Setelah kejadian kemarin, tidak ada yang berubah. Untuk sejauh ini. Aku masih melakukan keseharianku seperti biasanya. Aku masih berkeja di kafe ini.
Aku melihat Reumie berjalan kearahku tanpa mengatakan apapun. Tumben sekali.
"Ada apa, Reumie?"
Dia tak menjawab pertanyaanku dan langsung menarik tanganku begitu saja. Awalnya aku terkejut karena dia bersikap seperti ini. Tapi kalau dipikir, mungkin ada sesuatu yang terjadi. Apa kemungkinan buruk yang aku pikirkan akan benar terjadi?
Dia membawaku ke ruang staff. Disitu hanya ada aku dan Reumie.
"Jadi...?"
"Chaerin.. Liat ini."
Dia menyodorkan handphonenya padaku. Aku pun langsung melihat handphonenya. Disitu terlihat sebuah berita berjudulkan "Choi Hyorin anak dari pejabat Choi Moon Ye diperlakukan tidak pantas oleh karyawan kafe Le Bruit des Vagues."
Diberita itu terlihat sebuah foto dimana Hyorin yang sudah terjatuh dan aku yang tengah berdiri dihadapannya. Jujur saja, aku sudah memiliki firasat kalau masalah ini akan masuk di papan media. Tapi tidak kusangka secepat ini. Dan sesuatu pun membuatku sadar.
"Reumie.. Kamu sadar tidak sih, kalau kemarin ada seorang lelaki mengenakan baju serba hitam, masker, dan topi. Seingatku, dia membawa kamera."
Reumie pun berusaha mengingat - ingat pengunjung yang kemarin datang.
"Maksudmu.. Orang yang duduk di kursi nomor 20?"
"Ya! Lelaki yang duduk di kursi nomor 20!"
Mata Reumie pun terbuka lebar ketika menyadari apa yang tengah aku bicarakan.
"Dia.. Paparazi?"
Aku menjawab pertanyaannya dengan anggukkan kepala.
"Tsk.. Harusnya kemarin aku menghentikanmu." Ucapnya penuh kesal.
"Menghentikanku? Bukankah sebenarnya kamu ingin mencakar wajah gadis manja itu?"
Reumie pun menghela napas karena kata - kataku memang benar. Aku yakin, kalau aku tidak menahan Reumie untuk ikut campur, kejadiannya akan lebih parah dari ini. Reumie mungkin bisa membuat wajah cantik Hyorin dipenuhi goresan kuku cantiknya. Memikirkannya saja membuatku semakin pusing.
"Jadi bagaimana?"
Reumie terlihat khawatir dengan keadaanku nantinya.
"Tidak apa. Aku akan mengundurkan diri."
Seketika itu pula, Reumie langsung panik.
"Yah! Kau bodoh atau bagaimana?! Kalau kau berhenti, siapa yang bisa aku ganggu nanti!!"
Aku hanya bisa memperlihatkan poker face ku ketika dia bilang begitu.
"Yah! Aku serius! Dan lagi mencari pekerjaan tidaklah mudah. Apalagi dengan adanya berita itu. Pasti akan sulit nantinya, Chaerin."
"Kalau aku tetap bekerja disini, kafe ini akan terkena imbasnya."
"Tapi.."
Aku menepuk pundaknya dan mengelusnya sejenak. Meskipun dia menyebalkan, aku tau kalau dia benar - benar peduli padaku.
"Tidak apa.. Hanya karena ini, bukan berarti aku menyerah dan putus asa."
Reumie menggenggam kuat tanganku yang ada di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIBISCUS
FanfictionSaling kenal, berteman, jatuh cinta, lalu menjalin hubungan. Hal itu sama sekali tidak terlintas dalam pikiranku. Mungkin karena saat ini, yang ada dipikiranku hanyalah bagaimana caranya untuk bertahan hidup. Bertahan di dunia yang keras ini... Tap...