Bagian Delapan

200 27 3
                                    

Selamat melanjutkan, Guys. Masukkan ke rak buku kalian dulu ya jangan lupa.
Happy Reading!

***

Kabut pagi nan tebal masih menyelimuti Desa Rejosari ketika Reena melarikan Milky White menuju padang rumput luas di dekat rumahnya. Mengenakan kemeja kotak-kotak berlengan panjang dan topi koboi, Reena abai dengan segelintir orang asing yang sedang berlatih berkuda. Semalam ia menginap di rumah sakit dan baru pulang subuh tadi, mengetahui kesehatan nenek yang kian melemah dan baru membaik pada dini hari, waktu tidur Reena jadi terganggu, ia baru bisa tidur nyenyak dua jam menjelang pagi.

  Semalam suntuk ia memikirkan dompet temuannya, hal yang membuatnya galau, terlebih saat dokter bilang kepadanya untuk segera mengambil keputusan soal neneknya mau dioperasi atau tidak.

  Kegalauan itu yang membuat Reena melarikan Milky White dengan kencang pagi ini, ia merasa emosinya sedang memburuk dan hanya berkudalah penawarnya, terlebih ia rasa hanya Milky White yang mengerti perasaannya. Reena terus melarikan kuda putihnya seperti kesetanan. Jiwanya dan jiwa sang kuda seakan menyatu.

  Mengembalikan dompet tersebut atau menggunakan uangnya untuk mendaftarkan diri pada lomba. Reena bimbang.

  Ia berteriak kencang begitu sampai pada ujung padang rumput, tapannya tertuju ke atas, memandangi megahnya bukit Setri yang menjadi saksi bisu kegelisahannya. Bukit Setri memang penuh keheningan sepagi ini, hanya suara burung-burung yang terdengar di sana. Bukit yang tandus, penuh pohon mati yang menjulang tinggi.

  Memang, begitulah keadaan di sana tak peduli musim hujan atau kemarau, tandus dan susah ditanami tanaman jenis apapun. Konon, menurut cerita para leluhur di Desa Rejosari, bukit Setri yang dalam bahasa Jawa berarti Perempuan itu dulunya subur, suatu hari seorang penjelajah hutan menemukan dua kepingan arca emas di sana yang berbentuk patung kecil dalam wujud sesosok wanita dan lelaki, sang penjelajah berniat membawanya pulang namun hanya berhasil membawa patung lelakinya, itu disebabkan ia dikejar banyak kelelawar.

  Reena kembali berteriak, berusaha melepas lara hatinya. Mungkin bagi cewek lain, jika mendapat masalah seberat itu, mereka akan menangis. Tapi Reena berbeda, ia tidak bisa. Ia justru butuh pelampiasan untuk melepas adrenalin dan segala emosinya.

  Setelah puas berteriak, Reena mengencangkan tali pada topi koboi yang dikenakannya lalu kembali melarikan kudanya menaiki bukit Setri. Semakin kencang Milky White membawanya, Reena merasa masalahnya menyingkir. Hingga akhirnya, sekira sejam lamanya, ia sampai di atas bukit. Semilir angin sejuk menyapanya, ia meritmiskan gemuruh detak jantungnya sambil rebahan di atas rumput kering dan menatap langit cerah pagi ini. Wajah neneknya hadir dalam segerombol awan dengan senyum yang menentramkan.

Thanks for reading, tinggalkan Vomment dulu ya, follow juga, heheh

Stay Tuned!

BANG MY HEART ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang