[BIG BABY-14]

108K 5.6K 547
                                    

"Ra-rafhi?"

Kedua kakinya berjalan mundur teratur ketika pria itu mulai melangkah mendekat.

Keadaan Rafhi terlihat sangat kacau, membuat gumpalan ludah Naya mendadak beku hingga merasa terlalu sulit untuk ditelan. Tatapan mata elang yang kian menajam itu membuat Naya meneguk ludah kasar. Rafhi bahkan tidak pernah menatapnya dengan tajam setajam itu!

Atmosfer di ruangan tak luas ini terasa berubah seketika. Menjadi begitu berat dan sesak. Naya bahkan bisa merasakan bahwa atom oksigen yang ada pun termakan oleh aura gelap sang dominan yang memaksa henti kinerja paru-parunya.

"Ra-rafhi, akh!"

Naya memekik keras saat pria itu mendorong tubuhnya kuat hingga punggungnya menubruk salah satu dinding toilet dengan keras. Rafhi meletakan kedua lengannya tepat di samping kepala Naya, guna mengunci pergerakan gadis itu.

Naya meremat kuat rok sekolah ia kenakan, tubuh gadis itu bergetar hebat. Naya tahu betul bagaimana sifat dan tabiat Rafhi-nya ketika sedang marah. Naya takut Rafhi kehilangan kendali.

Namun segala macam pemikiran liar yang bercokol dalam otaknya menghilang seketika bersamaan dengan seluruh syaraf tubuh yang mendadak membeku tepat saat merasakan sebuah badan kekar melingkupi tubuh mungilnya.

Rafhi memeluk Naya, erat.

Detik berikutnya, suara isakan pelan dari pria itu mulai terdengar, bersamaan dengan itu, Naya merasakan perpotongan lehernya basah.

"Naya kemana aja? Kenapa jam segini belum ada di rumah. Rafhi khawatir sama Naya, Rafhi takut Naya kenapa-napa!" Dengan lirih, laki-laki itu berbicara.

Rafhi segera melepaskan pelukannya. Kedua tangan besar pria itu menangkup kemudian menangkup kedua sisi wajah gadis di depannya.

"Kamu kemana aja sih? Aku sampai hampir orang gila, tau kamu jam segini belum pulang ke rumah." Rafhi merapikan helaian rambut hitam legam itu ke belakang telinga sang empunya.

"Ma-maaf." Naya tertunduk dalam.

Rafhi menggeleng cepat.

"Nggak, aku yang minta maaf. Maaf karena terlalu posesif, Naya. Seharusnya aku lebih bisa ngertiin kamu. Maaf udah bikin kamu sedih." Rafhi mengusap pipi kanan gadis itu dengan lembut.

Sebagai seorang perempuan, tidak normal rasanya jika Naya tidak luluh saat diperlakukan seperti ini. Namun, ada satu hal yang mengganjal dalam hati Naya, perihal perubahan signifikan dari ekspresi dan sikap pria di hadapannya itu.

Rafhi datang kemari dengan raut wajah penuh amarah, seolah saja ia akan menerkam Naya hidup-hidup dan tidak akan memberi ampun.

Namun beberapa detik kemudian, Rafhi menangis dan menunjukan sisi kekanakannya. Sedangkan saat ini, yang ada di depan Naya adalah seorang pria dewasa dengan sikap bijaksananya. Dan ketiga kepribadian berbeda itu ditunjukan Rafhi bahkan hanya dalam waktu kurang dari lima menit!

"Kamu maafin aku, kan?"

Naya terkisap, gadis itu mengangguk ragu.

Rafhi tersenyum senang, senyum yang kembali membuat jantung Naya kembali berdegup kencang. Kesan dewasa dan bijak pada pria itu lelap, berganti kembali dengan senyum manis dan raut wajah girang-terkesan lucu dan kekanakan.

BIG BABY || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang