BAB 52

2.1K 72 6
                                    

Pemanasan global!

_______________________

Mantel tebal, sarung tangan tebal, dan sepatu bot ternyata tidak cukup menghangatkan badan. Dingin di London sangat menusuk tulang punggung dan Vivian merasakan dingin itu, dan beberapa saat lalu ia menggigil. Untung Lonza segera memutuskan pulang ke rumah ketika selesai dari gereja. Setelah mengantung mantel pada tempat, ia menuju ke dapur dan membuat minuman hangat. Sedangkan Lonza memilih mandi. Sebenarnya berapa suhu tubuh Lonza punya? Tidak, bahkan beruang yang hidup di daerah salju akan melakukan hibernasi, bagaimana manusia normal tidak tahan dingin yang bersuhu hampir mendekat dinginnya kutub utara? Pasti akan menggigil setengah mati, kan?

Teh hangat menjadi pilihan Vivian. Ia membuat dua cangkir teh hangat, satu lagi untuk Lonza.

Vivian bergumam di dapur sembari menyeduh teh hangat, "Kuharap Lonza menghabiskan teh ini."

Rumah orang tua Lonza tidak terlalu besar. Vivian takjub tentang kebersihannya. Dinding yang masih tercat dan tahan beberapa tahun lamanya tidak memudar ataupun terkupas. Namun terlalu sunyi jika kehidupan di sini hanya dua orang saja. Beberapa rumah tetangga bahkan banyak menyapa kepada Lonza ketika hari pertama mereka datang. Paling banyak adalah perempuan paruh baya.

Vivian meletakkan dua cangkir dipegangnya ke atas meja panjang tak jauh dari jangkauan TV. Duduk santai dan menikmati teh hangat lalu menonton TV sudah seperti hari libur sekolah. Vivan tersenyum kecil, menyesap teh hangat yang dalam genggaman tangan. Kepala Vivan berputar ke arah jendela di samping darinya, hanya beberapa langkah saja jendela itu darinya. Matanya menatap langit sedang turun salju.

Bel rumah berbunyi, Vivian setengah tersentak dalam lamunan yang sesaat.

Kedua kaki Vivian menginjak kembali lantai dan berjalan menuju pintu utama rumah.

Setelah pintu terbuka, sosok wanita tua berpakaian tebal berwarna cokelat bercampur putih muncul. Wanita tua itu tersenyum ramah dan berkata, "Hai. Aku Janice Williard, tetangga Tuan Alejandro, maksudku Lonza Alejandro, pemuda hiperaktif. Apa dia ada di rumah?"

"Lonza ada di dalam. Mari masuk dan duduk sebentar. Aku akan memanggilnya dan tidak akan lama." Vivian hendak memiringkan tubuhnya, memberikan ruang kepada Janice yang merupakan tentangga Lonza untuk masuk ke dalam rumah.

"Tidak perlu, Nona Muda. Aku datang ke sini hanya ingin memberikan undangan pernikahan Cucuku." Janice memberikan sebuah undangan ke arah Vivian.

"Selamat Nyonya Williard untuk Cucumu." Vivian berkata seraya tersenyum bahagia setelah menerima undangan itu.

"Trims. Aku lebih sangat senang dengan kalian berdua datang di pesta pernikahan Cucuku."

Vivian mengangguk. "Pasti kami akan datang."

"Baiklah. Aku pamit pergi, beberapa tetangga mesti aku bagikan undangan yang masih belum berkurang, sampaikan salamku kepada Lonza." Janice kemudian beranjak pergi. Langkahnya tegar, tidak ada pelanan dalam langkah Janice yang padahal telah memasuki usia seorang lansia-namun gelarnya akan berubah sepertinya. Janice pasti akan mendapatkan seorang cicit. Vivian tersenyum memikirkan jika benar Janice nantinya akan memiliki seorang cicit. Janice diusianya yang sudah lansia, mendapatkan berkah menyaksikan cucunya akan menikah.

Vivian menutup pintu dan pergi melangkah ke kamar tidur Lonza. Sudah lebih dari 5 menit, Lonza pasti sudah selesai mandi dan sudah berpakaian.

Suara pintu terdengar dan terbuka. Mata Vivian membaca nama pasangan akan menikah dalam undangan diberikan Janice. Davin Allardo Williard dan Oriana Liora Oletha, adalah nama pasangan akan menikah.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang