Luna ~ 39

1.3K 47 0
                                    

Biarkan gue jadi orang yang selalu membuat lo tersenyum lagi, lagi dan lagi. Sampai lo lupa bagaimana caranya bersedih.

Ferdo

🍬🍬🍬

Hari demi hari sudah dilewati. Tanpa terasa sekarang sudah selesai ujian nasional. Selesai sudah perjuangan kelas 12 selama 3 tahun ini. Seluruh kelas 12 berkumpul dihalaman sekolah, berteriak kencang saking bahagianya karena sebentar lagi mereka akan tamat sekolah. Ada juga yang menangis sambil berpelukan, sebagai tanda terakhir mereka bertemu. Padahal masih bisa bertemu saat perpisahan. Beberapa murid membawa kaleng cat serta spidol warna warni. Mengotori seragam putih abu-abu dengan cat dan spidol itu.

Dita datang membawa cat dan spidol, dan menghampiri Fitri dan Luna yang sedang tertawa melihat baju dan wajah temannya yang cemong dan penuh warna.

"Gak terasa ya, udah 3 tahun kita di sekolah ini."

"Iya. Gue juga gak merasa 3 tahun berlalu secepat ini."

Luna menghela nafas. Berat rasanya harus berpisah secepat ini. Rasanya baru kemarin Luna jadi murid baru eh sekarang otw alumni. Banyak kisah yang mereka lewati selama 3 tahun di sekolah ini. Baik suka maupun duka. Sekolah yang menjadi saksi bisu selama 3tahun.

Tamat dari sekolah, semua berpencar. Ada yang lanjut kuliah, kerja, coba tes sekolah dinas, nganggur atau bahkan ada yang menikah muda. Waktu ngumpul bersama pun susah mengingat semua pada sibuk selepas dari masa putih abu-abu nya.

Ferdo datang menghampiri Luna. Tidak lupa dengan spidol ditangan kirinya.

"Ciee yang bentar lagi jadi alumni."

Luna menoleh kearah samping. Ternyata Ferdo yang  bicara. "Eh lo ternyata. Ya ni, gak terasa udah mau jadi alumni."

"Jadi, lo lanjut?" tanya Ferdo penasaran.

Luna mengangguk lalu tersenyum. "Ya, lanjut kuliah. Kebetulan gue keterima di salah satu universitas ternama di Jawa."

Dahi Ferdo berkerut, tidak mengerti maksud ucapan Luna.

"Gue diterima di universitas swasta di jakarta. Itu loh Trisakti."

"Ohh." ujarnya ber oh ria. "Jurusan apa?"

Luna menggelengkan kepala. "Gak tahu. Soalnya belum cek portal nya."

"Lah? Kalau belum cek kenapa lo tahu lo lulus?"

"Gue dapat email dari univ nya. Dan disitu tertera disuruh buka portal untuk daftar ulang secara online. Gue belum sempat. Mungkin nanti atau besok."

"Eh lo gimana?" tanya Luna balik kearah Ferdo.

"Gue diterima di UGM."

"Selamat ya, wahh ga nyangka lo bisa kuliah disana." puji Luna. Bangga ternyata Ferdo kuliah disana. Otomatis mereka tidak bisa bertemu setiap hari.

Entah kenapa ada perasaan tidak rela saat mendengar Ferdo akan kuliah di UGM. Tidak bisa bertemu lagi. Hanya bisa berkomunikasi via sosmed atau video call. Paling liburan semester dia balik.

Eh tunggu, kok jadi lain ya?

Luna menggelengkan kepala, berusaha menghilangkan perasaan itu. Ferdo yang melihat tingkah aneh Luna pun bingung. Geleng-geleng kepala tanpa sebab.

Ferdo memukul pelan lengan Luna. "Hey, lo kenapa?"

Luna tersadar setelah merasakan pukulan pelan di lengannya. Matanya mengerjap lalu menggeleng. "Gak ada. Hehe." cengir nya.

***

Malam hari, mereka kembali bertemu di suasana ramai dan menyenangkan. Berada di tengah-tengah keramaian dan beraneka hiburan serta stand makanan dan minuman tersedia disana.

Ya. Pasar malam.

Dengan berjalan beriringan, sambil berbincang-bincang. Sesekali tertawa melihat tingkah lucu anak kecil merengek minta main sama orangtuanya, atau melihat kebahagiaan anak balita itu ketika sang ayah menghadiahkan ciuman bertubi-tubi di pipi gembulnya.

Jadi teringat masa lalu.

"Eh." kaget Luna tiba-tiba orang tidak sengaja lewat dan menyenggol bahu Luna, sehingga ia terdorong ke belakang.

Ferdo dengan sigap langsung menahan tangan Luna dan menggenggam erat.

Ini baru genggaman biasa. Tapi gue harap genggaman ini akan terus bersama sampai ke altar pernikahan.

Setelah puas berkeliling mereka pun memilih beristirahat. Capek juga menikmati wahana permainan di pasar malam ini.

Ferdo menyuruh Luna duduk dulu, dan Ferdo pergi memesan makanan ringan dan minuman. Setelah itu dia kembali dengan membawa pesanan mereka.

"Maaf menunggu lama."

Luna tersenyum dan mengambil pesanannya.

"Gimana? Seru?"

Luna mengangguk semangat. "Ya. Seru banget Fer. Sumpah ini baru pertama kali gue kemari. Rasanya gue jadi anak balita lagi."

"Haha, mana bisa lo kembali jadi balita. Ada-ada aja lo."

"Beneran. Gue bahagia banget bisa main kesini. Setelah perang melawan unbk membuat otak gue hampir pecah."

Ferdo tersenyum mendengar ucapan Luna yang begitu bahagia. Terlihat dari binar kebahagiaan di matanya.
Mengambil tisu dan mengelap sudut bibir Luna yang kotor karena sambal.

"Benar kata lo. Lo kayak anak balita. Sampe makan pun cemong. Untung cantik."

Pipi Luna terasa terbakar mendengar ucapan Ferdo yang diakhiri punian buat Lun. Luna tidak ingin Ferdo melihat rona wajah di pipinya. Ia langsung mengubah mimik wajahnya seperti orang kesal.

"Gini-gini gue imut, mirip kayak anak balita."

"Hahahha. Ternyata tingkat kepedean lo tinggi juga."

Dan mereka pun tertawa bersama. Sampai pengunjung yang berada di sekitar mereka heran melihatnya.

Tak lama tawa Luna berhenti ketika tangannya ditarik pelan oleh Ferdo, menggenggam nya dan terseyum manis. Lesung pipi terlihat jelas dengan kumis tipis nya. Semakin memperjelas bahwa ciptaan Tuhan begitu bagus dan luar biasa.

"Gue harap lo tersenyum terus ya Lun."

Dahi Luna berkerut. "Maksud lo apa? Masa gue tersenyum terus. Biasanya kata orang kalau sering tersenyum itu tandanya dia akan menangis."

"Percaya sama mitos." Ferdo mendengus sebal. Ternyata masi ada yang percaya sama mitos. "Kalaupun lo menangis, dan penyebab nya itu gue, gue jadi merasa bersalah terus sudah membuat malaikat di depan gue menangis."

Sial!

Pipi Luna memerah lagi. La-lama Luna tidak tahan berada disamping Ferdo. Bisa-bisa pipinya mjadi merah permanen saking serinh digombalin!
Luna menyikut perut Ferdo, membuat Ferso mengaduh kesakitan.

"Bangke. Bukannya dibilang makasih malah disiksa. Heran." gerutu Ferdo seraya mengusap perut bekas sikut Luna.

"Ya habis lo nyeselin banget. Belajar dari mana lo? Bucin banget."

"Hmm ya serah lah. Kapok gue bicara gini ke lo."

***

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang