04 : When It Begin

496 60 7
                                    

"All day, only your smile is in my head"

*

*

*

Hari ini Renjun menelpon katanya Sue di suruh datang ke rumah sakit tempatnya bekerja. Sue tidak mengerti kenapa Renjun tiba-tiba memintanya untuk kesana. Padahal Sue sedang dapat panggilan di salah satu restoran ayam. Hari ini wawancara-nya dan kalau ia sanggup bisa langsung kerja disana. Sebenarnya Sue mau menolak tapi Renjun terus memaksa dan memintanya untuk segera datang. Mau tak mau Sue akhirnya menuruti Renjun dengan datang kesana.

Dengan penampilan seadanya, Sue datang ke rumah sakit. Renjun bilang Sue hanya perlu menunggunya sebentar di kafetaria rumah sakit yang letaknya di gedung belakang. Tidak sulit menemukannya karena letaknya yang lumayan strategis dan juga banyak pengunjung. Sue mencari salah satu kursi kosong lalu mendudukkan dirinya disana. Ia melihat ponselnya siapa tahu ada pesan dari Renjun. Tapi pria itu sama sekali tidak mengiriminya pesan. Baru saja Sue ingin mengirim pesan pada Renjun, pria itu sudah muncul dengan seragam dokter-nya. Sue melambaikan tangan dan di sambut senyuman Renjun.

Hm, kalau lagi senyum gitu aja dia kelihatan manis banget. Batin Sue.

Renjun menghampiri Sue dan langsung duduk di kursi kosong depan Sue.

"Lama nunggu?" Tanyanya sambil mengambil sebotol air mineral yang disediakan di atas meja lalu meminum isinya hingga setengah.

"Baru aja sampai. Ada apa tiba-tiba suruh dateng kesini?" Tanya Sue langsung to the point.

"Awas aja kalau gak penting," Sue pasang wajah jutek-nya.

Renjun meletakan botol airnya terus menatap Sue lurus-lurus. "Emang kamu mau apa hm? Pake ngancem segala."

"Aku tadi ada wawancara. Tapi aku bela-belain datang kesini karena kamu maksa," Sue menyandarkan punggungnya di kursi.

"Ck, cuma karena itu," kata Renjun dengan nada meremehkan.

"Jun, aku tuh butuh kerjaan. Kamu pikir hidup di dunia itu gratis apa," Sue bersedekap.

Renjun tersenyum melihat tingkah Sue yang kalau sudah bicara soal uang dan kerjaan mukanya langsung jutek.

"Kenapa senyum lagi?"

"Kenapa emang? Gak boleh kalo aku senyum?" Tanya Renjun balik dan kali ini mencoba menahan senyumannya.

Iya, manis soalnya. Takut diabetes tiap kali kamu senyum. Batin Sue.

Sue menggeleng. "Gak apa-apa. Cuma sebel aja. Kamu senyum-senyum di atas penderitaan orang," dusta Sue.

Renjun membenahi duduknya agar nyaman. "Jadi gini," dia mulai serius. Sue perlahan mendekatkan diri, menyimak.

"Kebetulan yang punya kafetaria ini lagi butuh pegawai buat cuci piring. Pegawai yang lama lagi cuti mau nikah," jelas Renjun.

Sue mengangguk paham. "Bilang dong dari tadi."

"Ya ini udah bilang, stupid."

Sue memutar bola matanya. "Iya, pinter."

"Jadi kamu mau gak?" Tanya Renjun kemudian.

"Ya maulah. Masa gak mau," Sue tersenyum diiringi dengan anggukan kepalanya.

"Ya udah. Abis ini kita samperin bos-nya."

Setelah keadaan kafetaria sepi, Renjun membawa Sue ke bagian belakang. Mereka masuk dari pintu samping kafetaria yang dikhususkan hanya untuk karyawan saja. Ada beberapa karyawan yang lagi sibuk berbenah saat Sue dan Renjun masuk. Semua menyapa Renjun dengan ramah dan memberi tatapan bertanya begitu melihat Sue. Gadis itu membungkuk dan tersenyum kaku sebelum melangkah mengikuti Renjun ke salah satu ruangannya yang ada disana.

Renjun | CHOCO X LATTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang