69

868 74 6
                                    

15 menit. Ruangan putih itu terasa dingin dan hening. Kedua orang itu tampak sedang berpikir.

Guan mengeratkan genggaman nya. Ia melirik wanita yang entah sejak kapan memilih membenci dia. Guan benci mengakui ini, namun ia tak menampik jika semua yang ia lakukan akan sia sia. Guan tidak akan bisa melukai ibunya.

"Mau anda apa?" Ucap guan memecah keheningan. Jihyun memilih diam ia menatap sang anak dengan tatapan datar. Ada sedikit kebencian di matanya saat menatap Guan.

Satu kalimat yang memasuki benak nya. Ia mendengar apa yang ada dalam benak sang ibu

'kenapa kamu mirip sama si brengsek?'

Guan menunduk ia memejamkan matanya.

"Berikan warisan itu pada saya. Dan hubungan kita selesai." Ucap nya lirih. Guan mengerutkan dahinya.

"Jika harta yang anda butuhkan. Kenapa keluarga zee juga harus anda ganggu?" Kali ini tak ada lagi tatapan lemah, sosok guan tergantikan oleh serigala yang siap untuk kapan saja menerkam.

Jihyun berdecih.

"Oh, ternyata kamu perduli sama mereka?" Jihyun bersedekap, memandang remeh Guan yang malah merasa lebih tertantang.

"Tentu, karna mereka adalah keluarga. Arti keluarga sebenarnya."ucap guan. Menekan kata kata terakhirnya.

Jihyun sedikit terkejut, matanya tiba tiba melunak.

"Kasian, kamu benar benar mirip anak anjing yang di buang pemiliknya dan memiliki majikan baru." Cemooh nya. Guan menajamkan tatapan nya.

"Setidaknya anak anjing ini pernah merasakan kasih sayang keluarga di keluarga baru nya." Ucap nya tegas.

Jihyun terdiam, menatap Guan dengan pandangan tak terbaca. Sedangkan guan menatap nya dengan dalam mencoba membaca pemikiran ibunya.

'sial, apa harus di bunuh?'

Guan menunduk, dan tangannya mengepal. Baru saja itu yang ia dapat dari pemikiran ibunya. Guan merenung, apa sebenci dan tak di inginkan kah ia bagi ibunya?

Lebih memilih membunuh sang anak demi harta? Gila, di depan nya ini orang gila.

"Satu hal yang akan saya tanya kan." Guan memecahkan keheningan, ia berjalan mendekat tanpa rasa takut, namun matanya memancarkan luka begitu dalam. Hatinya sakit.

Matanya merah menahan emosi dan juga rasa sakit di hatinya.

"Kenapa. Mama. Ingin. Bunuh. Guan?" Ucap nya penuh penekanan. Hatinya sakit, pikirannya selalu dan setiap saat menanyakan ini. Apa yang di perbuat guan hingga ibunya sungguh tak menginginkan nya?

Guan menangis, untuk pertama kalinya guan menangis di depan ibunya. Menangis sambil mencengkram dadanya.

Jihyun terkejut. Ia mundur beberapa langkah.

"Kenapa mama nggak mau guan bahagia?"

"Kenapa.. kenapa mama mau guan mati?"

"Apa salah guan?" Tangisan guan pecah. Ia juga masih remaja, perasaan tertekan pasti ia rasakan selama ini. Ia menangis bak anak kecil. Ia tak perduli dengan beberapa anak buah ibunya yang sudah menyorotkan laser di tubuh guan. Ibunya menyiapkan beberapa sniper di sebelah gedung yang ia pakai saat ini.

"Jawab ma.." Jihyun menunduk. Ia juga menangis.

"Kenapa? Kamu tanya kenapa?" Jihyun mendekat, ia mencengkram leher guan kuat. Sedangkan guan menatapnya dengan tenang walau rasa sakit menjalar.

"Itu semua karna ayah kandung kamu. Si brengsek itu.. mirip sekali dengan mu." Jihyun mencengkram leher guan kian kuat.

"Si brengsek yang bahkan saat ini tak tau di mana keberadaan nya. Udah menghancurkan kehidupan kita." Jihyun menangis.

"Dan melihat wajah ini. Membuat kenangan itu datang!!!"

"Ini jalan satu satunya. Agar lupa dari si brengsek itu. Membunuh mu." Ucapnya, jihyun tersenyum kecil. Senyum kesakitan yang bahkan berhasil membuat guan takut. Ia tak bisa melawan.

Nafasnya sudah sesak. Kepalanya pusing dan satu yang berhasil ia baca kembali.

'maafin mama.'

Guan menatap dalam sosok itu. Sosok ibunya masih ada, wanita yang dulu menatapnya penuh sayang, mengajarinya berjalan. Ternyata masih ada di dalam nya.

"Ma..mama." lirihnya. Lehernya rasanya sudah tak merasakan sakit. Penglihatan nya mulai memburam dan nafasnya mulai tak bisa ia hirup lagi.

"GUANN!!!"

DOR..

###

"KAMU GILA??!" Zee menatap ibunya yang tengah mengamuk.

"Iya, Zee gila ma."

"DI SANA BAHAYA SAYANG!" Zee melepas cengkraman kuat di tangannya. Cengkraman yang di berikan ibunya untuk menahannya.

Iya, zee merasakan sesak itu lagi. Ia takut, membayangkan salah satu dari mereka merenggang nyawa.

Ini yang membuat ia nekat untuk pergi menyusul. Berkat beberapa anak buah ayahnya yang ia ancam, ia pun akan di antarkan.

"Zee mama mohon." Ibunya menangis, zee menatap ibunya dan memeluknya erat.

"Zee pergi dulu."

Zee berlari cepat keluar pagar besar untuk bertemu anak buah ayahnya yang sudah menunggu tak jauh.

"ZEE... RACHELL.." Zee menangis. Melihat ibunya berteriak memanggil namanya membuat hatinya hancur.

'anak durhaka lo zee.' batin nya.

30 menit perjalan di hiasi zee yang menangis. Sedangkan anak buah ayahnya sebisa mungkin mempercepat laju mobilnya. Sialnya saat ini jalanan ramai. Jalanan penuh dengan orang orang yangg pulang kerja.

Zee memaki beberapa orang yang meneriaki mobil yang di tumpanginya.

"Zee.. kamu ngapain di sini?" Chanyeol berujar sambil menatap zee lekat.

"Guan mana pak?? Guan?" Tanya zee, ia menatap ke sekeliling, mencari objek yang menggangu pikiran nya dengan kata kata yang pernah guan ucapkan.

"Kamu tenang dulu zee." Chanyeol mencengkram bahu zee lembut. Mencoba menenangkan. Zee tampak panik, wajahnya pucat pasi. Badannya bergetar dan tangannya begitu dingin.

"Pak, guan mana?" Zee melemas. Chanyeol dengan sigap memeluk zee erat. Mengelus lembut punggungnya dan membisikkan kata kata tenang.

"Guan ada. Tenang ya zee." Chanyeol menatap lembut wajah gadis yang sudah mengambil hatinya ini.

Keadaan ricuh. Beberapa orang menyeret 2 orang lelaki berstelan hitam dengan senapan di tangan nya.

Hingga.

Suara tembakan membuat beberapa orang berlari masuk ke dalam gedung, termasuk Zee yang sudah menangis.

Ia menggeleng kuat mencoba menghilangkan pikiran jeleknya yang sungguh membuat ia tersiksa.

"Guan." Panggilnya lirih. Melihat tubuh lemas Guan dan darah yang berada di sekitarnya.

Zee sesak luar biasa. Ia mencengkram dadanya dan bersimpuh. Ada dua orang yang terbaring lemas di depannya.

"Inget janji kalian." Ucap zee lirih. Zee menangis kuat. Memanggil nama mereka. Berharap mereka bangun dan berkata prank.. ia sungguh berharap itu.

Kai mematung. Ia juga bersimpuh, sama tertekannya dengan zee.

"Guan.. mbak.. zahra" lirih zee sebelum ia tenggelam dengan kegelapan dan hantaman kuat di hatinya.
###

HOLAAA GAISSS

Aku kembali nihh.. maaf keterlambatan nya nih.

Mohon menunggu lagi buat next chapter ya syg..

Please Vote and Comment guys..

Jangan lupa jaga kesehatannya. Luv yuuu 😘😘

 Duda ✔ PCY (Trio Bangsat) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang