Semangat

312 18 1
                                    

Setelah melalui puluhan kilometer, sampailah ketiga muda-mudi itu di tempat yang dituju.

Sebuah Mesjid besar yang sangat indah, dihiasi bunga-bunga berwarna biru cerah membuat kesan elegan semakin terpancar. Sederhana namun sangat menakjubkan. Nuansa biru membuat siapapun yang melihatnya akan merasa sejuk.

Tak terlalu banyak orang disana, mungkin hanya sekitar 70 orang keluarga dan kerabat terdekat mempelai. Undangan pun hanya diberikan kepada teman-teman dekat dari Vita dan Ibram tidak lebih dari 30 orang.

"Barakallah Vitaku sayang, kamu cantik banget Vit" ucap Deta saat bersalaman dengan pengantin.

Mereka memang tidak sempat menyaksikan Ijab Qabul karena jalanan yang macet.

"Makasih ya Deta, kamu juga cantik banget hari ini beda dari biasanya" puji Vita.

"Kan kamu sendiri Vit yang minta kalo aku harus dandan dinikahan kamu" keduanya tertawa bahagia.

Memang wajah polos Deta yang tak pernah dia pakaikan apapun hari ini terlihat segar dengan tambahan lip tint dan sedikit blush on milik Risa.

"Hey bro, kapan nyusul nih?" goda Ibram kepada Ali.

"Doain aja secepatnya bram, hahaha"

"Ini calonnya?" Ibram melihat kearah Deta.

Ali tersenyum, dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dengan mengatakan bahwa dirinya adalah calon suami Deta.

"Doain aja" jawabnya kemudian.

"Lancar ya" Ibram menepuk-nepuk bahu Ali.

"Aamiin, semoga sakinah mawaddah warrahmah ya bro" Ali memeluk Ibram.

"Kita langsung pulang Kak?" tanya Risa setelah mereka menyantap jamuan pernikahan.

"Iyalah, mau kemana dulu emangnya" jawab Deta ketus.

"Yahh, padahal sayang banget udah jauh-jauh kesini ngga keliling dulu. Minimal liat-liat domba gitu, kan lagi di Garut"

"Apaan sih de, domba di Bandung juga ada kali"

"Kan domba garut terkenal Kak, atau nyari oleh-oleh dodol kek gitu buat Ibu sama Nenek"

"Risa bener De, udah disini sekalian aja kita keliling dulu. Kalian belum pernah kan ke Garut?" Ali menyanggah pembicaraan keduanya.

Deta juga sebenarnya ingin berkeliling dan membeli dodol Garut untuk oleh-oleh, tetapi dia hanya akan menurut kepada orang yang telah membawanya kesini sebagai ucapan terimakasih secara tidak langsung.

Maka pergilah mereka ke beberapa tempat yang menarik di Garut.

*

Alfan menatap kosong televisi yang sedang menyala dihadapannya. Pikirannya tidak bisa lepas dari perkataan pemuda itu, pemuda yang ada dirumah Deta, pemuda yang dia tidak tahu namanya siapa.

Hatinya begitu sakit. Ucapan pemuda itu seolah terngiang-ngiang dikepalanya dan membuatnya tidak bisa memikirkan hal lain.

Sejak kepulangannya dari rumah Deta, dia hanya terduduk lesu didepan televisi berusaha mencari hiburan didalamnya namun tak kunjung dia dapatkan.

Alfan mengacak rambutnya frustasi.

Jika Deta sudah memiliki calon suami mengapa gadis itu tidak mengatakannya? Mengapa setelah perasaan Alfan jatuh seluruhnya baru lelaki itu muncul? Kemana dia selama ini?

Beribu pertanyaan beterbangan diotaknya.

Dia ingin tahu siapa sebenarnya lelaki itu dan cara yang paling mungkin saat ini adalah mencari media sosialnya. Tetapi Alfan bahkan tidak tahu siapa namanya. Dia mencoba mencari di Instagram milik Deta, dia mencari dibagian orang yang diikuti oleh Deta.

Alfan sangat teliti memastikan seluruh wajah yang ada disana, dia masih mengingat dengan jelas wajah lelaki menyebalkan itu. Tidak lebih tampan darinya menurutnya.

Mata Alfan berbinar saat melihat sebuah akun bernama Ali Ramadhan. Tidak salah lagi, dari fotonya ini memang lelaki menyebalkan itu.

Alfan melihat setiap postingan dari lelaki itu dan ada satu foto bersama keluarga Deta 2 tahun yang lalu.

Sudah jelas lelaki itu mengenal Deta lebih dulu daripada Alfan.

Tidak banyak hal yang dia temukan disana, merasa tidak puas Alfan kembali mengetikkan nama Ali di kolom pencarian Google. Munculah disana sederet fakta menarik mengenai Ali.

Ali Ramadhan, putra kedua dari Muhammad Ramadhan pengusaha terkenal yang memiliki perusahaan di berbagai negara. Seorang hafidz yang 30 juz Al-Qur'an sudah diluar kepala.

Tak hanya itu, Alfan juga menemukan fakta bahwa Ali sudah mampu membangun kembali bisnis Ayahnya yang sudah sangat hancur di Dubai.

Melihat hal itu membuat nyali Alfan menciut. Dia sudah merasa jadi lelaki paling mapan padahal masih hidup dari uang Ayahnya yang merupakan seorang pemilik Restoran terkenal. Dan jangankan 30 juz, surat-surat pendek saja dia masih sering tertukar namanya. Jauh sekali bila dibandingkan dengan Ali.

Alfan merasa tidak ada apa-apanya bila harus bersaing dengan Ali. Tetapi bukan Alfan namanya jika harus menyerah, toh Deta dan Ali belum menikah bukan? Masih ada kesempatan untuknya.

Alfan bergegas menelepon seseorang, seolah kini dia sudah mendapatkan semangat baru.

"Assalamu'alaikum, Pa"

"Wa'alaikumsalam fan, Papa sibuk. Nanti Papa transfer uangnya"

"Loh Pa tunggu, Alfan bukan mau minta uang"

"Terus ada apa kamu telepon Papa? Tumben ngga minta uang"

"Alfan mau ambil alih restoran Papa yang buka cabang di deket kampus"

"Kamu ngga bercanda kan fan? Memangnya kamu bisa? Hahahaha"

"Papa sendiri kan yang bilang aku harus belajar"

"Oke, oke anak Papa. Nanti Papa urus semuanya ya"

Tutt.. Tutt..

"Yess!!" pekik Alfan senang.

Dia harus bisa mandiri mulai dari sekarang mengingat lawannya sangat sulit untuk ditandingi.

Alfan kembali memutar otaknya, kali ini hanya tinggal menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an. Meskipun akan sulit baginya menghafal 30 juz dalam waktu singkat tetapi semangatnya sangat luar biasa untuk memulai.

"Aku percaya Allah sudah menetapkan jodoh untuk masing-masing umatnya, maka semoga kamu untukku Deta" Alfan tersenyum tulus membayangkan wajah Deta yang pagi tadi terlihat lebih cantik.

"Bismillah, semangat!" ucap Alfan sedikit berteriak sambil mengepalkan lengannya.

~

Judulnya menyemangati diri sendiri bgt huhu

Terimakasih yang sampai saat ini masih setia membaca KCDD, salam hangat!

Kalian yang masih disini tahan gantung, hehe

Kujaga Cinta Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang