01.

44 8 12
                                    

Happy Reading!

ㅡㅡㅡ

Hari senin adalah hari yang menyebalkan bagi semua orang, tak terkecuali Ryujin. 

Pagi-pagi dia sudah menutupi sebagian wajahnya menggunakan masker, tidak sakit sih, alibi supaya tidak harus senyum kepada orang sebenarnya.

Tapi pagi ini Ryujin tiba-tiba saja terkena flu, ya lumayan buat alasan nanti.

Baru mau duduk ke bangkunya, Lia sudah memberikan tanda dua jari yang ia letakkan pada sudut sudut bibir, yang berarti senyum.

Ryujin mendengus, lalu akhirnya tersenyum.

"Ya ga keliatan tolol." umpat Lia pelan.

"Hari ini males senyum," jawab Ryujin cepat.

"Yeu, tiap hari kali." sanggah Lia lagi sembari mengeluarkan topinya dari dalam tas.

"Berisik."

Ngomong-ngomong,

"Sialan, ga bawa topi." kan, masalah umum pelajar saat hari senin.

Ryujin mencoba bersikap tenang, melihat ke bawah laci nya dan laci meja Yuna yang berada di sebelahnya. Gotcha!

"Li, Yuna hari ini ikut barisan osis kan?" tanya Ryujin.

Lia mengedikkan bahu, "Mungkin."

Ah masa bodolah, pinjem aja dulu, pikir Ryujin saat itu.

ㅡ ㅡ ㅡ

"Jin, ayo ngantin."

Ajakan Yuna membuat Ryujin kesal, pasalnya Ryujin baru saja membeli kebab dari kantin. Dan, tentunya dia tidak ingin kembali lagi ke kantin.

"Ga, males." jawab Ryujin.

"Ih, gua kan laper," rengek Yuna.

"Gamau, Yun. Sana sama Yeji aja." ucap Ryujin, final.

Yuna hanya mendengus lalu pergi ke meja belakang untuk menemui Yeji.

"Jahat banget sih. Tadi pagi minjem topi siapa coba." sindir Lia pelan.

"Berisik. Gua mau makan." Ryujin melanjutkan kegiatannya memakan kebab. Tapi, ponselnya bergetar. Sepertinya ada pesan masuk.

Guanlin: Hai, Pagi.

What? Dia kenapa?

Ah, Mungkin cuman pesan random, batin Ryujin.

Tapi, saat itu juga Ryujin langsung melirik ke arah Guanlin. Guanlin nampak tenang bermain ponselnya.

Ya, Guanlin memang teman sekelas Ryujin. Mengirimkan pesan secara tiba-tiba menurut Ryujin bukan hal yang biasa. Tapi Ryujin masih memaklumi, ya juga namanya teman sekelas, toh wajar wajar saja untuk chat teman sekelas sendiri.

Ryujin pun mulai mengetik balasan pesan untuk Guanlin.

Guanlin: Hai, Pagi.

Ryujin: Juga
Ryujin: Knp, Lin? Ada perlu?


Ryujin tersentak, Guanlin sangatlah fastrespons untuk ukuran seorang remaja laki-laki. Buktinya, sudah ada balasan pesan lagi darinya.

Guanlin: Gapapa, Jin.
Guanlin: Udah sarapan belum?

Tenang, Jin.

Tapi jujur sih, Ryujin ngeri banget liat yang beginian. Ryujin memilih mengabaikan pesan dari Guanlin dan lebih mementingkan masalah perutnya.

Dia akhirnya melanjutkan kegiatannya. Sembari melirik arloji yang berada di tangan kanannya, Ryujin mulai resah. Pasalnya dia belum mengerjakan tugas yang ada pada jam pelajaran selanjutnya.

"Li, ini pr prakarya yang mana?" tanya Ryujin.

"Ngerjain lks satu bab, terus buat tabel objek budaya lokal minimal 30 benda, lengkap dengan teknik pengerjaan dan contohnya." jawab Lia sembari memakan bekalnya.

Oh, shit. Ini perlu beberapa waktu dan tentunya tidak sebentar.

Ryujin menoleh ke belakang, disitu ada Minju yang sedang memakan kotak bekal miliknya.

"Ju, pinjem buku prakarya dong." pinta Ryujin.

"Aku mau sih minjemin, tapi kata Pak Sooman ngga boleh sama." tutur Minju pelan.

"Sooman sialan." umpat Ryujin sangat pelan.

"Yaudah siniin, ga gua samain kok tenang aja." Minju nampak tersentak mendengar perkataan Ryujin.

"Tapi beneran ya? Jangan samain."

"Iyaa, Minju." Dengan cepat Ryujin menyambar buku tulis Minju dari tangan sang pemilik.

Saat akan menoleh kembali ke posisi awal yaitu menghadap ke depan. Ryujin kembali terheran-heran.


Mata itu, menatap mata Ryujin dengan lekat, seolah-olah menginginkan sesuatu.











Ya, itu memang mata dari seorang Lai Guanlin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, itu memang mata dari seorang Lai Guanlin.

ㅡ ㅡ ㅡ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semu ; shin ryujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang