Chapter 6

150 5 1
                                    

"I'm so sorry. Aku nggak sengaja" kataku membereskan belanjaan yang sempat terjatuh tadi.

"Ah no its my fault. Kamu nggak salah kok" jawab suara berat di depanku ini. Lantas aku mendongak menatapnya.

Mata hijaunya bisa menyulap siapapun tiba-tiba menyukainya. Dan senyumnya, mungkin nggak perlu aku perjelas. Dia punya lesung pipi! How attractive he is...

"Oh my gosh!! Harry? Is that you?"

"Ally!" balas cowok yang aku asumsikan bernama Harry.

"What happened? Aku denger suara berisik disini kaya barang jatuh. Ternyata kalian berdua"

"Err.. Aku nggak sengaja nabrak dia." jawabku sambil melirik cowok yah.. cukup tinggi dimataku.

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan? Oiya kenalin ini Harry. Harry, ini Camy"

"Hi nice to meet you, sorry ya pertemuan kita yang pertama kali nggak enak begini. Kapan-kapan kalo ketemu lagi bakal aku traktir sebagai permintaan maaf. Sorry aku harus pergi sekarang. See you around Ally!" kata Harry sambil berlari keluar toko dan menaiki sebuah mobil hitam.

"Kok perasaan tiap aku ketemu orang nggak pas gitu ya? Ketemu Niall ketabrak. Ketemu kamu Al malah dikira maling. Nah skarang, Harry yang aku tabrak. Poor me"

"You are so cute! Ya nggak lah Cam. Kebetulan aja minggu ini kamu lagi sial. Udah yuk pulang, udah mau gelap." balas Ally dengan ramah.

Iya kali ya? Mungkin cuman perasaanku aja. batinku.

**

Pagi pertama di London! Suasananya lagi cerah dan bikin semangat banget. Ini hari terakhir bisa santai-santai. Besok udah harus siap-siap ngejalanin rutinitas baru. Setelah cuci muka dan gosok gigi, aku turun ke bawah yang langsung disambut box-box gede warna coklat dan hm... enak banget. Ally masak apa ya?

"Morning!!" sapanya ceria.

"Morning sunshine. Hahaha. What are you doing with those stuff?"

"I'm trying to cook this" kata Ally sambil menunjukkan salah satu gambar dibuku resep yang dibelinya kemarin sore. Ohh Sandwich. "Tapi aku takut nyalain kompor hehe" sambungnya geli.

Aku terkikik geli. Baru tau cewek seumuran yang takut nyalain kompor.

"Yaudah sini. Aku aja yang masak." balasku mengambil alih dapur.

Aku mulai memotong sayuran dan rotinya. Ditemani Ally yang berceloteh tentang kenapa sampai saat ini dia takut banget nyalain kompor. Yang ternyata waktu umur 16, dia hampir ngebakar seisi dapurnya dan Ally kapok banget main didapur alias masak.

"Terus selama ini yang masakin siapa?" tanyaku penasaran.

"Yah pas masih ada Harry dia yang masakin tiap hari. But after he left, aku beli terus. Mangkanya aku kangen banget punya temen satu flat. Untung ada kamu. Jadinya nggak sepi lagi dan bonusnya kamu bisa masak! Nggak perlu lagi deh keluar uang banyak"

"Oiya, kamu sama Harry deket banget ya? Apa sempet..."

"Ya enggak lah. Harry itu 'partner in crime'nya Zayn. Selingkuh dong namanya kalo aku pacaran sama Harry. Salah satu alasan kenapa Harry boleh satu flat sama aku itu juga karena Zayn minta tolong sama Harry buat jagain aku dari..." kata-kata Ally terputus. Mungkin aku tanya terlalu jauh.

"Kalo kamu belum siap cerita nggak papa kok. Lagian kan kita baru kenal kemarin malem. Nih udah selesai sandwichnya. Yuk makan" jawabku mencairkan suasana. Senyum Ally kembali seperti semula. Tapi rasa penasaranku masih banyak. Banyak banget. Emang siapa yangg mau nyakitin Ally? Ah udahlah. Yang perlu aku pikirin sekarang kuliah.

"Huhh"

**

Di lain tempat, di waktu yang sama.

"Lo nggak usah permasalahin yang kemaren lagi dong. Kan lo yang bilang sendiri temen lebih penting daripada cewek" kata Louis yang coba menenangkan Niall yang lagi uring-uringan.

"Gue nggak peduli lo mau deket sama siapa termasuk Casey. Tapi kenapa lo nggak jujur ke gue kalo Zayn masih berusaha ngejar lo? Itu yang namanya temen?"

"It's not a big deal, bro." jawab Louis santai.

"Lo kata Zayn nonjok lo sampe memar gini not a big deal? Otak lo kemana sih? Emang lo apain lagi si Ally?"

"For a fuck sake, gue nggak ngapa-ngapain dia! Kita cuman kebetulan ketemu. Gue berusaha buat minta maaf ke Ally tentang... you know kejadian yang itu. Dan sialnya gue nggak tau kalo dia lagi sama Zayn! Dasar bajingan tuh orang"

"Pokoknya kita harus bales mereka. We have to show them whom they should be afraid for" balas Niall dengan seringai dan mata yang tajam

*********************

Finally new chap!! Enak banget dapet pencerahan disaat-saat yang tak terduga haha. Semoga suka dan semoga juga nggak ada hambatan buat nulis chap selanjutnya. Maaf pendek hehe. See ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Half A Heart (Niall Horan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang