Bab 46

3.4K 394 15
                                    


"Pak Ali keman Rika?"Rama baru datang langsung menyambangi ruang Ali.

"Pak Ali hari ini tidak masuk Pak beliau sudah menghubungi saya pagi tadi."Jawab Rika -sekretaris Ali-.

Rama mengernyit bingung sebelum memijit pelipisnya yang berdenyut sakit. "Ya Tuhan di saat-saat genting seperti ini pria sialan itu masih sempat diperbudak oleh cinta."Rama mendengus kesal.

"Ya sudah kalau begitu kamu yang ikut saya meeting ya Rika. Dan tolong segera hubungi saya kalau bos sialan kamu itu datang entah hari ini atau besok mengerti."Rama menuding jari pada Rika.

Dengan sopan Rika menganggukkan kepalanya. Rama sudah dikenal di perusahaan ini selain bersahabat dengan Ali Direktur Suryo Group Rama juga menjabat sebagai salah satu manager di Suryo Group hanya saja sikapnya yang supel dan suka bergaul membuat Rama memiliki banyak teman di perusahaan ini. Semua karyawan disini nyaris semua berteman dengannya.

Jika dalam kondisi mood yang bagus Rama akan bercanda dan membuat lelucon konyol hingga membuat karyawan lain tertawa tapi jika mood atau pria itu sedang dalam mode serius tidak akan ada ekspresi tengil dan lelucon konyol yang keluar dari mulutnya.

Jika sedang serius wajah Rama hanya memliki satu ekspresi yaitu datar. Dan sekarang Rama dalam kondisi mood buruk jadi sepanjang sisa hari entah sudah berapa karyawan yang mengatainya kejam.

"Terima kasih atas kepercayaan kalian dan semoga kerja sama kita bisa berjalan lancar."Rama menjabat erat tangan investor asing yang bersedia bekerjasama dengan Suryo Group untuk melanjutkan pembangunan yang dananya sudah dibawa kabur oleh Pak Jaya.

Ali dan Rama sepakat mencari investor lain untuk menjadi partner kerja mereka kali ini bukan apa-apa Ali tidak bisa mengambil risiko dengan kembali mengucurkan dana dalam jumlah besar selain ada belasan proyek lain yang tengah mereka kerjakan Ali juga mulai meningkatkan kewaspadaannya dia tidak ingin kecolongan lagi.

Cukup satu Jaya yang membuat mereka pusing!

"Sama-sama. Kami juga senang bisa berkerja sama dengan Suryo Group."Balas seorang pria blasteran yang lumayan pandai berbicara bahasa Indonesia.

Rama dan Rika benar-benar menjamu Pak William -investor asing- dengan begitu baik. Ali sudah tidak begitu mengharapkan keuntungan dalam kelanjutan pembangunan proyek ini hanya saja Ali ingin menyelesaikan semuanya sesuai perjanjian awal, Ali sangat bertanggung jawab dalam bekerja.

Hingga tidak heran Suryo Group bisa semaju itu sejak berada di bawah kepemimpinan Ali.

Rama dan Rika sedang membereskan kertas-kertas meeting mereka setelah Pak William meninggalkan restoran dimana meeting mereka laksanakan tadi.

"Jangan sampai ada yang tertinggal di sini Ka! Saya malas kalau harus mutar balik lagi."Peringat Rama yang diangguki oleh Rika.

Rama itu ringan tangan hingga tak heran melihat dirinya saat ini sedang membantu Rika menyusun kertas.

Tanpa sengaja Rama mendongakkan kepalanya bertepatan dengan seorang wanita yang dikenali olehnya sedang di seret oleh seorang pria bertubuh kekar menuju lift hotel benar mereka melaksanakan meeting di restoran yang terletak di sebuah hotel berbintang.

"Rola?"

**

Ali baru saja menerima telfon dari Rama yang mengabarinya kalau meeting berjalan lancar meskipun telinga Ali nyaris terbakar saat mendengar rentetan makian dari mulut lemes Rama yang ditujukan khusus untuk dirinya.

Baiklah.

Dia tahu kalau tindakannya kali ini sedikit salah karena yang banyak bersalah adalah Rama kenapa pria itu mau-mau saja menjadi bawahannya padahal jika bekerja di firma hukum Ayahnya -Arlan- pria itu sudah pasti menjadi pengacara handal seperti sang Ayah.

Setelah puas menerima makian dari Rama, Ali kembali keruang inap kekasihnya. Prilly baru boleh turun dari ranjang jika botol infus keduanya sudah habis dan diperkirakan mungkin sore nanti Prilly sudah boleh keluar dari kamarnya.

