Bekas Luka

7 1 0
                                    

Pemuda berkulit sawo matang dengan rambut ikal sedikit panjang itu sibuk berbincang dengan teman-temannya disebuah kedai minuman yang biasa mereka datangi.

Ia tidak tampan tetapi terdapat perasaan hangat dan menyenangkan yang membuat orang disekitar nyaman.

Sesekali perbincangan mereka disertai gelak tawa yang pecah. Pemuda itu menyapu pandangannya hingga berhenti disebuah titik. Teman perempuannya yang bernama Rara.

Adapun rupanya seperti perempuan normal pada umumnya saja, namun dengan bekas luka di alisnya yang menjadi ciri khas unik, sebuah bekas luka yang dulunya tak ada. Rara perempuan yang sangat ceria dan bahagia bahkan saat ini.

Tapi dalam benak pemuda tersebut ia baru saja merasakan sebuah kebahagiaan sesungguhnya, entah apa yang mendasari pemikiran tersebut. Pikiran pemuda yang bernama Rayhan hilang dalam memori masa lalu.

**

Tahun pertama di SMA...
Rayhan mengawali masa SMA disebuah sekolah negeri yang biasa saja tidak buruk maupun bagus juga. Ia tak tau mengapa bisa masuk sekolah ini. Ia bisa saja memasuki sekolah negeri favorit didaerahnya. Mungkin hanya semesta yang tau.
Sesi perkenalan kelas pun dimulai.

Ray menatap satu persatu wajah asing disekitarnya seolah berusaha memahami karakter mereka. Tatapannya berhenti pada seorang perempuan. Ekspresi perempuan tersebut cukup ceria, namun entah mengapa Ray merasa sedikit keanehan.

“Ah mengapa aku merasa aneh saat menatap perempuan tersebut? Mungkin karena pertemuan pertama?” benak Ray bertanya-tanya.

Satu persatu murid maju kedepan mengenalkan diri mereka. Sesekali juga disertai beberapa lelucon ringan mencairkan suasana kelas yang cukup panas ini. Giliran Ray sudah berakhir kini giliran perempuan itu yang maju. Perawakan perempuan itu pendek tetapi tubuhnya berisi cukup ideal.

Perempuan itu terus menatap mata Ray yang membuat Ray merasa makin aneh. Ia merasakan sesuatu yang berbeda pada perempuan itu. Ray sendiri terkadang bisa memahami karakter seseorang, tetapi hanya keadaan tertentu saja terlalu hebat jika ia selalu bisa memahami semua orang.

Tak terasa perkenalan berakhir, guru yang mengawas pun keluar memberi ruang untuk kita saling membaur dengan lingkungan baru. Kelas kemudian menjadi riuh.

Beberapa murid sibuk mencari teman, mengenalkan diri ataupun hanya sekedar saling berbagi akun sosial media mereka.
Rayhan duduk saja berbincang dengan teman sebangkunya seakan tak ingin malas bergabung dengan yang lain.

Seorang perempuan berjalan dari ujung kelas yang berlawanan menuju Rayhan. Teman sebangku Rayhan yang bernama Dika itu dipanggil oleh teman yang lain.

Sampailah perempuan itu ke meja Rayhan. Menggebrak meja Ray yang tak bisa mengalahkan riuhnya kelas. Ray mengerutkan kening.

“Hei namaku Rara!” sahut perempuan itu dengan antusias tanpa rasa bersalah.

“Hai Rara bisakah kau sedikit sopan dengan orang baru yang kau temui?!”balas Ray dengan nada dan ekspresi yang jengkel.

“Uh ya maaf.. lalu namamu?”

“Rayhan singkatnya Ray. Mengapa dari sekian murid kau kemari?”

“Entah? Mungkin karena kau terlihat sendiri?”

“Apakah aku terlihat sekesepian itu?” sahut Ray memutar matanya.

Hari pertama Rayhan di sekolah barunya berakhir cukup menyebalkan. Hari-hari terus berjalan. Rara begitu atraktif dengan teman-temannya. Setiap hari Ray melihat mata Rara seperti ada awan mendung, padahal Rara selalu ceria.

Bekas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang