Bagian 15 - Antara Bisu dan Selesai

838 163 55
                                    

Charis mempersilakan Wanda turun terlebih dahulu. Sementara Wanda tersenyum hampir tertawa melihat sikap Charis yang menurutnya berlebihan.

"Nanti sore anter aku ya," Charis kembali berusaha membukakan pintu masuk gedung dari basemen. "Aku mau beli barang untuk interior rumah nih."

Beberapa orang berlalu-lalang di sekitar mereka. Tersenyum hormat lalu berjalan ke arah lain. Sementara Charis dan Wanda hanya melewati mereka. Seolah tidak pernah ada.

"Ini kamu udah tahu tema interiornya apaan?" tanya Wanda. gadis itu menekan tombol lift, lalu berdiri bersampingan dengan Charis.

"Belum sih, makanya mau aku lihat dulu. Biasanya kan mereka lihatin katalognya."

Wanda menatap bayangan mereka di depan pintu lift. Kemudian tersenyum atas apa yang mereka lakukan hari ini. Selama jam makan siang. Tidak ada yang mereka pikirkan kecuali saling memberi semangat dan kalimat-kalimat sayang.

Lalu Wanda memupus jarak yang ada di antara mereka. Melangkah lebih dekat agar lengan mereka saling bersentuhan. Charis yang menyadari ikut tersenyum. Lalu jemarinya ditautkan pada jemari Wanda yang menggantung di sisinya.

Jatuh cinta itu tidak perlu saling mengucapkan. Wanda merasakan kehadiran Charis saja sudah memahami bahwa lelaki itu akan memperjuangkannya.

Charis menatap Wanda yang tingginya hanya sebatas bahu. Wanda memang tidak menoleh padanya. Kesempatan itulah yang dia gunakan untuk mengecup puncak kepala gadis itu.

Aroma shampoo dia hirup, Wanda tidak mengelak. Sampai dengan layar lift yang memberitahukan bahwa lift yang mereka tunggu sudah tiba.

Wanda memang berusaha untuk melepaskan ciuman itu. Tapi tidak pada genggamannya. Langkahnya lebih awal. Sehingga Charis yang kini merasakan tarikan lembut gadis itu.

"Nggak apa-apa ya?" ujar Wanda pelan.

Kedua alis Charis bertaut, "Nggak apa-apa gimana?"

Wanda memperlihatkan jemarinya yang bertaut posesif terhadap jemari Charis, "Ini, aku pegang tangan kamu," katanya, lalu menunduk malu.

Charis tertawa kecil, lalu jemari pada lengan lain Charis membekap jemari Wanda. Dia mendekapnya dengan dua tangan. "Harusnya aku yang giniin kamu. Bukan kamu. Karena di sini aku yang janjiin kamu semua yang aku punya. Dan aku harusnya melakukan semuanya dengan sungguh-sungguh," kata Charis tenang.

"Aku pengen kaya gini terus Ris," Wanda tidak yakin apakah kalimat itu keluar dari mulutnya. Dia seperti sedang diarahkan oleh jiwa yang lain. Yang benar-benar haus perhatian dari sosok seperti Charis selama ini.

Saat lift mereka tiba, genggaman itu tidak lepas juga. Meskipun Wanda sudah berusaha melepaskannya. Dia pikir, karena lantai ini cukup ramai dengan staf langsung Charis. Dia harus menjaga dirinya. Pun Charis agar tidak menjadi bahan gosip kantor ini.

Saat Charis tiba di depan ruangannya, dia tidak menemukan Gea di mejanya. Dia pikir mungkin Gea sedang berada di toilet atau tempat lain. Yang terpenting tidak menghabiskan banyak waktu untuk meninggalkan meja kerjanya.

Wanda yang berjalan di belakangnya dengan jemari masih bertaut. Hanya mengikuti langkah Charis pergi. Kemanapun dirinya berjalan, Wanda akan mengekorinya.

Sampai langkah mereka tiba di dalam ruangan Charis. Ruangan yang kini tirainya ditutup sehingga tidak ada orang yang bisa melihat mereka di dalam.

Charis memutar tubuhnya, untuk menghadap ke arah Wanda. jemari mereka masih bertaut. Tapi, jemari Charis yang lain, kini mengusap pipi Wanda yang kemerahan. Gadis itu tersenyum di hadapannya.

A Midsummer Nights Dream ✔Where stories live. Discover now