45 vote, 45 comment!
Raka Sehun Mahendra, atau kerap kali disapa Sehun ini merupakan satu-satunya murid yang memiliki penggemar sejuta umat seantero sekolah. Tak hanya memiliki wajah yang sangat tampan tapi aura yang selalu terkesan dingin yang dimilikinya itu menambah poin pada mereka yang menyukainya.
Dijuluki sebagai es berjalan tak membuatnya mengubah sikap dinginnya itu. Setiap kali dirinya berjalan melewati koridor sekolah ada saja decakan kagum keluar dari beberapa siswa ataupun siswi. Mereka menyebutkan bahwasannya Sehun ini sosok dengan paket lengkap. Tampan, pimtar, tegas, apa ada yang kurang? Terlalu sempurna kata mereka.
Tapi seperti kata pepatah, jangan menilai seseorang hanya dari cover nya saja!, bagi murid 11 IPA 1 sosok Sehun yang dingin tak pernah mereka rasakan dikelas, yang ada melainkan sosok Sehun yang diam-diam perhatian. Cuek memang, tapi sejujurnya Sehun sangat detail dalam mengamati suatu hal.
Ketika ada sedikit yang tidak beres pada kelasnya dirinyalah yang segera menanganinya. Layaknya seorang kepala keluarga yang selalu menjaga keutuhan keluarganya. Itu lah yang selalu dilakoni oleh Sehun.
Baginya, sahabat maupun keluarga merupakan hal yang terpenting baginya. Ia rela memberikan apapun yang dirinya punya demi kebahagian keluarga dan sahabatnya.
Sikap cuek yang sudah tumbuh sejak dirinya kecil itu telah menutupi sisi hangat dalam dirinya. Orang-orang akan tetap menilainya sebagai sosok es yang sulit dicairkan.
"Coba kamu hilangin sedikit sikap cuek mu itu, pasti orang-orang bakal sadar kalau kamu gak sedingin yang mereka kira" kira-kira seperti itulah pesan sang bunda oleh Sehun.
Sama seperti anak lainnya, Sehun kerap kali menceritakan keluh kesahnya pada sang bunda, dari hal yang terkecil pun. Bahkan mengenai penilaian teman-teman yang selalu menganggapnya cuek bebek.
Mungkin ini pertanyaan yang saat ini terngiang diotak kalian. Bagaimana Sehun saat sedang jatuh cinta?
Oke, satu hal penting yang perlu kalian ketahui, seorang Raka Sehun Mahendra tidak pernah merasakan indahnya jatuh cinta. Kehidupannya hanya dipenuhi oleh buku-buku. Tak memiliki waktu yang luang hanya untuk mengurusi hal tak penting seperti itu menurutnya.
Bukannya tidak memiliki ketertarikan akan lawan jenis, hanya saja dirinya belum menemukan sosok yang pas. Bahkan Irene yang notabene nya selalu dijodoh-jodohkan oleh anak-anak kelas padanya tak mampu membuka pintu hati miliknya. Tak perlu yang sempurna, Sehun hanya mencari seorang yang mampu membuat sikap cuek pada dirinya hilang. Yang mampu membuat dirinya tersenyum dengan lebih bahagia setiap harinya. Tak peduli akan fisik orang tersebut, yang terpenting hal yang disebutkan tadi bisa terpenuhi.
"SEHUUN!!! BAMBAM NYOLONG PULPEN GUE LAGI!"
Teriakan nyaring Rose mampu mengalihkan fokus seorang Sehun pada bukunya membuyar. Dipandangnya gadis itu yang sedang sibuk mengejar Bambam yang berlari menghindari gadis itu. Mendadak kelas menjadi ricuh hanya kerena dua sejoli itu.
Chanyeol yang sedang asyik bermain game di ponselnya memaki satu diantara dua sejoli itu, "Babi bam! jadi kalahkan gue, lo sih makai acara kejar-kejaran, kesenggol gue kan lo" ucapnya sambil melempar kasar ponselnya ke meja dihadapannya.
"Sorry Chan" balas Bambam yang masih menyibukkan diri untuk menghindar dari kejaran Rose.
Sehun yang melihatnya hanya pasrah, menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya, "Lo berdua sekali aja gak bikin ribut bisa?"
Langkah Bambam terhenti begitupula Rose, mereka berdua terdiam, Bambam memberikan pulpen milik Rose yang sempat diambilnya pada sang pemilik dan setelah itu segera menuju bangku miliknya, diikuti sengan Rose yang juga melakukan hal yang sama.
"Sehun maaf, itu Bambam yang nyari gara-gara duluan" ucap Rose pelan saat melewati bangku Sehun.
