♠ genangan

205 51 14
                                    

Tidak ada hal spesial yang terjadi setelah satu minggu terlewati, semenjak Dahyun diantarkan pulang oleh Hanbin. Tidak ada percakapan dalam ruang pesan obrolan, tidak ada interaksi yang berarti di kehidupan nyata, juga tidak ada pandangan yang dipusatkan pada si pemuda tatkala mereka berpapasan secara tak sengaja. Dahyun bertindak seolah mereka hanyalah dua orang asing yang saling bersinggungan di sini.

Hanbin tidak mengerti, apa lagi salahnya kali ini? Padahal, Hanbin sudah mengharapkan bahwa setidaknya, mereka kembali bisa menjalin obrolan seperti dahulu, seperti saat di mana mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan dikarenakan kejenuhan yang membayangi.

Benar, menjalin hubungan nyaris dua tahun lamanya, sedikit-banyak pasti menghadirkan rasa bosan yang perlahan menggerogoti diri lalu meminta dimuntahkan lewat untaian kata, lalu berakhir menyetujui berakhirnya hubungan panjang yang sudah mereka jalani.

"Kenapa, sih?" tanya seorang gadis yang sedari tadi duduk di sampingnya pada bangku taman fakultas yang cukup sepi. Hanya ada mereka berdua dan beberapa mahasiswa lainnya yang sedang mengerjakan tugas pada laptop yang dibawanya.

"Nggak apa-apa, Hayi," sahut Hanbin tanpa menatap si gadis. "Aku cuma... kepikiran sesuatu."

"Hmm... biar kutebak," kata si gadis yang bernama Lee Hayi tersebut. "Pasti kamu lagi mikirin dia, kan? Siapa, namanya? Hngg... Dahyun, ya?"

Hanbin memberikan senyuman kecil sebagai respons.

"Susah banget, ya, buat kamu ngelupain cewek itu?" tanya Hayi lagi. "Padahal, aku udah ada di sini..."

"Hayi, plis, jangan mulai," sela Hanbin, kali ini ia menatap sepasang mata jernih milik Hayi. "Apa pun alasannya, kita tetap nggak bisa bersama. Kamu tahu itu, kan?"

Hayi menunduk, bibir bawahnya bergerak maju. Jelas sekali ia kecewa sekaligus berusaha menerima jawaban Hanbin. "Andai aja takdir nggak sejahat itu, Bin."

"Takdir nggak pernah jahat sama kita, Hayi," sahut Hanbin, lebih tenang dibanding sebelumnya, "tapi kita yang nggak bisa dengan mudah menerima takdir yang sudah ditetapkan Tuhan. Makanya kita seringkali beranggapan bahwa takdir itu kejam."

Inilah yang Hayi sukai dari seorang Kim Hanbin. Pemuda itu seolah mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan setiap kali Hayi berada di dekatnya. Tutur katanya tak pernah menyakitinya, walau memang, takdir yang dipaparkan Hanbin tadi terasa menusuk ulu hatinya begitu dalam.

Mendadak, Hayi merasakan Hanbin mengusak-usak puncak kepalanya ringan. Seulas senyum yang diberikan Hanbin pun sanggup melelehkan hatinya dalam sekejap mata. "Ada banyak banget cowok yang naksir sama kamu, Hayi. Percaya sama aku."

"Masa?" Hayi terkekeh. "Kalau aku penginnya ditaksir kamu, gimana, Bin?"

Hanbin hanya menggeleng-geleng sebagai balasan, lalu ikut tertawa bersama Hayi, tanpa Hanbin sendiri sadari, bahwa ada sepasang mata seorang gadis yang memerhatikan interaksi hangat mereka sedari tadi dari kejauhan.

Hanbin juga menemukan gadis itu di sana, tepat ketika ia menurunkan tangannya dari kepala Hayi.[]

Hujan | Hanbin ft. DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang