BAB 21 "Dear Yoojung"

289 29 4
                                    

Seorang perempuan terduduk sambil memeluk kedua lututnya, sedang mata indah itu memandang jauh pada langit gelap. Dingin yang terasa menguliti tak ia hiraukan, sebab tak akan ada rasa yang jauh lebih menyiksa daripada kegelisahan yang tengah dihadapi.

Ombak menyapu pantai dengan lembut, sedang angin bertiup kencang. Tak ada apa pun yang menghias langit, sepenuhnya gelap malam ini—segelap rasa percaya diri yang begitu saja menghilang.

Tangan kecil itu bermain bersama pasir, layaknya seorang anak kecil ia membuat sebuah istana—hanya saja ia bentuk asal-asalan—seperti tengah membangun kembali sebuah ingatan yang perlahan telah memudar.

Perempuan itu adalah Kim Yoojung, seorang model yang tengah mengalami banyak skandal dalam karirnya. Tidak, tapi malam ini ia hanya ingin kembali menjadi seorang Kim Yoojung saja.

Ia melarikan diri, malam-malam pergi, secara bersembunyi-sembunyi, ia lari dan pada akhirnya kembali. Ia kembali pada tempat yang telah lama ia tinggalkan.

Pulau Jeju, tempat kelahirannya.

Segala rasa beradu satu, menjadi berbagai macam perasaan yang tak keruan. Yoojung ingin menangis, ingin tertawa, ingin berteriak dan ia bahkan ingin mati dalam keadaan yang bersamaan. Entah apa, entah kenapa, sebab ia pun tak tahu jawabnya.

Ia butuh rumah, ia hanya ingin pulang ketika keadaan yang begitu menyulitkan seakan terus mencekiknya hingga tak mampu bernapas.

"Ayah, Bu, aku pulang, di mana kalian?" Yoojung terisak, merasa perih karena air mata yang kembali membasahi kenangan duka lalunya.

Ia tak ingin berusaha kuat ketika ia memang tak mampu, menahan segala sakit bukan perkara mudah. Meski tak yakin berapa lama ia akan tetap terluka, tapi sebagai manusia tentu saja berhak untuk menangis.

Yoojung mematikan ponsel, bahkan ia dengan sengaja tak membawa alat bantu pengisi daya. Ia seperti tengah memutus hubungan dengan dunia luar, dunia yang tengah kejam terhadapnya.

Sekali lagi, ia tidak peduli jika memang tengah melarikan diri.

"Dingin di sini, ayo cepat kembali."

Suara gemetar dari seorang kakek tua berhasil membuyarkan lamunan Yoojung. Gadis itu hanya tersenyum, tetapi enggan menurut. Padahal, sang kakek sudah berseru untuk yang ketiga kalinya.

Lalu sang kakek pun memilih untuk menemani Yoojung, ia duduk di samping model cantik itu.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya sang kakek khawatir.

"Aku sedang menunggu bintang, aku sedang menanti kehadiran Ayah dan Ibu," jawab Yoojung dengan pandangan menatap langit. "Tapi, mereka tak juga muncul."

Ketika memikirkan bahwa kedua orangtuanya telah tiada masih saja membuat hatinya hancur. Ia ingin tebiasa, tetapi tetap tak kuasa.

"Kakek Min, jangan tinggalkan aku," mohon Yoojung.

"Itu kehendak Tuhan, Nak. Namun, selama ada waktu Kakek tidak akan meninggalkanmu."

Yoojung menjadi ragu tentang keinginannya, tentang mimpi yang selama ini ia perjuangkan. Atau mungkin pandangan publik memang benar? Dia tidak berbakat, hanya saja beruntung. Semuanya selalu berjalan dengan kehendaknya atas nama Kim Seokjin yang selalu membantu dan memberikan dukungan penuh di belakang. Namun, tidak ada yang benar-benar ia capai dengan perjuangannya sendiri.

Segala masalah yang dihadapi selalu Seokjin ataupun agensi yang menyelesaikan. Karena ia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya seorang diri. Ia lemah karena tak mampu membela diri, nahas kini Taehyung yang harus terlibat. Seolah-olah jika Yoojung tidak pernah belajar dari segala masalah yang pernah dialami.

Living with annoying boy Season 2 - KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang