Repub tanpa edit 10/9/20
13/11/20
23/6/21Malika menunduk untuk melihat Satria yang menanamkan kecupan terakhir sebelum mengangkat kepala dan melihat ke arahnya. Untuk sesaat Malika merasa dia dapat melihat tatapan berbeda dari pria itu. Bukan tatapan gelap yang bergairah, hanya saja.....tampak seperti dia merasa bersalah dan ada kesedihan di sana.
Pria itu kemudian menyejajarkan wajah mereka lagi, kedua sikunya berada di sisi kepala Malika yang dia gunakan untuk menyanggah tubuhnya agar tidak menimpa perut Malika.
"Kenapa namanya Pickle?" Tanya pria itu dengan wajah yang dekat.
"Karena saya suka pickles." Jawab Malika terbata-bata karena kini otaknya sudah memainkan ingatan dulu dan itu membuat mukanya memerah. Jarak Satria kini tidak sampai sejengkal sehingga jika dia mengangkat kepalanya sedikit dia bisa menikmati bibir itu kembali.
"Muka kamu merah, kamu sudah ingat ya?"
"Ingat apa?"
"Malam itu, malam yang menghasilkan Pickle."
Malika mengerjapkan matanya beberapa kali dan dia dapat merasakan mukanya panas.
"Kamu ingat." Jawab pria itu sendiri ketika merah itu menjalar ke telinga dan leher Malika kemudian menghilang di balik kaos yang wanita itu kenakan. "Dokter bilang belum boleh, Malika." Ucapnya, tapi mata Satria tidak meninggalkan bibir Malika. Bibir yang berwarna merah muda meskipun tanpa sapuan pewarna bibir.
"Apa?" Tanya Malika dengan suara tercekat.
"Ngunjungin Pickle."
"Si-siapa juga yang mau?!"
"Kamu. It's written all over your face."
"Engak!" Bantah Malika, tidak mungkin kan mukanya semupeng itu?!
"Gak masalah juga kalau benar. Keira bilang hormon kehamilan memang seperti itu."
"Keira?" Beo Malika, "Pacar kamu? Istri kamu?" Malika melupakan percikan hasrat yang timbul dalam dirinya ketika mendengar Satria mengucapkan nama seorang wanita.
"Kamu pikir saya sebrengsek itu? Punya istri tapi masih menghamili kamu?"
"Pacar kalau begitu?"
Satria mengembuskan napas jengkel, dia lalu menggulingkan badannya, "Teman saya dari kecil. Dia belum lama ini lahiran." Satria mengeluarkan ponsel dari saku lalu menunjukkan foto bayi kecil yang berada di tempat tidur bayi. "Panggilannya Sha." Lanjut pria itu lagi, Malika dapat menangkap nada senang dari Satria ketika mengucapkan nama bayi mungil itu.
Malika mengambil ponsel itu lalu mengulirnya, Satria tampak mengambil banyak gambar bayi kecil itu. Ada saat ketika dia menangis, dia tertidur, dia tengah dipeluk oleh seorang wanita, seorang pria dan yang terakhir seorang anak kecil laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tient à Cœur [FIN]
Любовные романыSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-913-4 Malika kembali ke negara asalnya dua tahun setelah perceraian itu terjadi. Perceraian yang mematahkan hatinya dan juga merobek asanya. Kembali jatuh cinta bukan hal yang ingin dia lakukan, dia memilih unt...