Sehun mengangguk, "Rene!"
Irene yang merasa terpanggil, mengadahkan kepalanya yang sejak tadi menunduk sambil memainkan ponselnya, dilihatlah Sehun yang sudah beranjak dari duduknya.
"Apa?"
"Gue mau ke perpus, lo jaga kelas, kalau ada apa-apa cari gue aja"
Irene mengangguk, "Oke" ucapnya.
Disinilah dirinya sekarang, di salah satu perpustakaan milik SMA Angkasa Raya. Berbagai buku tersedia ditempat ini, di lengkapi dengan fasilitan meja belajar disetiap sudutnya dan juga komputer dimasing-masing meja belajar tersebut.
Sehun mengambil tempat dipojok dekat jendela, tak lupa dengan satu buku digenggamannya.
Dibuka buku itu setelah dirinya mendudukan diri disalah satu bangku disana. Dan memulai kegiatan membacanya.
"Permisi, boleh gabung duduk sini?"
Seperti angin lalu, Sehun tak sedikitpun memberikan respon. Masih tetap fokus pada kegiatannya.
"Yaudah, gue duduk disini ya, toh juga gue udah bilang permisi"
Gadis itu ikut mendudukan diri bangku yang berhadapan langsung pada pria itu.
"Lo baca tentang astronomi juga, gue kira diotak lo cuma ada hitung-menghitung doang" ucap gadis itu setelah mengintip sedikit buku yang Sehun baca.
Risih, hal itu yang Sehun rasakan kini. Bagaimana tidak? Bahkan dirinya sendiri tak kenal dengan sosok dihadapannya kini, tapi mengapa gadis itu berprilalu seolah-olah mengenal dekat dirinya?.
Ditutup buku itu, dan digeletakkan secara sembarang oleh Sehun, diangkat wajahnya, dan tak sengaja kedua bola matanya bertemu langsung dengan kedua bola mata gadis itu.
Seperkian detik, kontak mata itu langsung diputus begitu saja oleh Sehun. "Lo siapa?" Tanya pria itu.
"Jangan pura-pura gak kenal, tiga hari yang lalu kita ketemu dikantin" ucap sang gadis yang sedang menyenderkan diri dibangku yang didudukinya, tak lupa dengan tangan yang melipat di dadanya.
Alis Sehun bertautan, "Lo pasukannya si cemen?"
"Enak aja lo bilang ketua gue si cemen, lo kalik ah yang cemen"
Seringaian tipis tercetak dibibir Sehun.
"Ngapain ngajak gue ngobrol? Suka? Atau mau gabung buat masuk ke tim gue?"
Gadis itu beranjak dari senderannya, dimajukan sedikit badannya sehingga jarak antara dirinya dan Sehun menjadi lebih dekat. Senyuman manis tercipta diwajah gadis itu.
"O-gah!" Ujarnya.
"Terus apaan? jangan sokap deh jadi orang, gak cocok buat diri lo"
"Emang nanya gitu doang dianggap sok akrab ya?"
"Pikir aja sendiri"
"Ck, lo sama temen-temen lo sensian banget sih jadi orang, padahal niat gue ngajak lo ngobrol tadi baik, gak ada niatan yang lain"
"Wajah lo gak meyakinkan gue, terlalu antagonis"
"Jangan menilai dari cover! lo bisa bilang begitu karena gak kenal gue dengan baik, sama seperti ketika lo nonton sebuah film, ketika lo hanya melihat satu cuplikan dimana seorang pemain membunuh temannya lo bakal langsung menganggap sosok pemain itu adalah sosok yang jahat atau antagonis, tapi bakal berbeda kalau lo mau melihatnya lebih dalam, melihat lebih banyak cuplikan yang lain, ternyata pemain itu lah yang sebenarnya menjadi korban pembunuhan yang direncanakan sama temannya sendiri, tapi karena kepandaiannya dalam mempertahankan diri, rencana yang dibuat temannya itu gagal, dan malah menjadi senjata makan tuan, korban yang seharusnya si pemain malah berbalik kedirinya"
Sehun terdiam, dengan baik mendengarkan kata demi kata yang dilontarkan gadis itu.
"Lo harus tau gue lebih dalam dan setelah nya lo bebas menilai gue antagonis atau enggak"
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA vs IPS [BlackVelvet]
Fiksi Penggemar[Republish] [Slow Update] Udah hal yang wajar kalau anak jurusan IPA dan IPS disuatu sekolah saling bermusuhan. Mengikuti warisan para alumni sebelumnya, dua jurusan di SMA Angkasa Raya juga begitu. Kebencian timbul dimasing-masing orang tanpa didug...