Ego(ne)

1.9K 312 21
                                        

"Bagaimana pekerjaan mu?"

Jungkook bertanya di sela kegiatan mereka menyantap makan malam dalam keheningan seperti biasa. Jika bukan Jungkook sendiri yang membuka percakapan, maka jangan harap ada kehangatan yang tercipta.

Jiyeon melirik sebentar lawan bicara yang bertanya, melanjutkan kunyahan yang tinggal sedikit lagi. Lantas ia menjawab begitu sudah menelan, "Seperti biasa."

Begitu singkat sekali tanpa melihat Jungkook.

Pun Jungkook hanya bisa tersenyum kecut dalam menanggapinya. Sudah terbiasa dengan sikap ketus Jiyeon. Dan menilik dari tingkah gadis kecilnya, Jiyeon memang sulit untuk membangun komunikasi dengan dirinya yang terbilang punya hubungan dekat. Tidak dapat dibayangkan jika Jiyeon berkomunikasi dengan orang-orang. Pasti akan kaku.

"Aku heran," Jungkook buka suara lagi. Menopang dagu dengan sebelah tangannya yang di tumpu ke atas meja. Memerhatikan lekat Jiyeon yang masih sibuk dengan kegiatan tanpa terusik sama sekali.

"Heran kenapa?" Jiyeon melirik sekilas. Lantas ia meraih segelas air putih dan meneguknya hingga tandas.

Menyuap makanan sejemang, Jungkook lantas berujar di sela kunyahan, "Bagaimana bisa kau bertahan bekerja menjadi pegawai kasir disana sudah lebih dari ... " Pria itu menjeda, menghitung dalam diam. "Lebih dari dua bulan—"

"Hampir memasuki bulan ketiga," tukas Jiyeon cepat.

"Ah, ya." Jungkook mengangguk membenarkan. "Hampir tiga bulan. Bagaimana mereka bisa mempertahankan mu? Ini sedikit membuatku penasaran," ujar Jungkook dengan mata yang disipitkan.

Mengangkat bahunya acuh tanpa memerhatikan Jungkook, Jiyeon membalas, "Aku tidak tahu."

Lekas Jungkook menghela nafas berat. Menyandarkan punggungnya dengan kedua tangan yang dilipat tanpa melepaskan atensi dari Jiyeon.

"Tch, astaga." Ia berdecak, menggeleng tak habis pikir.

Bagaimana bisa ada manusia sedingin Jiyeon. Sebab, Jungkook sudah berusaha untuk membangun kehangatan di lingkungan mereka tinggal. Lantaran tidak bisa bertahan lebih lama dengan sikap ketus Jiyeon yang kelewat melebihi batas, maka Jungkook bertindak sigap. Selalu mengajak Jiyeon bercakap-cakap. Tapi akan berakhir sama, Jiyeon selalu mematahkan gairahnya dalam obrolan yang ia bangun.

"Jangan terlalu dingin seperti itu, Ji. Kau harus bersikap hangat sesekali untuk mencari teman. Atau kau akan hidup sendirian selamanya." Jungkook bergidik membayangkan kehidupan menyakitkan dunia yang keras ini. "Perlihatkan senyuman mu pada orang-orang. Pasti kau terlihat cantik."

Jiyeon diam. Hanya bernafas teratur dan tetap menyimak Jungkook tanpa berminat membalas. Bertahan pada ekspresinya.

"Ngomong-ngomong ..." Jungkook menjeda, meneguk air putih guna membasahi kerongkongannya. "Besok aku akan pergi melakukan pertukaran karyawan restoran."

Kening Jiyeon mengerut. "Pertukaran karyawan?"

"Ya." Jungkook membereskan sisa makanan mereka. "Ke Spanyol."

"Memangnya ada hal seperti itu?" Jiyeon mengangkat sebelah alisnya. Menuntut tanya sebab dilanda bingung.

"Ada," Jungkook mengangguk. Berdiri dari duduknya, lantas menyahut sembari berjalan ke dapur. "Buktinya aku sekarang."

Jiyeon tidak mengalihkan pandang, tetap pada satu tujuan objek penglihatannya yang merupakan punggung tegap Jungkook tengah mencuci piring bekas makan mereka.

Lantas ia bergumam, "Aku baru kali ini mendengarnya." Menelengkan kepala dengan berbagai terkaan dalam otak. "Lalu?"

"Lalu?" Jungkook sedikit berteriak dari dapur.

Daesyn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang