Chapter 4 - Teknik Pedang Legendaris

0 0 0
                                    

Sudah hampir 3 minggu semenjak kejadian memilukan yang selalu Flint kenang setiap kali ia mengedipkan matanya, hatinya penuh dengan rasa amarah dan kebencian terhadap Highland, terutama kepada sang pangeran mahkota Zola.

Rasa ingin balas dendam membantunya bertahan hidup di hutan rimba yang tak tau dimana.

Semakin hari Flint semakin mengerti cara bertahan hidup di hutan, mulai dari mengenali buah yang bisa dimakan, membuat perangkap untuk kelinci, dan memancing.

Ia bahkan sudah beberapa kali mencuri barang dari petualang yang lewat terutama saat sedang beristirahat, dengan sebuah batu ia mampu mengakali para petualang hingga ia bisa mencuri sedikit barang-barang mereka.

Beberapa pakaian bersih, makanan dan sebilah pedang ia dapatkan dari hasil mencuri, cukup untuknya bertahan hidup.

***

"Percaya kepada pedang, menyatulah dengannya"

"Bertarung lah dengan keyakinan bahwa pedangmu akan membawa kemenangan!"

"Ayunkan sekuat mungkin, lihat lawan, prediksi pergerakan lawan!"

Instruksi paman Geros selalu terngiang di telinga, bagaikan alam sekitar yang berbisik.

Di bawah air terjun Flint terus mengasah kemampuan pedangnya, setiap hari ia berlatih selama 6 jam tanpa henti agar bisa menjadi lebih kuat lagi.

Flashback.

"Ada satu teknik pedang warisan dari kakekmu, teknik mematikan yang bahkan bisa memotong angin sekali pun"

"Benarkah?"

Geros mengangguk sembari memasukan beberapa kayu ke api unggun.

"Benar, teknik itu sudah terkenal di seluruh penjuru negeri, namanya Teknik pedang : Pembelah Bulan"

"H-hebat! Bagaimana cara menguasainya paman?"

"Berlatih sampai hampir mati, setiap hari"

"Berlatih sampai mati?"

"Ah itu hanya perumpamaan, maksudnya adalah kau harus terus berlatih sekeras mungkin, melewati batasan tubuhmu sendiri"

Geros berdiri.

"Semua orang memiliki batasan Flint, ketika ia sudah mencapainya maka ia akan berhenti berkembang, namun..."

Jarinya menunjuk ke bulan.

"Jika kau bisa melebihi batasanmu, bahkan bulan itu bisa kau hancurkan sekali tebas Flint!" Geros sangat bersemangat.

Mulai hari itu Flint terus mengasah teknik berpedangnya, ia berlatih lebih lama dari anak yang lain, terluka lebih banyak, namun ia tidak pernah menyerah, sampai hari ini ia terus melatih dirinya sendiri, hingga akhirnya ia bisa menebas sebuah bulan menjadi dua, menandakan dirinya sudah sangat kuat, menghancurkan Highland dan Zola, lalu pergi ke Arteus lalu menjadi yang terkuat disana.

Itulah mimpi anak sebatang kara  bernama Flint.

"Teknik Pedang : Pembelah Bulan!"

Setelah memantapkan kuda-kudanya, Flint mengalirkan seluruh energi tubuh ke pedang lalu sekilas melakukan tebasan ke pohon.

Pedangnya menancap ke pohon, lebih dalam dari serangan sebelumnya.

"Bagus, beberapa tahun lagi aku pasti bisa menguasainya!"

Namun rasa senangnya hanya bertahan sebentar ketika ia melihat ada seorang prajurit tengah duduk mengambil air minum.

Ia sangat mengenal zirah itu, zirah yang menghancurkan desanya, zirah yang membunuh semua keluarganya, prajurit Highland.

"Kau!"

Flint berlari kearah prajurit itu.

"Siapa bocah ini?"

Ia mengeluarkan pedangnya.

Pertarungan antara Flint dan Prajurit itu berlangsung sengit, Flint mampu memberikan pertarungan yang cukup sulit kepada prajurit itu meskipun usianya yang masih belia.

"Kau sudah menghancurkan desaku, kau akan kubunuh!"

Ia berteriak sembari terus mengayunkan pedangnya.

"Kau anak yang berhasil kabur dari desa itu?! Akan kubawa kau ke Markas!"

Dentingan bunyi besi beradu mengisi hutan kala itu.

Prajurit Highland itu memberi perlawanan yang lumayan, ia sudah sangat terlatih dalam pertarungan berbeda dari Flint yang kurang pengalaman sehingga ia mampu memprediksi serangannya.

Pedangnya terus mengayun mencoba menghujam prajurit itu, namun masih bisa ia tangkis hingga akhirnya Flint lengah dan tendangan tepat mengenai perut, membuatnya terlempar.

"U-ukh!"

"Kau lumayan juga nak, jika Zola mengampunimu, kau bisa jadi prajurit dan jadi salah satu anak buahku hahah!"

Prajurit itu mendekat ke Flint yang terlentang diatas tanah, tendangan itu telak sekali, terasa sangat sakit.

"Menyerahlah nak, kau tak akan bisa mengalahkanku"

Ketika ia semakin dekat, Flint melempar tanah tepat ke mata prajurit itu.

"Aaaaah! Anak sialan, aku bunuh kau!"

Ia mengayunkan pedangnya secara asal, pandangannya terganggu hingga akhirnya.

SREKK!

Pedang Flint menembus tepat di dadanya, membuat tubuhnya rubuh seketika.

"A-anak sialan!"

"Mati!

Ia mengambil batu, lalu memukul wajah prajurit itu.

"Mati! Mati! Mati! Mati! Matilah manusia biadap!"

Tiap kata yang diucapkan, batu itu mendarat di wajah hingga hancur.

Prajurit itu mati dalam keadaan mengenaskan, oleh seorang anak kecil.

Flint terduduk, ia bergetar hebat melihat tangannya yang berlumuran darah, ia tentu takut, ia panik, ia baru saja membunuh seorang manusia, namun mereka sudah membunuh duluan, jadi mereka harus membayarnya.

Anak itu baru saja mengalami pertarungan pertama dalam hidupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARTEUS SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang