masing, aku dengan gitarku dan dia tengah berusaha mengisi teka teki silang di ponselnya. Kantia terus menggerutu, mungkin tengah kebingungan mencari jawaban yang sesuai. Sedangkan aku, begitu antusias berteriak-teriak menyanyikan lagu kesukaanku.

"Gus, aku malah pusing dengerin kamu" katanya yang seketika membuatku berhenti, huft dia tidak pernah menyukaiku bermain gitar di rumah.

Aku merengut sambil terpaksa menyimpan gitar di atas sofa." What can I do for you majesty?"

"Bantu aku ngisi tts, biar bisa naik level. Terus nanti di kelas mau so soan nasih tau temen yang kebingungan ngisi. hehehe" Kantia terkekeh dan  langsung aku cubit pipinya.

"ya udah aku yang baca soalnya" kataku menunjuk diri, dan Kantia langsung setuju dengan hal itu.

"Bagian mendatar. Kadal terbesar di dunia yang hidup di Indonesia?" kataku, Kantia mulai berpikir.

Dan sepersekian detik dia menjawab.
"kodomo, eh komodo" Jawabannya membuatku tertawa cekakakan.

"kodomo mah pasta gigi aku waktu kecil. Hahaha. Yang bener kek ngomongnya, gitu aja susah"

Kantia memukul lenganku "keseleo dikit juga, udah ah next"

"ya udah iya. Sekarang bagian menurun. Ibu kota Indonesia?"
Aku dan Kantia sepontan menjawab bersamaan "Jakarta!" lalu setelahnya kami terkekeh bersama-sama.

"gampang amat sih ini tts, gak ada yang agak susah sedikit apa?" tanyaku padanya.

"ya karena mudah banget jadi ngisinya menyenangkan, sebagai kegiatan pengisi kalau lagi boring aja"

"oohh begituuu" kataku lagi.

"kalau mau yang susah, ngisi tts cak lontong. Temen-temen cowok di kelas aku sampai pada marah-marah gak jelas coba. hahaha" Kantia tertawa lalu selanjutnya ia menceritakan  saat teman lelakinya marah-marah hingga mengucapkan kalimat kasar ketika mengisi tts tersebut.

"huft, aku gak mau. Cak lontong itu, hadeh, seenak jidat  bikin jawabnnya. Nanti aku ujung-ujungnya malah marah-marah gak jelas juga"

Tiba-tiba ponselku berdering, dengan sigap aku meraihnya. Layar ponselku menampilkan bahwa ibu tengah memanggil. Untuk beberapa saat aku saling bertatapan dengan Kantia.

"Telpon dari siapa?" tanyanya dengan penasaran.

Aku memperlihatkan layar ponselku kepada Kantia. "oh ibu kamu, angkat aja. Kangen kayaknya sama kamu" dengan berat hati dan penuh tanya aku mengangkat panggilan telepon dari ibuku.  Entah, aku selalu merasa buruk ketika harus mengangkat telepon dari orang tuaku.

"halo bu?" ucapku menyambut pembicaraannya.

"kamu sekarang lagi di mana Gus?"

"emm, aku di rumah bu. Rumah yang di wilayah.. sama temen aku"  jawabku sedikit terbata. Terlihat Kantia terus menerus matanapku penasaran.

"oh iya. Pas kamu masuk libur panjang, ibu sama ayah pulang. Kita mau ngadain acara-makan makan. Ajak temen-temen kamu ya"

"ah iya bu nanti aku kabari temen-temen"

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang