WARN!
PLEASE PLAY MULTIMEDIA!Semilir angin malam berhembus teratur, bergerak signifikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Langit kelewat gelap, tak ada penghias seperti biasa berupa bintang yang berkelap-kelip indah. Pun bulan yang tertutup awan lantaran dilanda lelah. Hanya kekosongan yang terdapat di alam sana, begitu hampa.
Jiyeon menyesuaikan keadaan hatinya dengan langit malam. Kosong, hampa dan monoton. Mati termakan bosan lantaran sikapnya yang kelewat datar. Kepergian Jungkook membuatnya berdiri tegap sendirian dalam pijakan yang dipunya. Tiada siapapun yang menemani, bahkan merasa enggan untuk mendekati.
Berkabar pun tidak menyalurkan rindu yang ia redam lantaran masih bertahan dalam ego yang begitu kuat mendominasi diri. Defensif dengan sikapnya yang ketus dan kelewat datar.
Dua bulan menyendiri di dalam flat sederhana milik Jungkook yang Jiyeon tinggali. Entitasnya bahkan hampir saja membusuk sebab mengurung diri. Jiyeon seolah hidup tak berarti.
Pada malam harinya selalu menghabiskan diri dengan menatap hamparan laut ditemani angin malam yang begitu menusuk tulang-belulang. Membekukan persendian, mematikan saraf. Lantas Jiyeon berusaha abai demi mencari pelampiasan kesedihan.
'Jiyeon, aku akan pulang besok.'
Pesan singkat dari Jungkook itu cukup membuat gusar dalam hatinya lenyap perlahan. Tiada berkabar apa-apa jika bukan Jungkook yang memulai. Satu pesan singkat itu merupakan bentuk kabar perdana yang mereka lakukan semenjak berpisah.
Jiyeon menelisik kembali pesan yang diterimanya beberapa jam yang lalu. Itu artinya Jungkook akan pulang ke Seoul besok. Mengulum bibir, lantas ia memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku mantel. Memusatkan pandangan ke depan lagi, lebih tertarik menatap hamparan ombak laut di malam hari.
Memilih menghabiskan waktu beberapa jam sebelum kantuk menyerang dengan terdiam seorang diri.
'Sudah lama rasanya aku tidak pergi ke gedung itu. Tempat favoritku.'
Bibir Jiyeon terbuka sedikit lantaran ingatan frasa Jungkook terlintas di benak sekilas. Bagaimana cara pria itu berbicara dan menyampaikan kerinduan dengan tempat kesayangannya. Lekas mendongak, dan menghembuskan nafas panjang diiringi kepulan asap keluar dari dalam mulutnya.
Tujuh detik kemudian Jiyeon memutuskan untuk membalikkan badan. Melanjutkan langkah menuju kepulangan seorang diri. Berada diantara kesenyapan malam yang terasa begitu sunyi.
...
Rutinitas yang kelewat biasa. Terbangun pagi hari seorang diri tanpa sapaan. Membersihkan diri lalu kemudian menikmati sarapan. Begitu relevan dengan hari-hari sebelumnya yang Jiyeon jalani. Klise.
Maniknya berpendar, kemudian terhenti tepat mengarah pada jam dinding. Menunjukkan pukul sembilan pagi. Matahari mulai naik, melakukan tugas dengan baik.
Stagnan. Jiyeon berhenti bagaikan waktu dibekukan. Denting jarum jam bahkan tidak berani berdetak keras, hingga membiarkan detik-detik jantung Jiyeon beradu pelan. Berdebar kian terasa keras tanpa sebab. Teramat mendadak.
Helaan nafas berat untuk kesekian kalinya terdengar keras. Keluar begitu lepas diselingi beban.
Decitan kursi yang bergesekan dengan permukaan marmer menjadi satu-satunya pemecah keheningan disana. Jiyeon lantas membersihkan peralatan sisa makannya. Melangkah ke kamar, dan memutuskan untuk mencari angin segar keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daesyn ✓
FanfictionDibawah sinar rembulan pertengahan malam, di selimuti gemerlap malam tak berparas. Jeon Jungkook menemukan takdir pilu yang sama dengannya. Melebihi kadar keterpurukan yang ia punya. Dan akhir hidup yang berbeda. © 2020 proudofjjkabs Started : 01 F...