Hening.
Tak biasanya keheningan terjadi antara Ali dan Deta.
"Hemm.. Kering banget tenggorokan aku" Risa berusaha memecah keheningan, namun nihil. Tak satupun dari dua sejoli itu yang merespon.
Ali sibuk dengan kendali mobil, dan Deta hanya menatap kosong ke jendela.
Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju pernikahan Vita dan Ibram, teman baik mereka. Risa sengaja ikut agar Deta dan Ali tidak berduaan nantinya.
"Ya Allah masih mending aku jadi obat nyamuk diantara manusia, nah ini malah jadi obat nyamuk diantara patung" Risa membeo sendiri, tapi masih tak menarik perhatian Ali maupun Deta.
Risa berdecak sebal. Ada apa sebenarnya diantara mereka? Yang Risa tahu, jika mereka sudah disatukan taakan ada satu menit pun yang terlewat dalam keheningan. Terlebih Ali yang hobi sekali mengganggu Deta.
Risa menggaruk kepalanya yang tertutup khimar, "Kak Ali, Kak Deta" panggilnya.
Ali dan Deta hanya menoleh sebentar kemudian kembali kedunianya masing-masing.
Risa semakin kesal dengan suasana canggung seperti ini, dia sangat tidak suka jika harus menghadapi situasi seperti ini. Risa tidak sengaja mendengar perdebatan Ali dan Deta diruang tamu tadi, hingga dia menyimpulkan itulah yang menyebabkan dinding keheningan sangat kokoh saat ini.
"Ampuni Risa, Ya Allah" Risa berbisik namun masih bisa didengar oleh siapapun.
"Kak.."
"Berisik de"
Belum selesai Risa berkata sudah Deta hentikan. Risa mengerucutkan bibirnya.
"De, sa, ini Kakak mau berhenti di minimarket depan, kalian mau ikut?" Ali akhirnya bicara.
"Kakak mau beli apa? Udah Risa aja yang beliin, Kakak diem aja di mobil" ya, itu adalah rencana Risa agar Deta dan Ali bisa bicara dari hati kehati tanpa gangguan.
"Gausah aneh-aneh deh kamu" Deta selalu saja bisa menggagalkan rencananya.
"Risa, udah biar Kakak aja. Mau titip apa?" lerai Ali setelah mobil tiba di parkiran minimarket.
"Aku ngga deh Kak" sahut Risa.
Ali menatap Deta seolah bertanya dan hanya dibalas gelengan oleh gadis itu.
"Yaudah, tunggu sebentar ya" Ali pergi memasuki minimarket itu.
"Kak, maaf ya tadi Risa denger Kakak sama Kak Ali berantem"
Deta menatap tajam ke arah Risa seolah akan menerkam dan membuat Risa bergidik.
"Kakak itu panutan aku, ngga ada masalah yang ngga selesai ditangan Kakak. Semua hal bisa Kakak atasi dengan dewasa, aku selalu mencontoh itu dari Kakak"
Tatapan menerkam milik Deta berubah menjadi lebih damai.
"Aku tau tanpa aku bilang pun Kakak pasti sadar akan hal itu. Semua orang pasti pernah ada di fase dilema, tapi masih ada Allah. Selama ini Kakak selalu sabar dan ngga pernah marah, bahkan meskipun aku selalu jailin Kakak" Risa menarik nafasnya, "Harusnya semua ini bisa Kakak atasi dengan cara yang lebih baik juga kan?"
Deta tersenyum, dia tidak habis pikir hal seperti ini saja perlu diberi tahu oleh orang lain bahkan oleh adiknya sendiri yang masih kecil. Tetapi Deta bangga kepada adiknya yang selalu terlihat ceroboh dan jahil namun mampu menjadi penasehat yang sangat baik.
"Aku tau Kakak kagum sama aku, nanti boleh kok kalo mau curhat lagi. Gantian, biar Ibu ngga cape dengerin curhatan Kakak terus"
"Heh, kamu ya"
Mereka tertawa dan saling mencubit satu sama lain.
"Wah seru nih, kok ngga ajak-ajak sih?" Ali datang dengan dua kantong plastik ukuran sedang ditangan kanan dan kirinya.
"Banyak banget Kak, buat apa itu?" tanya Risa antusias melihat dua kantong plastik yang salah satunya terlihat berisi banyak eskrim.
"Buat kalian, nih biar ngga bete terus diperjalanan" Ali memberikan kantong plastik itu dan langsung direbut oleh Risa.
"Nyogok nih" sindir Deta sambil memutar bola matanya.
"Dih kalo Kakak ngga mau ngga apa-apa kok buat aku aja semua. Makasih Kak Ali yang baik hati" Risa menjulurkan lidahnya kepada Deta seolah mengejek.
"Hahaha, abisin aja semuanya sa" Ali kembali menyalakan mobil dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Perjalanan menuju lokasi pernikahan Vita dan Ibram memang cukup jauh, karena diadakan di kampung halaman Vita di Garut.
Diam-diam Ali memperhatikan Deta yang sedari tadi melihat Risa memakan eskrim dari kaca didepannya.
"Sa, eskrimnya enak ngga?" Ali sengaja memancing Risa untuk menggoda Deta.
"Enak banget, Ma Shaa Allah. Apalagi yang rasa coklat, beuhh" seolah tau kode dari Ali, Risa mulai mendramatisir suasana.
Deta tak habis pikir, baru saja beberapa menit yang lalu Risa bersikap sangat dewasa. Sekarang adiknya itu sudah berkomplot dengan Ali untuk menggodanya, memang sogokan eskrim sangat ampuh.
"Kesukaan siapa sih eskrim rasa coklat?" tanya Ali lagi.
"Hmm.. Siapa yaa?" Risa menjetik-jentikkan tangannya di dagu seolah sedang berpikir.
Deta yang melihat itu semua merasakan pipinya memanas, dia tahu betul arah dari percakapan Ali dan Risa.
"Berisik ah, sini bagi" akhirnya Deta menurunkan egonya demi kelezatan eskrim coklat kesukaannya.
"Ih kok mau disogok sih?" Risa sengaja menggoda Kakaknya.
Tanpa menghiraukan ucapan Risa, Deta langsung mengambil salah satu eskrim dari dalam kantong plastik dan memakannya.
"Makasih Kak" ucap Deta singkat.
"Ngomong sama siapa, De?" Ali tak henti-hentinya menggoda Deta.
Deta mendengus kesal "Makasih Kak Ali" dia menekankan setiap kata.
"Nah gitu dong jangan pura-pura gamau padahal sebenernya mau" kata Risa yang sama sekali tak dihiraukan oleh Deta.
Ali tersenyum. Perasaannya selalu menghangat saat melihat Deta.
Deta menyadari hal itu, dia bisa melihat Ali tersenyum sangat tulus dari spion. Tanpa terasa dia pun menerbitkan senyuman. Ali memang selalu tahu cara untuk memperbaiki mood Deta.
Mobil terus melaju diiringi candaan dari Ali dan Risa, Deta masih sedikit pasif dan hanya sesekali tertawa, karena dia tidak mau Ali besar kepala dan merasa sogokan eskrim sudah cukup untuk menebus semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kujaga Cinta Dalam Do'a
Spiritual[UPDATE SETIAP HARI!] Level tertinggi dari CINTA adalah MENGIKHLASKAN. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ "dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 8) Me...