"Hei Sayang."

Prilly menoleh menatap Ali sebentar sebelum kembali memfokuskan dirinya pada televisi berukuran besar yang tertempel di dinding kamarnya. Ali sudah memindahkan kekasihnya ke kamar VVIP tentu saja berbeda lantai dengan Ibu Prilly.

Prilly menolak keras usulan itu dia hanya kelelahan bukan sekarat dan sore nanti dia sudah bisa kembali beraktifitas seperti semula namun tetap saja dia kalah dengan kekeraspalaan Ali.

Keras kepala pria itu sudah berada ditingkat akut jadi mustahil bisa dikalahkan. Maka disinilah Prilly sekarang berbaring nyaman menikmati fasilitas kamar inap layaknya kamar hotel.

"Mau makan apa Sayang? Pengen sesuatu nggak? Mau Mas belikan apa?"Ali bertanya sambil berjalan mendekati ranjang Prilly.

Prilly menggelengkan kepalanya, "Nggak mau apa-apa Mas lidah aku pahit."Adunya manja.

Ali tersenyum mengusap lembut kepala Prilly sebelum mengambil tempat di sisi ranjang gadisnya. "Kan lagi sakit wajar dong lidah kamu pahit Sayang tapi kamu harus tetap makan dipaksa dikit nggak apa-apa."Ali menggenggam lembut tangan Prilly.

Prilly menghela nafasnya, sejak pagi hingga siang ini perutnya hanya diisi teh hangat dan satu roti kecil itu pun karena paksaan dari Ali.

"Beneran pahit Mas nggak ketelan makanannya."Prilly kembali mengadu pada Ali.

"Iya terus Mas harus gimana dong? Makan nasi pakai air manis aja mau?"Tawar Ali kemudian.

"Nasi pakai air manis gimana sih Mas? Nasi itu udah ada kandungan gulanya kalau ditambah gula lagi bisa-bisa aku kena diabet Mas."Protes Prilly dengan wajah cemberutnya.

Tawa Ali terdengar mengudara, "Ya kan nggak kamu makan tiap hari loh Sayang. Biasanya kalau Mas sakit terus nggak mau makan Mama selalu kasih solusi begitu."Ali bercerita tentang Ibunya. "Biasanya Mama bakal nyiapin air putih tapi pakai gula terus di masuin nasi beberapa sendok gitu. Enak loh Sayang serius."Ali terus membujuk Prilly agar mau makan.

Prilly mengerutkan keningnya layaknya orang sedang berfikir. "Jangan mengernyitkan dahi begini nanti kamu cepat keriput."Ali mengurut lembut dahi Prilly yang berkerut.

Prilly mencibir namun tetap membiarkan Ali mengurut dahinya. "Mau deh Mas. Aku penasaran dengan makanan yang Mas bilang tadi."

"Nasi bebek Sayang."

"Maksudnya?"

Ali terkekeh geli saat melihat Prilly kembali memperlihatkan wajah bingungnya. "Mas sering bilang nasi itu nasi bebek."lanjut Ali dengan kekehan gelinya.

Prilly ikut tertawa kecil, "Ya sudah kamu tunggu disini ya Mas carikan dulu nasi bebeknya."

"Emang ada dijual Mas?"Tanya Prilly saat Ali akan beranjak dari ranjang.

Ali menoleh lalu kembali memperlihatkan wajah gelinya. "Nggaklah. Itukan makanan rahasia Mas jadi cuma Mas yang tahu terus sekarang nambah kamu deh. Jangan bilang siapa-siapa ya cukup kita aja yang tahu."Ali berbisik seolah-olah yang diucapkan olehnya memang sebuah rahasia besar.

"Apaan sih Mas."Prilly meraup pelan wajah Ali sebelum tertawa di ikuti tawa Ali yang terdengar begitu merdu di telinga Prilly.

Ya Tuhan,  hanya engkau yang tahu betapa Prilly sangat mencintai pria ini.

*****

Cerita ini kayaknya after weddingnya disini pdf aja deh soalnya untuk bikin lapak sendiri nggak sempat..

Jadi ide yang kemarin ingin aku tulis di after wedding akan aku tulis di bab-bab cerita ini tapi nanti dalam bab yang ada dalam bentuk pdf yaaa.

Tenang aja harganya hanya berkisar di angka 55k atau 60k. Nah bagi yang berminat pdf cerita ini ayok menabung..

Insya Allah akan ready sebelum akhir bulan ini. Doain yaaa..

Ah satu lagi semakin hari kenapa kalian pembaca setiaku jadi semakin pelit untuk memencet Bintang untuk ceritaku? 😥😥

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang