Haii...
Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke temen-temen kalian juga yakk 😉Happy reading~
Gue tetap menjadi murid yang terakhir meninggalkan kelas di saat jam pelajaran Buk Finda, menunggu teman-teman untuk mengumpulkan LKS lalu mengantar tumpukan tugas itu ke kantor guru.
"Makasih Ade." seru Buk Finda dari belakang gue yang baru aja kembali dari koperasi. Di tangannya terdapat sekantong yang berisi dua kaleng susu Milo, lalu Buk Finda memberikan satu kaleng susu itu ke gue.
"Aduh Buk, repot-repot beliin saya susu Milo." seru gue rada sengan menerima pemberian Buk Finda.
"Udah di terima aja, Ibu tau kamu suka Milo, apalagi Milo dingin."
"Makasih ya buk. Ade pulang dulu. Assalamualaikum buk." gue mencium tangan Buk Finda.
"Walaikumsalam, Langsung pulang kamu. Jangan kelayapan." sindir Buk Finda yang seakan-akan tau kebiasaan buruk gue.
Setelah gue melewati gerbang kedua, yang mana menjadi gerbang di dalam sekolah tercinta gue ini, cuaca berubah menjadi mendung. Ugh, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Cuaca akhi-akhir ini memang gak bisa di prediksi, kadang-kadang panas menyengat lalu tiba-tiba hujan menguyur dengan derasnya. Sama aja kayak perasaan gue ke Maimunah, Kadang-Kadang berbunga-bunga, lalu seketika kuncup melihat sikap galak dan juteknya.
Di parkiran murid hanya tinggal beberapa motor, dan salah satunya motor gue, lalu parkiran guru hanya tinggal motor Pak Satpam dan mobil Buk Finda.
Hujan perlahan-lahan turun dengan derasnya, membuat gue harus segera bergegas meninggalkan sekolah sebelum terjebak lebih lama lagi di sekolah ini. Saat melewati halte, ada Maimunah yang berdiri sendirian, sepertinya menunggu angkutan umum lewat.
"Mai, Pulang bareng gue yuk?." seru gue memberhentikan motor tepat di depan Maimunah.
"Deluan aja. Ntar kehujanan kalo harus anterin gue dulu." seru Maimunah rada sengan.
Yak elah Mai, jangankan hujan. Banjir bandang juga bakalan gue tempuh, asalkan lu duduk cantik dibelakang gue.
"Gak Papa Mai. Pulang bareng gue aja. Angkutan lama datengnya kalo hujan gini." seru gue kalem.
Ayo dong Mai.
Setelah berfikir, dengan ragu-ragu akhirnya Maimunah duduk cantik di belakang gue.
"Pengangan di pinggang gue atuh Mai, Ntar entar jatuh."
Kalo jatuh cinta ke gue mah gak papa Mai, tapi kalo lu jatuh, terus nyunsep ke bawah nah, itu bahaya. Bisa si blacklist gue dari hidup Pak Kepsek, karna gak becus lindungin anak gadisnya yang galak tapi bisa bikin hati gue berbunga dan cenat cenut di saat bersamaan.
"Modus lu." Teriak Maimunah, dan mengeplak punggung gue dari belakang.
"Aw, Sakit Mai." keluh gue pura-pura sakit.
"Dasar lemah."
Ya elah Mai, gue kira lu bakalan elus-elus punggung gue, kalo ngeluh sakit gini.
"Gue mau ngegas nih Mai, kalo pelan-pelan takutnya seragam kita tambah basah. Pegangan Mai." seru gue dengan agak sedikit keras.
kalo bisa lingkarin tangan lu di pinggang gue Mai, Biar makin mesrah.
Gue mengeleng-gelengkan kepala, menggusur pemikiran absurd yang dari tadi bercongkol di kepala, jangan sampai gue keceplosan ngomong kayak gini. Bisa di gampar ntar sama Maimunah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END
Romance[Close feedback ] Sedang masa revisi. Gais ... Gais, jangan skip cerita ini ya, Cerita ini bukan tentang, si kutu buku yang over dengan pelajaran matematika. Bukan juga tentang, murid teladan yang selalu menang lomba matematika, tapi ini kisah...